Kemajuan Rudal, Drone dan Satelit Pertahanan Iran (6)
Tujuan utama dari setiap negara dan sistem politik dalam sistem anarkis internasional adalah bertahan hidup.
Setiap negara berusaha untuk meningkatkan kekuatannya menghadapi setiap ancaman demi memastikan kelangsungan hidup mereka dalam sistem internasional yang anarkis.
Dr. Ali Abdollahkhani, peneliti dan pakar Iran di bidang hubungan internasional, mengatakan, "Bagi kaum realis, politik dunia memiliki gambaran gelap dan sistem internasional adalah medan perang untuk bertahan hidup,".
Motivasi paling mendasar dari setiap negara untuk bergerak mewujudkan kepentingan nasionalnya, serta menjaga kelangsungan hidup dan kedaulatannya. Dengan paradigma ini, negara tidak akan pernah bisa memastikan niat negara lain, apalagi tidak ada negara yang bisa yakin bahwa negara lain tidak akan menggunakan kemampuan militer untuk melawannya.
Setiap negara berusaha meningkatkan kekuatan mereka ke tingkat pencegahan yang akan mencegah negara rival menyerang. Tentu saja, kekuatan besar terkadang membangun gudang senjata besar non-konvensional dengan kedok pencegahan.
Tapi faktanya bukan pencegahan, karena didasari oleh motif agresi terhadap negara lain. Misalnya pendekatan Amerika, mengambil aspek agresif, bahkan pendudukan terhadap negara lain. Amerika Serikat terbukti menggunakan kekuatan militernya secara berulang kali untuk menginvasi negara-negara yang kurang kuat di seluruh dunia dengan dalih mengancam kegiatan pertahanan mereka.
Washington telah membenarkan pendekatan militer ini dengan kedok tindakan pencegahan. Patrick Morgan, seorang profesor ilmu politik percaya bahwa pencegahan memiliki dua sisi. Satu pihak yang merasa terancam secara secara akan memperkuat dirinya sehingga pihak lain tidak melakukan tindakan konfrontasi terhadapnya. Pencegahan didasarkan pada upaya menghalangi munculnya ancaman.
Lalu, apa ciri-ciri pencegahan? Kapasitas dan kredibilitas adalah fitur pencegahan yang paling penting. Kapasitas adalah adanya kemampuan yang dapat diandalkan untuk mencegah agresi. Dalam kasus Iran, negara ini memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap agresi asing.
Kredibilitas pencegahan juga berarti bahwa negara-negara saingan dan musuh benar-benar menyadari kemampuan militer dan sipil pihak lain untuk menanggapi setiap agresi. Liputan media tentang kemampuan ini efektif dalam memvalidasi pencegahan.
Peran kemampuan rudal dan pesawat nirrawak Iran dan pemahaman AS tentang militer Iran mungkin menghalangi negara adidaya ini melancarkan agresi terhadap Iran.
Dalam konteks hubungan internasional, negara bertindak secara rasional dan berusaha untuk memastikan kelangsungan hidup mereka sendiri. Langkah sejumlah negara adidaya mempersenjatai beberapa negara dan Israel sebagai rezim teroris dengan rudal jarak jauh dan bom atom menimbulkan ancaman bagi Iran, yang menekankan peningkatan kemampuan rudal konvensionalnya. Meskipun demikian, Iran tidak tertarik untuk membuat senjata nuklir. