Shajarian, Kepergian Master Musikus Iran
-
Pemakaman Mohammadreza Shajarian
Komunitas musik Iran kehilangan salah seorang seniman besarnya yang wafat baru-baru ini. Musikus terkemuka Iran, Ostad Mohammad Reza Shajarian dengan karya-karyanya tidak hanya dikenal di negara asalnya saja, tapi juga di di berbagai negara dunia.
"Saya Mohammad Reza Shajarian, putra bangsa Iran. Suara saya adalah bagian dari budaya klasik Iran, yang ingin mengingatkan orang-orang di dunia bahwa budaya kami manusiawi dan pesannya tentang perdamaian, ketenangan dan cinta. Kami tidak memiliki pesan selain persahabatan dan kehidupan," demikian petikan salah satu pernyataan Almarhum Shajarian semasa hidupnya.
Penyanyi terkenal Iran ini meninggal pada hari Kamis, 7 Oktober 2020, setelah bertahun-tahun menderita sakit. Masyarakat Iran, terutama komunitas musik kehilangan atas kepergiannya.
Shajarian berperan besar di bidang budaya dan seni dengan memperkenalkan sastra klasik dan puisi Persia. Selama beberapa dekade terakhir, ketenaran seninya telah mencapai titik di mana dunia mengetahui musik tradisional Iran bersama kekayaan sastranya.
Liputan media tentang meninggalkan Mohammad Reza Shajarian tersebar luas. Sebagian besar media dunia melaporkan kematiannya sebagai berita penting dan simbol musik tradisional Iran. Banyak tokoh politik dan budaya serta seniman menyatakan belasungkawa atas kepergiannya. Komunitas penutur bahasa Farsi di kawasan, yang dipengaruhi oleh budaya dan peradaban Iran, memuji karya seninya.
Misalnya, ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional Afghanistan, Abdullah Abdullah dalam sebuah pernyataan menyatakan belasungkawa atas wafatnya Profesor Mohammad Reza Shajarian dan menyebutnya sebagai warisan budaya bersama dari masyarakat di kawasan.
Kantor berita Reuters menulis, Mohammad Reza Shajarian, yang menghidupkan kembali musik klasik Iran, meninggal pada usia 80 tahun. Surat kabar Jepang Mainichi menulis, guru musik Iran, Shajarian menghidupkan musik tradisional Iran dengan gaya menyanyinya.

Mohammad Reza Shajarian lahir pada tanggal 22 Oktober 1919 di kota Mashhad. Dia mulai belajar qiraat di masa kekanak-kanakan. Dengan bakat dan suaranya yang bagus, dia mulai mengolah suaranya sendiri di bawah asuhan ayahnya, yang juga seorang qari. Pada tahun 1331, untuk pertama kalinya suara bacaan al-Qurannya disiarkan di Radio Khorasan.
Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Shajarian bekerja di bidang pendidikan dan mulai mengajar santur. Setelah pindah ke Tehran pada tahun 1346 Hs, ia berkenalan dengan master musik terkenal seperti Ahmad Ebadi. Selain mengambil kursus musik dan menyanyi, ia juga lulus di bidang kaligrafi dari Ostad Hassan Amirkhani di tingkat yang sangat baik. Pada tahun 1350 Hs, ia berkenalan dengan musisi Iran, Faramarz Payvar.
Pertunjukan live-nya dengan Mohammad Reza Lotfi dan Nasser Farhangofar dalam instrumen yang terlupakan membuatnya terkenal dan populer di kalangan musisi dan peminat musik, dan secara bertahap ia menjadi sosok yang terkenal. Pada tahun 1977, ia memenangkan juara pertama dalam musabaqah Alquran nasional.
Setelah kemenangan Revolusi Islam, Mohammad Reza Shajarian dan Shahram Nazeri melakukan kolaborasi dalam beberapa album bersama Chavosh Center, yang sebagian besar bernada revolusioner dan patriotik. Sejak itu, Shajarian menyusun baris vokal dan mendidik murid-muridnya.
Pada 1357 Hs, ia membacakan doa Rabana dan munajat Masnavi Afshari. Doa ini telah menjadi salah satu program utamanya selama bulan Ramadhan di Iran selama tiga puluh tahun.
Selama tahun 1981-an, Shajarian memulai kolaborasi ekstensif dengan Parviz Meshkatian, yang menghasilkan beberapa album musik yang luar biasa. Selain itu, dia melakukan konser di luar Iran bersama grup Aref, yang dipimpin oleh Meshkatian. Pada 1970-an, ia berkolaborasi dengan beberapa master musik seperti Dariush Pirniakan yang menggelar konser di Eropa dan Amerika Serikat, serta merilis beberapa album musik.

Pada tahun 1377 Hs, Shajarian merilis album "Malam, Diam, Gurun" dengan komposer Kayhan Kalhor. Ia juga mempopulerkan musik maqami Khorasan Utara dengan lagu daerah dan beberapa instrumen lokal di dalamnya. Haj Ghorban Soleimani, termasuk musisi dotar terkenal yang masuk dalam karya ini.
Pada tahun 2002, Mohammad Reza Shajarian merilis dua album, "Aku Tidak Bisa Tanpamu" dan "Jeritan", yang dibawakan bekerja sama dengan Hossein Alizadeh, Kayhan Kalhor dan Homayoun Shajarian. Kedua album tersebut masuk nominasi Grammy Awards. Pada musim dingin tahun 2003, grup beranggotakan empat orang itu menggelar konser di Tehran untuk membantu para korban gempa Bam yang dikenal dengan nama "Ham Nava Ba Bam". Dia mendonasikan hasil penjualan DVD konsernya untuk rekonstruksi Bam.

