Bahaya Penyebaran Wahabisme di Indonesia
Ekstrimisme dan momok terorisme merupakan salah satu biang keladi dalam beberapa tahun terakhir, di mana menjadi instrumen musuh untuk merusak persatuan kaum Muslim di berbagai belahan dunia. Paham ekstrim yang diusung Wahabi-Salafi, mencoba menggunakan berbagai metode untuk memperluas pengaruhnya secara diam-diam.
Salah satu partai yang mengikuti metode Ikhwanul Muslimin di Indonesia, namun dari segi pemikiran lebih dekat ke Wahabi adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai ini melalui kegiatan amal dan sosial, berusaha meningkatkan pengaruhnya di berbagai lapisan masyarakat Indonesia di kota-kota dan desa-desa. Sistem sel yang digunakan PKS membuat para kader partai ini sulit dikenali di tengah masyarakat Indonesia.
Wahabi dan partai-partai yang dekat dengan ideologi mereka mengusung wacana pembentukan negara Islam di Indonesia. Untuk mewujudkan misi ini, mereka umumnya memanfaatkan pusat-pusat kegiatan publik, agama, dan pendidikan seperti; universitas, sekolah, pesantren dan mushalla di kantor-kantor pemerintah. Mereka juga memanfaatkan media khususnya jaringan radio dan media sosial. Di antara universitas yang disebut menyebarkan paham ekstrim adalah Institut Pertanian Bogor (IPB).
Indonesia memiliki lebih dari 30.000 madrasah dan kebanyakan mengajarkan paham Wahabisme kepada pelajarnya. Di antara madrasah itu adalah Pesantren Ibnu Mas'ud, yang bahkan terlibat dalam merekrut anggota untuk kelompok teroris Daesh dan mengirim mereka ke Suriah. Salah satu langkah utama dan agenda Wahabi di Indonesia adalah mendistorsi kitab-kitab agama dan mata pelajaran yang berhubungan dengan Ahlu Sunnah.
Mayoritas masyarakat Indonesia adalah Muslim Sunni yang mengikuti fikih Imam Syafi'i dan akidah Asy'ari. Namun, kelompok Wahabi – yang menyaksikan penolakan dari publik Indonesia – berusaha mengubah prinsip-prinsip pendidikan di sekolah dan pesantren untuk memajukan agenda jahatnya di Tanah Air.
Kelompok Wahabi memalsukan buku-buku pelajaran di pesantren Ahlu Sunnah di Indonesia. Mereka dilaporkan sedang mencetak ulang 32 buku induk pesantren Ahlu Sunnah dan menghapus tema-tema yang merugikan kelompok Wahabi.
Para pelajar dan kemudian mahasiswa dan pegawai pemerintah Indonesia menjadi sasaran utama kelompok Wahabi dalam dakwahnya. Mereka menggelar acara shalat berjamaah dan menyampaikan dakwah di mushalla-mushalla kantor dan pusat pendidikan agama. Para mubaligh Wahabi menyampaikan konten-konten yang sejalan dengan misi mereka untuk menanamkan paham Wahabisme.
Kelompok ekstrim di Indonesia menerbitkan buletin mingguan dan membagi-bagikannya selama ritual shalat Jumat. Buletin tersebut menyebarkan kebencian dan sektarianisme yang merupakan prinsip dan landasan pemikiran sesat Wahabi. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memiliki pasukan Cyber Army yang bertugas menyebarkan isu-isu SARA dan kekerasan di media sosial.
Di Indonesia, Organisasi Muhammadiyah juga memiliki kedekatan dengan Salafi dari segi ideologi, namun tidak berarti mereka mengikuti Wahabi. Kelompok Wahabi memancing sentimen etnis dan agama di masyarakat Indonesia untuk menggiring mereka ke arah sektarianisme dan perpecahan.
Pada dasarnya, para mubaligh Wahabi dan ormas-ormas yang dekat dengan mereka selalu menyalahgunakan sentimen keagamaan masyarakat Indonesia dan memanfaatkan rasa percaya masyarakat untuk penyebaran Wahabisme. Mubaligh Wahabi menyadari bahwa masyarakat Indonesia sangat percaya dengan kalangan ulama dan kiai.
