Syuhada Agresi Zionis ke Iran
12 Hari Tanpa Kabar, Tangan Terbakar Cara Mengenali Jenazah Syahid Qobadi
-
Syahid Mohammad Qobadi
Pars Today - Impian sejati terwujud pada 15 Juni 2025, ketika Mohammad Qobadi terbang dari Jalan Sohravardi, Tehran, lokasi serangan rudal Israel dalam Perang 12 Hari.
Ali Akbar Qobadi, saudara syahid Mohammad, menceritakan saat-saat paling sulit yang dialami dirinya dan keluarga. Hari-hari tanpa kabar Mohammad dan momen ketika harus menyampaikan berita kesyahidan kepada sang ibu.
Menurut laporan Hamshahri Online, Mohammad Qobadi lahir pada 20 Mordad 1375 HS dan memilih untuk mengabdi dalam seragam militer suci. Ia ingin menjadi penjaga tanah air. Sebelum itu, kegiatan jihad dan sukarela sudah menjadi bagian penting dari hidupnya.
Saudaranya berkata, “Di mana pun ada kerja kelompok dan jihad, ia hadir tanpa ragu. Saat pandemi COVID-19 membuat semua orang tinggal di rumah, Mohammad bersama teman-temannya menyemprotkan disinfektan di jalan-jalan. Dengan semangat seperti itu, kami tahu bahwa dalam Perang 12 Hari, ia tidak akan tinggal diam di rumah. Namun ketika teleponnya tidak dijawab dan kami kehilangan kabar, itu sangat sulit. Ia syahid dalam serangan Israel terhadap sebuah apartemen perkantoran di Jalan Sohravardi, tetapi jenazahnya tidak ditemukan.”
Tangan yang Terbakar, Satu-Satunya Tanda Mohammad
Panggilan telepon yang tak terjawab dan berita pemboman membuat keluarga khawatir. Saudaranya berkata, “Saya yakin Mohammad telah syahid. Sayangnya, tidak ada kabar tentang jenazahnya. Beberapa bulan sebelum syahid, ia pergi berziarah ke Imam Reza bersama ayah dan ibu. Salah satu kamar hotel terbakar akibat kompor portabel. Ia memegang kompor dengan tangannya dan membawanya ke halaman agar tidak meledak. Syukurlah tidak ada yang terluka, tetapi kedua tangannya terbakar parah. Lama ia menjalani perawatan. Satu-satunya tanda untuk mengenali jenazahnya adalah tangan yang terbakar itu, tetapi jenazahnya tetap tidak ditemukan.”
Dari para syahid akibat pemboman Sohravardi, hanya dua jenazah yang belum teridentifikasi. Kondisi jenazah membuat identifikasi hanya bisa dilakukan melalui tes DNA. Saudaranya ingin memberikan sampel, tetapi demi ketepatan dan kecepatan, harus diambil dari ibu atau ayah. Ayahnya, Valiollah Qobadi, sudah wafat, sehingga tanggung jawab ada pada sang ibu.
Ali Akbar berkata, “Ini tugas paling sulit yang diberikan kepada saya. Saya harus menyampaikan berita kesyahidan kepada ibu. Saya membawanya ke Behesht Zahra. Kami membaca doa untuk ayah. Saya berkata, 'Mama, ingatkah bahwa Mohammad biasa datang ke sini setiap minggu bersama teman-temannya? Mari kita baca doa untuk para syahid seperti yang ia lakukan.’ Langkah demi langkah melewati makam para syahid, saya ingin menyampaikan berita itu, tetapi tangis dan kesedihan ibu menghalangi.”
Sang Ibu Sudah Tahu
Ibu duduk, sedih dan letih. Ali Akbar meletakkan kepala di pangkuannya dan berkata, “Biarkan aku seperti masa kecil, meletakkan kepala di pangkuanmu dan berbicara.”
Ketidakpastian tentang Mohammad membuat hati sang ibu hancur. Ali Akbar menceritakan, “Ibu menangis perlahan dan berkata, ‘Aku tahu Mohammadku telah syahid. Dua bulan lalu ia bermimpi. Ia berkata, Mama, aku bermimpi berada di tempat ramai. Mereka datang kepadaku dan berkata, Mohammad, ini daftar para syahid, namamu tertulis di sana.’”
Jenazah syahid Mohammad Qobadi akhirnya ditemukan setelah 12 hari pencarian. Pada 26 Juni, tepat di hari ke-40 wafat ayahnya, jenazahnya disemayamkan di Lapangan Jomhouri, Tehran, dan dimakamkan di blok 42. Ayahnya selalu berkata, “Mohammadku, semoga akhir hidupmu baik.” Dan tiada akhir yang lebih baik daripada hidup yang berakhir dengan kesyahidan.(sl)