Seruan Dunia kepada AS untuk Mengakhiri Sanksi Iran
https://parstoday.ir/id/news/world-i81371-seruan_dunia_kepada_as_untuk_mengakhiri_sanksi_iran
Pemerintah Amerika Serikat meninggalkan perjanjian nuklir JCPOA pada Mei 2018, dan kemudian menerapkan kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran dan sanksi yang paling ketat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
May 16, 2020 17:00 Asia/Jakarta
  • Seruan Dunia kepada AS untuk Mengakhiri Sanksi Iran

Pemerintah Amerika Serikat meninggalkan perjanjian nuklir JCPOA pada Mei 2018, dan kemudian menerapkan kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran dan sanksi yang paling ketat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah.

Sanksi yang tidak manusiawi ini tetap dipertahankan meskipun Iran sedang berjuang melawan wabah virus Corona.

Hal ini mengundang banyak kritik di tingkat internasional dan muncul banyak seruan untuk mencabut sanksi kejam terhadap Iran. Seruan terbaru datang dari Komisioner HAM PBB Michelle Bachelet.

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (15/5/2020), Bachelet kembali menekankan pentingnya menghapus sanksi terhadap Iran demi membantu negara itu memerangi virus Corona.

"Situasi saat ini menuntut penghapusan sanksi yang diterapkan AS terhadap Iran dan Venezuela demi menyelamatkan nyawa manusia. Pengecualian yang diumumkan oleh pemerintahan Trump terhadap peralatan medis benar-benar sangat lemah dan dampak nyata hanya akan terlihat dengan penghapusan atau penangguhan sanksi ini," tegasnya.

Banyak pihak menyerukan pemerintahan Trump untuk menghapus atau menangguhkan sanksi terhadap Iran di tengah penyebaran Corona, namun AS tidak mengindahkan seruan itu.

Washington mengklaim barang-barang kemanusiaan dan peralatan medis dikecualikan dari sanksi. Namun, para pakar mengatakan sanksi perbankan terhadap Iran membuat para pebisnis tidak tertarik melakukan transaksi dengan negara itu.

Faktanya, banyak dari perusahaan dan negara tidak berani membantu Iran karena khawatir terkena sanksi sekunder AS dan mereka memilih tidak terlibat transaksi dengan Tehran bahkan di bidang peralatan medis dan obat-obatan demi menghindari setiap risiko.

Pemerintahan Trump sebelum ini mengklaim ia akan mempertimbangkan isu HAM dalam masalah sanksi terhadap Iran, namun dalam praktiknya ia sama sekali tidak memperhatikan masalah ini.

Setelah melihat Iran menolak tunduk pada tuntutan-tuntutan ilegal AS, Trump semakin agresif dalam menekan rakyat Iran dan menerapkan terorisme ekonomi termasuk menghalangi pembelian obat-obatan dan kebutuhan pokok oleh Iran dari negara lain.

Sanksi AS telah menciptakan tantangan besar bagi sistem kesehatan Iran di tengah pandemi Corona.

Saat ini seruan untuk pengurangan atau penghapusan sanksi terhadap Iran semakin nyaring terdengar. Seruan ini tidak hanya disuarakan oleh para pendukung Iran di kancah internasional, tetapi juga oleh sekutu AS di Eropa.

Pada 13 Mei lalu, sekelompok anggota Parlemen Eropa dalam sebuah surat kepada Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Joseph Borrell dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel, menyerukan penangguhan sanksi terhadap Iran dan negara lain di era pandemi Corona.

Namun, Washington dengan tanpa rasa malu menolak seruan kemanusiaan tersebut. Departemen Luar Negeri AS pada akhir April lalu, menegaskan sanksi terhadap Iran tidak akan dicabut.

Seorang pakar hubungan internasional, Doktor Gamal Zahran menuturkan, "Berlanjutnya sanksi AS terhadap Iran dalam situasi mewabahnya virus Corona merupakan sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan." (RM)