Salah satu instrumen utama Wahabi di Indonesia untuk menyebarkan ajaran sesatnya adalah jaringan radio. Tidak diketahui jumlah pasti radio-radio milik Wahabi di Indonesia, tapi diperkirakan ada lebih dari 100 jaringan radio yang menyebarkan ajaran Wahabi di Tanah Air. Dalam situs resminya, Salafi sekarang memiliki sekitar 25 stasiun radio utama di seluruh Indonesia, dan ini mengindikasikan rencana matang Wahabi untuk mengancam keamanan nasional Indonesia.
Peneliti Gerakan Salafisme dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ayang Utriza Yakin mengatakan, "Salafisme di Indonesia lebih mengandalkan pada radio daripada ‘door to door’ untuk mendapatkan pengikut yang lebih banyak dan strategi ini efektif."
“Banyak orang menjadi pengikut Salafi-Wahabi. Pegawai bank meninggalkan pekerjaan mereka, guru perempuan berhenti dari kerjaannya, sebagaimana sejumlah artis yang selama ini meninggalkan panggung mereka. Jika KPI tidak mengambil tindakan untuk menahan perkembangannya, maka usaha mereka untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Salafi akan berhasil. Dan bagi saya, itu adalah ancaman bagi keberagaman,” kata Ayang kepada surat kabar The Jakarta Post.
The Jakarta Post dalam sebuah laporannya pada 2016 lalu menulis, "Kementerian Dalam Negeri Singapura mengatakan bahwa Radio Hang FM Batam telah menyebarkan propaganda Islam tentang kelompok teroris Daesh. Tersangka terorisme yang ditangkap di Singapura berdasarkan Undang-Undang Keamanan Internal, telah berubah menjadi radikal setelah mendengarkan program yang disiarkan oleh stasiun radio Hang Batam."
Kementerian Dalam Negeri Singapura mengumumkan bahwa Rosli bin Hamza, salah satu dari banyak orang yang ditangkap, mengatakan bahwa ia mengenal Daesh dari sebuah program di Radio Hang FM.
Perlu dicatat bahwa mayoritas masyarakat Indonesia bermazhab Syafi'i dan praktek keagamaan yang mereka jalani berbeda jauh dengan ajaran Wahabi Arab Saudi. Mereka memperlakukan orang yang telah wafat sesuai dengan ajaran Imam Syafi'i, seperti membaca tahlilan dan ziarah kubur. Mereka juga menghormati bulan Muharram dan memuliakan Hari Asyura yang menandai syahidnya Imam Husein as di Karbala. Pemandangan ini dimanfaatkan oleh Wahabi untuk mengobarkan sentimen anti-Syiah di Indonesia selama beberapa tahun terakhir.
Pada April 2014, Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) dideklarasikan di kota Bandung, Jawa Barat. Deklarasi ini dihadiri oleh sejumlah ulama anti-Syiah dari berbagai kota di Indonesia dan turut diisi dengan orasi-orasi yang menyerang Syiah. Sayangnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memilih diam atas deklarasi ANNAS. Menteri Agama RI waktu itu, Suryadharma Ali juga mengaku tidak tahu mengenai aksi sejumlah ulama yang mendeklarasikan diri sebagai ANNAS di Bandung. Namun, ia enggan disebut tidak serius menangani masalah kerukunan agama di Indonesia.
Dalam hal ini, Peneliti MAARIF Institute, Ahmad Fuad Fanani mengatakan, "Kegiatan Aliansi Nasional Anti Syiah akan memperluas penyebaran kebencian di masyarakat Indonesia dan oleh karena itu, kami mengecamnya."
Untungnya, Nahdlatul Ulama (NU) dan pesantren mencegah pergerakan Wahabi Salafi di Indonesia yang masuk ke kampung-kampung dan desa. Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj dalam wawancara dengan majalah Risalah NU mengatakan, "Lahirnya NU didorong oleh gerakan Wahabi yang bongkar-bongkar kuburan, situs sejarah, mengkafir-kafirkan, membid’ah-bid’ahkan perilaku kita, amaliah kita. Tadinya diam saja, begitu yang mau dibongkar makam Nabi Muhammad Saw, baru KH Hasyim perintah bentuk Komite Hijaz.