Motif Pengurangan Pasukan AS di Irak
(last modified Thu, 10 Sep 2020 14:02:36 GMT )
Sep 10, 2020 21:02 Asia/Jakarta
  • Pasukan AS
    Pasukan AS

Presiden AS Donald Trump dalam kampanye pemilunya menyerukan penarikan pasukan AS dari Asia Barat. Tapi faktanya setelah berkuasa, Amerika Serikat justru meningkatkan jumlah pasukannya di Irak dalam beberapa tahun terakhir.

Kini, setelah muncul penentangan keras dari berbagai kalangan di Irak, Pentagon terpaksa mengumumkan penarikan sejumlah besar pasukannya dari negara tersebut. 

Selama kunjungan ke Irak, Jenderal Kenneth McKenzie, Komandan Centcom mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mengurangi kehadiran pasukannya di Irak dari 5.600 menjadi 3.000 orang bulan ini. Ia mengklaim tindakan ini dilakukan karena ada kemajuan signifikan dari pihak pasukan Irak. Sebelumnya, McKenzie mengungkapkan bahwa Amerika Serikat mungkin akan lama berada di Irak. 

Trump baru-baru ini mengumumkan dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi bahwa dia akan menarik pasukan AS dari negara itu selama tiga tahun lagi, dan sebelumnya mengatakan kepada wartawan bahwa dia akan melakukannya segera dalam waktu singkat.

Jenderal Kenneth McKenzie mengklaim langkah Washington tersebut diambil karena kemampuan militer Irak sudah meningkat. Tapi alasan sebenarnya dipicu oleh meningkatnya penentangan terhadap Pentagon atas kehadiran militer AS di Irak.

Hashem al-Kandi, kepala Kelompok Riset Strategis Al-Hadaf Irak menilai AS tidak ingin meninggalkan Irak. Ia mengatakan, "Keluarnya pasukan AS dari sejumlah pangkalannya di Irak tidak lebih dari penataan ulang secara cerdas menghadapi gerakan perlawanan Islam,".

Menyusul pembunuhan secara pengecut dan ilegal yang dilakukan pasukan teroris AS terhadap Syahid Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam, dan Abu Mahdi al-Mohandes, Wakil Kepala Al-Hashd Al-Shaabi bersama sejumlah orang lainnya di bandara Baghdad pada 3 Januari 2020, menyulut kemarahan rakyat dan pejabat Irak yang berujung keluarnya ketetapan parlemen Irak mengenai penarikan pasukan AS pada 5 Januari 2020. Meski demikian Amerika Serikat tetap bersikeras akan terus melanjutkan kehadiran pasukannya di Irak.

 

Donald Trump

 

Tampaknya, AS secara sengaja melanjutkan penempatan pasukannya di Irak setelah parlemen negara Arab ini mengeluarkan ketetapan penarikan pasukan AS dari Irak.

Pada saat yang sama, rakyat Irak memandang Amerika sebagai kekuatan agresor di negaranya sendiri. Pentagon, yang sama sekali mengabaikan tuntutan pemerintah pusat Irak, telah berulang kali menyerang markas Al- Hashd Al-Shaabi dengan dalih menanggapi serangan roket di pangkalan AS.

Masalah ini mendapat tanggapan negatif dari rakyat Irak yang berujung eskalasi serangan terhadap pasukan AS terutama dalam beberapa bulan terakhir. Serangan terhadap konvoi AS di Irak telah meningkat dalam dua bulan terakhir. Selama periode ini, setidaknya 20 konvoi militer dan pasokan pasukan koalisi internasional yang dipimpin Amerika telah menjadi sasaran serangan.

Masalah lain yang menonjol adalah penarikan pasukan AS dari Irak sejalan dengan janji Trump untuk menarik pasukannya dari Afghanistan dan Irak. Masalah ini menjadi salah satu janji kampanyenya dalam pemilu 2016, tetapi Trump Gagal memenuhi janjinya

Dengan waktu kurang dari dua bulan hingga pemilu presiden AS 2020, Trump telah meningkatkan retorika anti-perangnya dengan mengusung isu penarikan pasukan AS dari Irak dan Afghanistan demi mendongkrak perolehan suaranya.  Namun, rakyat AS tahu Trump telah gagal memenuhi janjinya dalam pemilu 2016 untuk mengakhiri perang yang disulut Amerika di berbagai belahan dunia, termasuk Irak.(PH)