8 Shahrivar; Hari Anti-Terorisme
(last modified Sun, 27 Aug 2023 11:35:11 GMT )
Aug 27, 2023 18:35 Asia/Jakarta
  • Syahid Rajaei dan Bahonar
    Syahid Rajaei dan Bahonar

8 Shahrivar yang ditetapkan sebagai Hari Anti-Terorisme, bertepatan dengan operasi teror terhadap pejabat pemerintah Iran tahun 1981, dan menggugurkan dua tokoh besar revolusi, Presiden Mohammad Ali Rajaei dan Perdana Menteri Mohammad Javad Bahonar serta sejumlah orang lainnya.

Iran tercatat sebagai salah satu korban terorisme terbesar di dunia, dan setelah kemenangan Revolusi Islam, musuh-musuh negara ini telah membunuh lebih dari 17.000 pejabat dan warga negara untuk merusak pemerintahan Islam. Salah satu operasi yang paling memilukan terjadi pada tanggal 8 Shahrivar 1360 (30 Agustus 1981). Pada saat itu, Presiden Mohammad Ali Rajaei dan Perdana Menteri Iran saat itu Mohammad Javad Bahonar bersama dengan sekelompok anggota pemerintah gugur syahid dalam ledakan teror yang terjadi di kantor Perdana Menteri.

Musuh Revolusi Islam dengan perilaku kejam ini berusaha menghancurkan Republik Islam, sementara Syahid Bahonar dan Rajaei telah menyirami pohon revolusi ini dengan kesyahidannya. Hari gugurnya dua tokoh besar Revolusi ini ditetapkan sebagai Pekan Pemerintah.

Image Caption

Insiden ini terjadi tepat dua bulan setelah Ayatullah Sayid Mohammad Hosseini Beheshti dan lebih dari 70 tokoh politik dan eksekutif Partai Republik Islam dibunuh dan syahid dalam ledakan teror kantor partai tersebut. Syahid Rajaei berusia 48 tahun ketika dia meninggal. Setelah kemenangan revolusi, ia mula-mula menduduki jabatan Kementerian Pendidikan dan kemudian pada tahun 1980 ia menjadi anggota parlemen sebagai wakil dari warga Tehran. Pada tanggal 11 Agustus 1980, ia terpilih sebagai presiden kedua Republik Islam Iran setelah Bani Sadr dicopot dari kursi kepresidenan dalam pemilu 2 Mordad 1360 H (24 Juli 1981) dengan perolehan lebih dari 13 juta suara.

Bahonar juga berusia 48 tahun ketika dia syahid. Setelah kemenangan revolusi, ia mengemban tanggung jawab seperti menjadi anggota Dewan Revolusi, mewakili rakyat Kerman di Majlis-e Khobregan (Dewan Ahli Kepemimpinan), mewakili rakyat Tehran di parlemen, Kementerian Pendidikan (di kabinet Syahid Rajaei) dan Sekretaris Jenderal Partai Republik Islam (setelah kesyahidan Dr. Beheshti). Setelah Rajaei terpilih menjadi presiden, dia dipilih menjadi perdana menteri Republik Islam Iran.

Musuh-musuh Revolusi Islam berusaha menghancurkan Republik Islam dengan perilaku jahat ini dan berpikir bahwa dengan tindakan teroris tersebut mereka dapat menciptakan hambatan dalam mewujudkan cita-cita Revolusi Islam, namun bangsa Iran selalu mengikuti jalan para syuhada dan darah para syuhada, seperti halnya para syuhada Bahonar dan Rajaei, menjadi penjamin keunggulan Iran Islami.

Faktanya, terorisme merupakan salah satu permasalahan masyarakat dunia yang paling mendasar dan merupakan ancaman paling berbahaya terhadap hak-hak bangsa dan stabilitas internasional. Sepanjang sejarah, khususnya dalam seratus tahun terakhir, terorisme telah menjadi akar dari ancaman paling penting terhadap perdamaian dan keamanan global. Di Iran, sejak hari-hari pertama kemenangan Revolusi Islam dan disintegrasi arogansi global, Iran menjadi sasaran kebencian dan permusuhan musuh-musuh dan afiliasinya, termasuk organisasi teroris Organisasi Mujahedin-e-Khalq (MKO). Kelompok ini telah mengambil tanggung jawab untuk membunuh 4.583 warga Iran hanya antara tanggal 31 Maret 1983 hingga 19 Maret 1984.

Kelompok munafik sejak berdirinya pada tahun 1965 hingga saat ini, yang terus eksis di pelosok tanah Albania dan mendapat dukungan Amerika Serikat, menjadi sumber pengkhianatan dan kejahatan, termasuk menyatakan perang bersenjata melawan Republik Islam Iran, melakukan pembunuhan terhadap pejabat pemerintah, pemboman di Iran, mendukung rezim Saddam dan banyak pengkhianatan politik dan spionase lainnya.

