Ketika Tentara AS di Okinawa Kembali Berulah
Seorang tentara Amerika Serikat ditahan di provinsi Okinawa, Jepang dengan tuduhan mencuri.
Polisi provinsi Okinawa mengumumkan, dua orang asing menyerang sebuah tempat penukaran uang di provinsi ini dan mencuri sekitar 65 ribu dolar dari kasirnya.
Sesuai dengan laporan ini, setelah memeriksa CCTV, polisi Okinawa menemukan bahwa dua orang yang melakukan aksi ini kemungkinan tentara yang berasal dari pangkalan militer Amerika Serikat yang terletak di dekat gedung ini di Okinawa, di mana seorang dari mereka telah ditahan.
Sekitar 25.000 tentara AS dari 50.000 pasukan Amerika Serikat yang ditempatkan di Jepang berada di Okinawa.
Warga Okinawa, Jepang, telah berulang kali menyerukan penarikan militer AS dari Okinawa dengan mengadakan demonstrasi anti-Amerika.
Dalam beberapa tahun terakhir, tindakan kriminal militer AS di Okinawa, Jepang, telah membuat orang-orang di provinsi ini bahkan lebih marah daripada sebelumnya tentang kelanjutan kehadiran pasukan AS. Mereka telah meminta pemerintah Jepang untuk mengakhiri kehadiran AS yang menciptakan ketidakamanan di negara mereka.
Ketika protes meningkat di Okinawa atas kehadiran pasukan AS, pemerintah Jepang sempat memunculkan gagasan untuk memindahkan pangkalan militer AS, yang sangat ditentang oleh orang-orang di negara itu.
Takeshi Onaga, Gubernur Okinawa mengatakan, "Perdana Menteri Jepang mengabaikan situasi penduduk Okinawa. Orang-orang Okinawa menyerukan penutupan penuh pangkalan Angkatan Laut AS, bukan untuk memperkuat dan memindahkannya."
Menurut orang Jepang, kehadiran pasukan Amerika bukan hanya tidak membantu menjamin keamanan negara ini, terutama di Okinawa, tetapi justru mengancam keamanan warga provinsi ini.
Menyerang tempat penukaran urang di provinsi Okinawa adalah tindakan kriminal terbaru oleh militer AS di Jepang, yang perlu mempertimbangkan kembali rencana pemerintah negara ini untuk kehadiran militer AS di Jepang.
Sementara warga Jepang menyerukan penarikan pasukan AS dari negara mereka, para pejabat Gedung Putih sedang mengejar program untuk memperluas kehadiran militer mereka di Jepang sebagai bagian dari strategi regional mereka, termasuk mengendalikan Korea Utara.
Dengan dasar ini, tahun lalu militer AS menempatkan lima pesawat Osprey dari jenis CV-22 di pangkalan militernya di Jepang, yang memicu banyak kontroversi di negara ini.
Meskipun ada penentangan yang meluas di Jepang terhadap berlanjutnya kehadiran pasukan AS, Presiden Donald Trump pada 2019 meminta Tokyo untuk melipatgandakan pengeluarannya untuk pasukan AS.
Washington telah meminta Tokyo untuk meningkatkan pembayaran tahunan untuk 54.000 tentara AS di Jepang dari $ 2 miliar menjadi $ 8 miliar saat ini, di mana tampaknya sudah terjadi pembicaraan antara kedua negara, tetapi perdana menteri Jepang menolak laporan yang dikeluarkan surat kabar Foreign Policy dalam masalah ini.
Mengingat tekanan domestik pada pemerintah Jepang untuk mengakhiri kehadiran pasukan AS di negara itu, penolakan laporan Foreign Policy oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dapat dilihat sebagai upaya mencegah eskalasi lebih lanjut.
Tentu saja, kebijakan Trump menerima lebih banyak uang dengan memberi tekanan pada negara-negara di mana pasukan Amerika Serikat ditempatkan tidak terbatas di Jepang, karena Korea Selatan juga berada di bawah tekanan dari Gedung Putih untuk meningkatkan anggarannya bagi penempatan pasukan AS di sana.