Khajeh Nasir al-Din al-Tusi, Ilmuwan Besar Iran
Salah satu ilmuwan Iran yang paling menonjol pada abad ketujuh Hijriah adalah Khajeh Nasir al-Din Tusi. Seorang ilmuwan yang kejeniusan intelektual dan praktisnya selalu diperhatikan oleh dunia dan telah meninggalkan dampak besar bagi dunia ilmiah.
Khaje Nasir digambarkan sebagai penemu metode filosofis dalam teologi Syiah, perwakilan terbesar dari kebijaksanaan, matematika, dan etika pada abad ketujuh, dan beberapa sebagai penghubung antara sains, politik, agama, dan etika. penyelamat Iran dan dengan taktiknya, mencegah kehancuran lebih lanjut dan pertumpahan darah oleh bangsa Mongol. Observatorium Maragheh, salah satu monumen nasional terpenting Iran, yang juga dianggap oleh UNESCO saat ini, dibangun atas upaya dan kebijaksanaan Khajeh Nasir.
Untuk menghormati jasa ilmuwan besar ini, orang Iran telah menamai hari kelahirannya, 5 Isfand (24 Februari), setiap tahun dalam kalender resmi Iran sebagai hari peringatan Khajeh Nasir al-Din Tusi dan Hari Insinyur. Hari ini adalah tanggal 5 Esfand, dan bertepatan dengan kelahiran ilmuwan ini, Kami akan mengajak Anda membahas tokoh besar ini.
Syeikh Thusi lahir pada bulan Ramadhan tahun 385 H/995 di Tus (Khurasan, Iran). Dia adalah salah satu tokoh besar dunia Islam dan Syiah yang memiliki banyak karya dan memberikan kontribusi luar biasa di berbagai bidang agama seperti fiqih, yurisprudensi, hadis, tafsir, teologi, dan ilmu rijal (pengenalan para perawi dan sifat-sifat mereka).
Syeikh Thusi adalah murid istimewa dari Syeikh Mufid dan Sayid Murtadha. Ia menjadi pemimpin mazhab Syiah dan guru besar teologi di dunia Islam sepeninggal guru-gurunya tersebut. Syeikh Thusi adalah penulis dua kitab dari empat kitab rujukan hadis Syiah yaitu kitab al-Istibshar dan at-Tahdzib, dan pendiri Hauzah Ilmiah Najaf.
Sejarah kehidupan Syeikh Thusi tidak banyak diketahui hingga beranjak usia 23 tahun, tetapi kemungkinan besar ia menghabiskan masa-masa itu untuk mempelajari ilmu agama di kota asalnya, Tus. Di masa itu, Tus adalah salah satu dari empat kota yang terkenal di Khurasan yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Ghaznawiyah selama periode kehidupan Syeikh Mufid. Masyarakat Syiah di sana berada di bawah penindasan dan tidak bisa bernafas lega.
Kota Tus adalah salah satu kota yang paling terkenal dari segi budaya. Penyair dan ilmuwan besar lahir di kota tersebut seperti Ferdowsi, Khajeh Nasir al-Din Tusi dan Muhammad al-Ghazali al-Thusi. Keluarga Syeikh Tusi telah melahirkan para fuqaha dan ulama selama beberapa generasi. Putra Syeikh Tusi merupakan seorang faqih besar dan dikenal sebagai "Mufid Thani" karena kedudukan sosial dan pengaruhnya di bidang agama.
Putri-putri Syeikh Tusi juga tercatat sebagai ahli fiqih dan ilmuwan, dan cucunya bahkan menduduki posisi sebagai marja' (faqih dan ulama rujukan) dan pemimpin hauzah ilmiah. Karena ilmu dan takwa, keluarga Syeikh Tusi tercatat sebagai tokoh, ilmuwan, dan marja' yang berpengaruh di masanya.
