Mengapa Biden Ubah Arah Dukung Saudi Perangi Yaman ?
(last modified Sun, 04 Apr 2021 13:37:56 GMT )
Apr 04, 2021 20:37 Asia/Jakarta
  • Presiden AS, Joe Biden
    Presiden AS, Joe Biden

Juru Bicara Pentagon, John Kirby dalam konferensi pers pada hari Sabtu (3/4/2021) menyatakan bahwa Amerika Serikat secara serius akan terus mendukung dan membela Arab Saudi.

Kirby menegaskan,"Kami terus bekerja keras untuk mempertahankan dan mendukung Arab Saudi. Mereka diserang dan tidak ada keraguan tentang itu,".

Statemen jubir Pentagon ini mengemuka di saat Arab Saudi saat ini menjadi sasaran serangan balasan pesawat nirawak dan rudal Yaman. Posisi Pentagon ini dapat dianggap sebagai indikasi pendekatan pemerintahan Biden terhadap Arab Saudi.

Setelah pelantikannya sebagai Presiden AS pada Januari 2021, Joe Biden dan beberapa pejabat senior pemerintah AS, seperti Menteri Luar Negeri Anthony Blinken menyampaikan pandangannya mengenai revisi hubungan antara Washington dan Riyadh.

Tetapi sekarang jelas bahwa pernyataan tersebut hanya janji-janji belaka. Pasalnya, kebijakan AS terhadap Arab Saudi sebagai salah satu sekutu utamanya di Teluk Persia dan Asia Barat menunjukkan dukungan penuh Washington terhadap Riyadh.

Selain itu, terlepas dari sikap keras awal Biden dan anggota senior pemerintahannya dalam mengutuk pembunuhan Jamal Khashoggi, tampaknya pertimbangan politik, ekonomi, dan strategis AS saat ini membuat pemerintah Biden menahan diri supaya tidak mempersoalkan Mohammed bin Salman sebagai dalang dari pembunuhan jurnalis Saudi itu.

Sikap tersebut mencerminkan omong kosong pembelaan Biden terhadap isu hak asasi manusia. Biden dalam sebuah wawancara tidak berani menyebut Putra Mahkota Saudi sebagai pembunuh, karena Arab Saudi adalah sekutu Amerika Serikat.

Pierre Sprey, mantan analis Pentagon mengatakan, "Saya yakin permintaan nomor satu Washington terhadap Arab Saudi adalah kelanjutan pembelian senjata,".

 

Sistem pertahanan anti udara, Patriot

 

Meskipun pemerintah Biden untuk sementara menangguhkan pengiriman senjata ke Riyadh karena Saudi sedang berperang di Yaman. Langkah ini disebut Washington sebagai pembatasan yang hanya berlaku untuk senjata ofensif.

Tapi di sisi lain, pemerintahan Biden memanfaatkan celah berlanjutnya serangan Yaman ke Arab Saudi, dengan menyebutnya sebagai langkah defensif untuk memperkuat rezim Saudi semaksimal mungkin. Arab Saudi saat ini mencari lebih banyak bantuan dari Amerika Serikat untuk mempertahankan fasilitas minyaknya menghadapi berbagai serangan rudal dan pesawat nirawak Yaman.

The Wall Street Journal hari Kamis melaporkan pemerintah AS telah membentuk tim untuk menentukan cara-cara yang dapat membantu Arab Saudi melindungi infrastrukturnya dari serangan Yaman.

Menurut laporan itu, opsi termasuk penjualan senjata pertahanan khusus seperti pencegat rudal, bantuan intelijen ekstensif, pelatihan tambahan, dan berbagai program militer akan ditempuh demi mendukung Arab Saudi. Jadi, meskipun Biden memerintahkan penarikan tiga sistem pertahanan udara Patriot dari Arab Saudi yang sejalan dengan penataan ulang militer AS di Asia Barat, tapi di sisi lain AS meningkatkan bantuan militer ekstensif kepada rezim Al Saud.

Langkah ini menggarisbawahi standar ganda dari pendekatan pemerintahan Biden terhadap Arab Saudi dan menegaskan kembali bahwa kriteria utama Washington untuk Riyadh adalah murni kepentingan dan tujuan ekonomi, maupun strategisnya. Terlepas dari klaim hak asasi manusia pemerintahan Biden, pertimbangan strategis serta keuntungan finansial yang dikeruk Amerika Serikat dari penjualan senjata ke rezim Saudi mencegah pengurangan hubungan dengan Riyadh.(PH)

Tags