Kermanshah: Bumi Peradaban, Kesabaran dan Ksatria
Gempa bumi berkuatan 7,3 skala richters menggoncang wilayah barat Republik Islam Iran dan berbagai kota di Irak pada Ahad (12/11) malam. Bencana gempa ini hingga kini menewaskan hampir 500 orang dan menciderai ribuan lainnya. Peristiwa pahit dan menyedihkan gempa di barat Iran sungguh sangat disesalkan dan menimbulkan kesedihan yang besar di tengah bangsa Iran. Hari ini di Iran diumumkan sebagai duka nasional.
Menyusul musibah ini, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengirim pesan. Di pesannya, Rahbar seraya mengungkapkan penyesalan dan duka yang mendalam, mengucapkan bela sungkawa kepada bangsa Iran khususnya warga Provinsi Kermanshah dan keluarga korban. Dalam pesannya, Rahbar menyeru mereka yang memiliki kemampuan untuk meringankan penderitaan korban dan mengganti kerugian untuk segera memberi bantuan.
Rahbar menjelaskan, militer, Sepah Pasdaran dan Basiji segera memberi bantuan dengan memindahkan para korban terluka dan reruntuhan. Pemimpin besar Iran ini juga meminta instansi pemerintah baik militer maupun sipil, sesuai dengan kemampuannya, tampil di lapangan membantu korban dan keluarga mereka.
Hujjatul Islam Abdolhosein Moezi, wakil Rahbar hari Selasa (14/11) bersama delegasi bertolak ke Kermanshah untuk meninjau wilayah gempa dan mengawasi proses pelayanan serta bantuan kepada korban. Menyusul peristiwa pahit ini, seluruh pejabat pemerintah dan instansi terkait siap memberi bantuan kepada para korban.
Petinggi sipil dan militer negara termasuk, Komandan Sepah Pasdaran, Mayjen Mohammad Ali Jafari dan Panglima Angkatan Bersejata Iran, Mayjen. Abdolrahim Mousavi juga berada di wilayah gempa. Sementara itu, Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani hari ini dilaporkan mengunjungi Provinsi Kermanshah untuk mengawasi dan mengkaji proses bantuan kepada korban gempa.
Banyak dari pemimpin dan petinggi berbagai negara serta organisasi internasional mengirim pesan atau mengontak pejabat Republik Islam Iran mengungkapkan solidaritas mereka kepada pemerintah dan bangsa Iran. Mereka juga mengkonfirmasikan kesiapan untuk memberibantuan kepada korban gempa.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di akun Twitternya seraya memuji ucapan solidaritas dan usulan berbagai negara untuk memberi bantuan kepada korban gempa di barat Iran menyatakan, untuk saat ini Iran mampu memanajemen krisis gempa dengan sumber internal.
Ebrahim Moghimi dari Universitas Tehran kepada ISNA mengatakan, banyak retakan di dataran tinggi di Iran yang tidak memiliki arah yang sama. Oleh karena itu, selain Iran, negara-negara seperti Irak, Turki, Afghanistan, Pakistan, Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, Georgia dan Armanistan akan terkena dampak dari perubahan getaran.
Sementara itu, yang bakal kekal dari bencana alam ini adalah solidaritas dan persatuan rakyat dan pejabat pemerintah yang tetap konsisten bersama baik saat perang atau musibah seperti banjir, topan dan gempa bumi. Namun tak diragukan lagi bahwa musibah gempa seperti Rudbar, Bam dan kini di Kermanshah merupakan peringatan untuk mempercepat langkah-langkah yang mampu mereduksi dampak pahit gempa bumi.
Korban tewas dan terluka paling banyak diderita kota Qasr-e Shirin, Sarpol-e Zahab dan Salas-e Babajani. Bencana gempa bumi ini merusak ribuan rumah dan sebagian infrastruktur kawasan ini mengalami kerusakan serius. Berbagai sumber media menyatakan sedikitnya 70 ribu warga membutuhkan tempat berlindung.
Kermanshah yang terletak di antara gugusan pegunungan Zagros, di era kuno pernah menorehkan sejarah gemilang. Manusia pertama yang meninggalkan kehidupan di gua-gua sekitar sembilan ribu tahun lalu dan seiring dengan semakin hangatnya permukaan bumi mulai menetap di satu tempat adalah warga Kermanshah.
Warga pertama yang memanfaatkan tanah liat sebagai bahan membuat rumah dan industri adalah warga Kermanshah. Desa pertama di Timur Tengah di era neolitikum atau zaman batu muda, muncul di kawasan ini. Warga Kermanshah di era kuno dengan kreatifitas mereka menciptakan tembikar adalah warga yang aktif di bidang industri dan banyak peninggalan pra sejarah yang dapat ditemukan di wilayah ini.