Selain astronomi, Khajeh Nasir al-Din al-Tusi juga mahir dalam berbagai ilmu lain, tetapi dalam banyak karyanya, ia unggul dengan karya matematika, dan dalam matematika, ia unggul dengan karya geometris. Ini termasuk penemuan hukum bola sinus dalam matematika dan penemuan metode geometris yang disebut pasangan abu-abu dalam astronomi. Beberapa sarjana telah mengidentifikasi dia sebagai pencipta ilmu trigonometri dalam matematika, dan yang lain sebagai promotor ilmu trigonometri. Buku-buku Trigonometri Khajeh diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis pada abad ke-16; Oleh karena itu, Mohaghegh Tusi dinobatkan sebagai salah satu matematikawan Muslim abad pertengahan terbesar
Syeikh Tusi juga dikenal sebagai salah satu teolog Syiah terbesar dan salah satu tokoh ilmiah paling berpengaruh di dunia Islam. Karyanya yang berjudul "Tahrir al-I'tiqad" adalah salah satu teks teologis Syi'ah yang paling penting di mana beberapa komentar telah ditulis dan telah memainkan peran utama dalam pengembangan teologi. Gaya penulisannya, tidak seperti para penulis zaman Mongol, sederhana dan jelas, sehingga ia mengungkapkan poin-poin tersulit dalam bentuk kata-kata yang lancar, mudah, dan ekspresif.
Konsep pemikiran Syeikh Tusi merupakan penyempurna konsep pemikiran Syeikh Mufid dan Sayid Murtadha. Pandangannya bertumpu pada argumentasi rasional dan naratif. Sebelumnya kami katakan bahwa mengabaikan kemampuan nalar dan hanya berpaku pada lahiriyah ayat dan hadis, telah memperlambat gerakan dan perkembangan ilmu fiqih dan yurisprudensi. Kondisi ini menyebabkan munculnya penyimpangan dalam akidah masyarakat.
Syeikh Mufid dan Sayid Murtadha dengan perhatian khususnya pada kemampuan nalar dalam memahami al-Quran dan hadis, membuka jalan yang terang bagi kaum Syiah. Syeikh Tusi juga menekuni bidang ijtihad dan dengan memberikan perhatian khusus pada kemampuan nalar dalam memahami agama, ia berjuang melawan kesalahpahaman beberapa pihak dan kedangkalan pemikiran mereka.
Diskusi ilmiah, seminar, dan penulisan buku-buku teologis berkembang dengan pesat pada abad keempat dan kelima Hijriyah. Syeikh Tusi karena posisi ilmiahnya yang tinggi, ditunjuk oleh khalifah untuk memimpin kemajuan ilmu kalam.
Kalam adalah ilmu yang membahas prinsip-prinsip akidah dan pandangan dunia religius yang berdasarkan pada argumentasi akal dan teks untuk menjawab kerguan-keraguan di bidang akidah. Syeikh Tusi meninggalkan lebih dari 15 karya teologis dan yang paling penting adalah kitab Talkhis al-Shafi, yang akan kami perkenalkan pada seri berikutnya.
Ayatullah Syahid Murtadha Mutahhari, seorang pemikir dan cendekiawan Muslim dari Iran mengatakan, “Syeikh Tusi adalah contoh sempurna dari manifestasi Islam dalam tubuh orang Iran. Dari kehidupan orang-orang seperti Syeikh Tusi, dapat dipahami bagaimana spiritualitas Islam telah menembus jauh ke dalam jiwa orang-orang di wilayah ini, sehingga orang-orang seperti Syeikh Tusi telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani agama ini tanpa pernah istirahat.”
Syeikh Tusi tinggal di Najaf selama 12 tahun. Ia wafat pada malam Senin, 22 Muharram tahun 460 H/1068. Jenazahnya dimandikan oleh murid-muridnya dan dikuburkan di rumahnya. Sesuai wasiat dari almarhum, rumah yang ditinggalinya dibangun menjadi masjid. Masjid Syeikh Thusi sampai saat ini menjadi masjid yang paling terkenal di kota Najaf.