Rafsanjani, Tokoh Revolusi Islam Iran
Ayatullah Akbar Hashemi Rafsanjani merupakan seorang tokoh Revolusi Islam Iran yang terus berjuang untuk mengabdi kepada negara dan revolusi sampai akhir hayatnya. Ia selalu memikirkan tentang cara-cara untuk mentransfer revolusi ini kepada generasi mendatang.
Dalam sebuah pertemuan dengan para guru Iran pada pertengahan tahun 2016, Ayatullah Rafsanjani berkata, "Jika generasi baru ingin menjadi revolusioner, mereka harus mengenal Islam, menjadi pribadi yang berakhlak dan membekali diri dengan pengetahuan."
Pada Ahad (8/1/2017) malam, tepat pukul 19:30 waktu Tehran, media-media Iran mengabarkan wafatnya sahabat lama Imam Khomeini ra dan teman seperjuangan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran (Rahbar), Ayatullah Sayid Ali Khamenei. Seantero Iran larut dalam duka setelah Rahbar mengeluarkan pesan belasungkawa atas wafatnya Ayatullah Rafsanjani.
Ayatullah Khamenei menulis, "Kehilangan rekan dan teman seperjuangan, di mana sejarah kerjasama, empati, persahabatan dan kerjasama dengannya berlangsung selama 59 tahun adalah sangat sulit. Berbagai kesulitan dan hambatan yang telah kami lalui selama beberapa dekade, dan berbagai konsultasi, simpati dan empati di berbagai momen telah membawa kami untuk saling berusaha, bersabar dan menerima resiko di jalan yang sama."
"Kecerdasan besar dan keakrabannya yang tak tertandingi pada tahun-tahun itu telah menjadi sandaran meyakinkan bagi semua orang yang bekerjasama dengannya, terutama bagi saya. Perselisihan pendapat dan perbedaan ijtihad pada periode tertentu dari periode panjang ini tidak pernah bisa memutuskan ikatan persahabatan yang dimulai di antara Haramain Karbala ini. Bisikan, di mana selama beberapa tahun terakhir ini intensif dan serius untuk memanfaatkan perbedaan pendapat ini, tidak mampu mengganggu kasih sayang mendalamnya kepada saya," tulis Ayatullah Khamenei.
Ayatullah Khamenei menuturkan, "Dengan kepergian Hashemi, saya sama sekali tidak mengenal sosok lain, di mana saya bisa mengingat pengalaman bersama dalam jangka panjang seperti ini dengannya di pasang surut periode-periode yang menentukan."
Ayatullah Rafsanjani meninggal dunia pada Ahad malam setelah tim dokter di Rumah Sakit Shohada Tehran gagal menyelamatkannya akibat serangan jantung. Beliau lahir pada tanggal 25 Agustus 1934 di desa Bahreman, kota Rafsanjan di Provinsi Kerman di tengah keluarga kaya. Ia memiliki delapan saudara kandung. Ayahnya, Mirza Ali Hashemi Behramani adalah salah satu pengusaha terkenal Kerman dan ibunya bernama, Mahbibi Safarian.
Pada usia 14 tahun, Rafsanjani meninggalkan desa kelahirannya dan menetap di kota Qom untuk menuntut ilmu agama sampai mencapai derajat ijtihad. Selama di Qom, ia berguru kepada sejumlah ulama besar seperti, Ayatullah Sayid Hossein Borujerdi, Imam Khomeini, Mohammad-Reza Golpaygani, Mohammad Kazem Shariatmadari, Abdul-Karim Ha'eri Yazdi, Shahab al-Din Mar'ashi Najafi, Muhammad Husain Thabathaba'i, dan Hussein-Ali Montazeri.
Ayatullah Rafsanjani merupakan politisi berpengaruh Iran dan ulama. Beliau juga menjabat sebagai Presiden Keempat Republik Islam Iran periode 1989-1997. Ayatullah Rafsanjani menjabat sebagai Ketua Parlemen Iran pada tahun 1980-1989 dan ketua Dewan Ahli Kepemimpinan pada tahun 2007-2011, dan jabatan terakhir beliau adalah ketua Dewan Penentu Kebijakan Negara. Selain itu, Ayatullah Rafsanjani juga termasuk salah satu orang kepercayaan Imam Khomeini ra.
Beliau memainkan peran berpengaruh, baik selama perjuangan anti-rezim Shah sebelum kemenangan Revolusi Islam, maupun setelahnya melalui berbagai kontribusi sehingga berdirinya Republik Islam Iran. Ayatullah Rafsanjani juga merupakan tokoh kunci selama delapan tahun perang yang dipaksakan Irak terhadap Iran dari tahun 1980-1988 dan menjabat sebagai Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Iran.