Sejak 1386 Hs, Mohammad Reza Shajarian telah berkolaborasi dengan grup Ava dan mengadakan konser di Tehran, Isfahan, Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada.
Di tahun-tahun berikutnya, dia dan putranya Homayoun Shajarian mempromosikan dan menyebarkan musik asli dan tradisional Iran dan memainkan peran penting dalam melestarikan harta karun seni Iran, seperti setelah konser Shajarian di Vancouver, Kanada, "Globe and Mail" menjadikan Shajarian sebagai legenda Musik Timur.
Mohammad Reza Shajarian mendirikan sebuah grup musik pada tahun 1387 Hs dan menamakannya "Shahnaz Ensemble" untuk menghormati Jalil Shahnaz, seorang musisi tidak terkenal yang telah mendedikasikan hidupnya untuk perkembangan musik tradisional. Salah satu fitur penting dari grup ini adalah penggunaan instrumen inovatif Mohammad Reza Shajarian, beberapa di antaranya memiliki fitur yang menjadikannya alternatif semacam penggunaan instrumen Barat seperti biola.
Mohammad Reza Shajarian adalah pencipta beberapa instrumen baru dalam musik Iran yang secara resmi memamerkan instrumen ini di depan umum dalam sebuah pameran di Tehran pada tahun 1390. Beberapa dari instrumen tersebut yaitu: Sarahi, Shahr Ashob, Saghar, Karshmeh dan Sebo.
Di tahun 1393 Hs, seniman terkemuka Iran ini kembali menggelar tur konser dunia bersama grup Shahnaz. Mohammad Reza Shajarian merilis sekitar 60 album musik di lebih dari puluhan konser domestik dan internasional.
Shajarian dalam sebuah wawancara mengatakan, "Ketika sedang menerbitkan album di bidang lagu, ayah banyak memberikan perintah untuk menerbitkan beberapa koleksi tilawah. Setelah ayah wafat, berpikir melakukan apa yang diperintahkan ayah, dan menerbitkan beberapa tilawah dalam koleksi "In Memory of the Father". Doa Rabbana adalah bacaan Alqurannya yang paling terkenal, yang terdaftar sebagai karya nasional di Iran.

Pada Shahrivar 1378 Hs, Mohammad Reza Shajarian dan tiga seniman lainnya dianugerahi Medali Perdamaian Tinggi di Festival Internasional ke-5 "Seni untuk Perdamaian". Selain itu, Lencana Ksatria diberikan kepada Shajarian oleh Prancis pada tahun 2014. Pada 1378 Hs, ia menerima Picasso Prize dan Diploma of Honor dari UNESCO. Penghargaan ini diberikan setiap lima tahun kepada seniman yang berjuang untuk mempromosikan budaya dan seni negaranya. Mohammad Reza Shajarian juga menerima Penghargaan Mozart dari UNESCO pada tahun 2006.
Situs web Asosiasi pemusik Asia menobatkannya sebagai musisi Iran paling terkenal. Surat kabar Vancouver menamainya sebagai salah satu artis musik paling penting di dunia, dan National Public Radio (NPR) menamainya sebagai salah satu dari 50 suara teratas di dunia sepuluh tahun lalu. Shajarian dikenal sebagai "Khosravi Avaz Iran". Mohammad Reza Shajarian telah mengajar banyak siswa di bidang tarik suara, beberapa di antaranya yang paling terkenal adalah: Hesamuddin Siraj, Iraj Bastami, Hamid Reza Nourbakhsh, Sina Sarlak, Mohammad Isfahani, Homayoun Shajarian dan lainnya.
Penyanyi terkenal ini juga membuat sondtrack untuk film dan yang paling menonjol adalah film "Delshadeghan" garapan almarhum Ali Hatami.

Prestasi terpenting Profesor Mohammad Reza Shajarian tidak hanya mengenalkan musik sebagai musik, tapi memberikan pengayaan dengan mengenalkan muatan khazanah sastra Persia yang kaya di dalamnya. ia mendendangkan puisi klasik dari para penyair terkemuka seperti: Hafez, Saadi, Rumi, Attar, Babataher dan Khayyam, dalam beberapa konser dan karyanya. Selain itu, ia juga menggunakan "puisi baru" seperti penyair Fereydoun Moshiri, Nima Yoshij, Sohrab Sepehri, Mehdi Akhavan Sales dan Houshang Ebtehaj. Ia juga mendidik para musisi muda yang sebagian bersinar terang sebagai musisi terkemuka Iran.
Shajarian dimakamkan di Toos, di sebelah makam penyair klasik Iran Abolghasem Ferdowsi sebagai bagian dari upaya merawat tradisi untuk melestarikan budaya, bahasa dan jati diri bangsa Iran.(PH)