Sejak awal revolusi, Amerika menempatkan organisasi teroris MKO di bawah payung dukungan finansial, politik dan propaganda mereka serta mendukung kejahatan teroris mereka terhadap rakyat Republik Islam Iran. Kelompok ini mencoba secara fisik menghilangkan unsur-unsur efisien dan perancang intelektual pemerintah Islam dengan metode kekerasan dan pembunuhan politik untuk menciptakan peluang keruntuhan Republik Islam Iran. Para syuhada Mihrab, syuhada 7 Tir (Haftum-e Tir) dan 8 Shahrivar, syuhada seperti Lajevardi, Gharani dan Sayyad Shirazi, termasuk di antara korban terorisme dan gugur di tangan MKO. Arogansi global bukan saja tidak merespon aktivitas teroris tersebut, namun malah mendukungnya.

Dengan mencermati hukum dan undang-undang internasional yang terkait dengan pemberantasan terorisme, maka tidak dapat dipungkiri bahwa tindakan-tindakan tersebut merupakan contoh tindakan teroris dan anti-kemanusiaan karena menciptakan teror dan kekerasan terhadap warga sipil serta pelanggaran terhadap wilayah negara (Iran) dan tidak menghormati hak-hak militer Iran. Akibat kelompok MKO adalah kelompok teroris dan penjahat profesional. Klaim ini didukung oleh dokumen dan konvensi pemberantasan terorisme seperti; Statuta Roma, Konvensi Internasional Menentang Penyanderaan tahun 1979 dan Konvensi Internasional tentang Larangan Bom Teroris tahun 1997 serta Pasal 3 umum yang disertakan dalam Konvensi Jenewa tahun 1949 menegaskan hal ini.

Menurut kasus yang diajukan di Pengadilan Kriminal provinsi Tehran, organisasi yang disebut Mojahedin Khalq (MKO) dan 104 anggota kelompok ini akan diadili.

Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel selama beberapa tahun terakhir senantiasa mendukung teroris di Iran dan kawasan. Memberi pelatihan militer terhadap anasir teroris, pengiriman senjata, pengiriman senjata ringan dan semi berat, pemberian peralatan komunikasi serta bahan makanan melalui penerbangan mencurigakan di berbagai wilayah yang dikuasai Daesh (ISIS), hanya sekelumit dari dukungan Washington terhadap teroris yang telah melakukan kejahatan mengerikan dengan berbagai alasan demi kepentingan Amerika dan untuk mengamankan kepentingan rezim Zionis di kawasan, seperti pembunuhan ilmuwan nuklir Iran dan komandan muqawama.

Letjen Soleimani dan Mohsen Fakhrizadeh

Mohsen Fakhrizadeh, Majid Shahriari, Masoud Alimohammadi, Dariush Rezaei-Nejad, Mostafa Ahmadi Roshan dan Reza Qashqai adalah ilmuwan energi nuklir Iran yang dalam beberapa tahun terakhir gugur ditangan orang bayaran dan anasir Dinas Intelijen Israel, Mosad.

Lejten Qasem Soleimani, komandan pasukan Quds IRGC juga gugur pada 3 Januari 2020 saat berkunjung dan misi ke Irak bersama Abu Mahdi al-Muhandis, salah satu pemimpin Hashd al-Shaabi Irak dalam serangan udara Amerika di bandara udara Baghdad.

Jelas bahwa sabotase ini bukan saja gagal membuat rakyat Iran pesimis dalam mendukung pemerintah Islam, bahkan membuat mereka semakin bertekad untuk meraih tujuan dan cita-citanya.

Dukungan pemerintah Barat terhadap teroris, termasuk kelompok munafik MKO, juga mengungkap fakta bahwa pemerintah tersebut lebih setia pada kepentingan politiknya dibandingkan menaati hak asasi manusia dan hukum dalam menghadapi fenomena terorisme, dan mereka selalu menganggap kelompok ini sebagai sumber tekanan terhadap Iran. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa pejabat Barat sekali lagi menunjukkan kebijakan ganda dan munafik mereka dalam menangani fenomena terorisme dengan menghadiri pertemuan kelompok teroris MKO dan mencoba untuk membebaskan kelompok ini dengan mendukung teroris secara terbuka.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei terkait hal ini mengatakan, "Hari ini, sejumlah kebijakan Barat berusaha untuk membersihkan noda hitam ini, mencitrakan MKO sebagai pihak yang tertindas, dan juga menyediakan atmosfer bagi ketertindasan mereka; Tapi pastinya mereka akan gagal."