Daya tarik sejarah pra Islam kota Kermanshah mayoritasnya adalah peninggalan era Sasanid dan yang paling terkenal adalah Taq-e Bostan (Arch of the Garden). Taq-e Bostan kini menjadi simbol kota Kermanshah. Peninggalan bersejarah ini terletak di barat laut Kermanshah dan berupa stenografer dan prasasti batu yang dipahat di pegunungan. Taq-e Bostan merupakan peninggalan era dinasti Sasanid.
Taq-e Bostan dibuat di abad ketiga masehi dan memiliki nilai seni serta sejarah yang tinggi. Sejumlah lembaran sejarah termasuk penobatan Khosrow Parviz, Ardashir II, Shahpor II dan III, serta sejumlah prasasti batu dengan gaya tulisan Pahlevi.
Inskripsi Behistun merupakan peninggalan era Akhaimenia dan terletak di 30 km kota Kermanshah, di gugusan pegunungan Behistun. Inskripsi Behistun salah satu dokumen sejarah dunia terpenting dan data sejarah mulai era Achaemenid yang menjelaskan kemenangan Darius, raja Kekaisaran Achaemenid terhadap Smerdis atau Bardiya dan menceritakan para pemberontak yang diikat. Peninggalan bersejarah ini dicatat di UNESCO pada tahun 2006 sebagai warisan budaya.
Sementara di era Saljuk di abad 11 Masehi, Kermanshah terpilih sebagai kota kepala wilayah Kurdi. Kota ini di era Qajar kembali menemukan model perkotaannya dan mengingat posisinya yang terletak di perempatan antara dua jalur utara ke selatan dan tengah ke barat serta bertetangga dengan Irak serta menjadi ujung perjalanan ke arah kota Karbala dan Najaf, maka posisi Kermanshah semakin penting.
Kermanshah selama gerakan konstitusional memiliki peran cukup signifikan dan di peran dunia pertama dan kedua, kota ini diduduki tentara asing. Kota ini kemudian ditinggalkan tentara asing setelah perang berakhir. Di era perang yang dipaksakan Irak terhadap Iran, Kermanshah menjadi wilayah utama perang, bahkan sebelum perang resmi meletus, telah terjadi bentrokan darat dan udara di kota ini.
Kermanshah di era perang pertahanan suci menjadi target musuh dan ajang bentrokan kedua pasukan. Perang Irak terhadap Iran meletus di provinsi ini dan juga berakhir di kota ini. Warga Kermanshah selama perang berjuang dengan gagah berani dan membela tanah air mereka.
Kermanshah pusat pertanian Iran dan mayoritas pendapatan ekonomi provinsi ini dari budidaya sayur-sayuran. Kermanshah juga memiliki banyak sebutan seperti pintu ziarah, persimpangan jalur sutra, lokasi terbesar etnis Kurdi, Indianya Iran (karena keragaman etnis dan mazhabnya), kelahiran peradaban karena ditemukannya peninggalan kuno. Hal ini menunjukkan posisi penting Kermanshah sepanjang sejarah Iran. 28 Juli juga disebut hari nasional "Kermanshah: tempat kelahiran peradaban".
Di jam-jam pertama setelah terjadinya musibah gemba bumi di Kermanshah, seluruh fasilitas dan relawan digalang untuk memberi bantuan kepada para korban. Pentingnya mempersiapkan kebutuhan para korban gempa Kermanshah menjadi poin yang menunjukkan persatuan, solidaritas dan partisipasi luas bangsa Iran di saat-saat sensitif.
Penekanan Rahbar untuk memberi bantuan total kepada korban gempa, tekad bulan sabit Iran dan motivasi tinggi serta kemampuan potensial para donatur untuk membantu saudara-saudara mereka yang tertimpa musibah membuat musibah ini semakin penting.
Selama beberapa hari lalu, aktivis sosial juga langsung terlibat dan melalui berbagai sarana seperti dunia maya dan jejaring sosial, mereka menyebar pesan akan hal-hal yang dibutuhkan para korban. Selain itu, para seniman dan atlet juga terjun memberi bantuan para korban. Komunitas atlet Tehran hari Rabu (15/11) berkumpul di stadium Shahid Shiroodi Tehran memberi bantuan kepada korban gempa serta mengumpulkan bantuan dari warga untuk disampaikan kepada mereka yang membutuhkan.
Kianoush Rostami, peraih medali emas bidang angkat besi di Olimpiade Rio melelang medalinya untuk memberi bantuan kepada para korban gempa Kermanshah. Sara Javanmardi, anggota timnas cabang olah raga menembak juga melelang medali emas pra-olimpiade Rio untuk membantu para korban.