Ayatullah Rafsanjani menaruh perhatian besar tentang masa depan Iran dan dalam sebuah pesannya beliau berkata,"Adalah sebuah kezaliman besar jika kita tidak memikirkan masa depan negara ini, mungkin saja esok kita sudah tiada, kita harus membangun pilar-pilar hari esok dari sekarang."
Sejarah kontemporer Iran mencatat Ayatullah Rafsanjani selalu hadir di medan perang untuk memberi semangat kepada para pejuang selama masa-masa sulit Pertahanan Suci. Ia juga memberi arahan kepada para komandan lapangan untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat. Tentu sebuah pekerjaan yang sangat berat untuk mengarahkan sebuah operasi di tengah meningkatnya sanksi Amerika Serikat dan negara-negara Barat terhadap Iran. Namun, Republik Islam pantang menyerah atas agresi yang dipaksakan oleh rezim Saddam.
Selama menjabat sebagai Presiden Iran, Ayatullah Khamenei selalu memberi dukungan kepada Rafsanjani sehingga negara dapat melewati masa-masa sulit pasca perang. Hubungan akrab dan persahabatan antara Ayatullah Rafsanjani dan Ayatullah Khamenei diakui oleh kedua tokoh Revolusi Islam Iran ini. Para Marji Besar Taklid di kota Qom memuji karakter dan peran besar Ayatulah Rafsanjani, dan menyebutnya sebagai salah satu motor penggerak Revolusi Islam Iran.
Salah seorang anggota Dewan Penentu Kebijakan Negara Iran, Gholam Ali Haddad-Adel mengatakan,"Sekarang semua berduka atas kepergian tokoh veteran revolusi mereka. Ia adalah contoh langka dari generasi pertama para pejuang anti-rezim Shah dan ia termasuk dari orang-orang yang menderita dalam meniti jalan yang penuh bahaya dan membanggakan ini. Seluruh kegelisahannya fokus pada masa depan, masa depan Iran."
Kabar wafatnya Ayatullah Rafsanjani mengundang reaksi dari dalam dan luar Iran. Para pemimpin negara-negara Timur Tengah dan dunia mengirimkan pesan belasungkawa dan rasa duka kepada pemerintah dan bangsa Iran. Para pemimpin Bahrain, Kuwait, Qatar, Oman dan Uni Emirat Arab menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Rafsanjani.
Raja Bahrain Sheikh Hamad bin Isa Al Khalifa dalam pesannya kepada Presiden Iran Hassan Rouhani, mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Ayatullah Rafsanjani. Raja Bahrain memohon rahmat bagi Ayatullah Rafsanjani dan kesabaran bagi presiden, rakyat Iran dan keluarga beliau. Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan juga mengirim sebuah pesan duka kepada pemerintah Iran.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Departemen Luar Negeri AS juga menyatakan ucapan belasungkawa dan menyebut Rafsanjani sebagai tokoh penting dalam sejarah Republik Islam Iran. "Kami menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan orang-orang terdekat beliau," kata pernyataan itu. Koordinator PBB di Iran, Gary Lewis juga di antara para pemimpin dunia yang menyampaikan belasungkawa kepada pemerintah Iran.
Sekjen Gerakan Hizbullah Lebanon, Sayid Hasan Nasrullah mengatakan, “Ayatullah Hashemi Rafsanjani adalah pendukung, penolong dan sandaran besar perlawanan Lebanon selama 34 tahun lalu. Ia adalah pembela yang paling gigih perlawanan di setiap kondisi tersulit. Ayatullah Rafsanjani memiliki keyakinan terhadap Palestina, al-Quds dan isu-isu sentral umat Islam. Ia juga melakukan perlawanan yang gigih terhadap konspirasi rezim Zionis Israel di Palestina dan kawasan."
Media-media Barat dan Amerika juga menerjunkan laporan besar-besaran tentang kabar wafatnya Ayatullah Rafsanjani. Koran The Guardian Inggris termasuk media pertama yang merilis kabar kepergian tokoh Revolusi Islam Iran itu. The Guardian menulis, "Rafsanjani adalah tokoh kedua di kancah politik Iran dan ia termasuk salah satu pendiri Republik Islam." Media ini menyebut kepergian Rafsanjani sebagai sebuah pukulan bagi Presiden Rouhani. (RM)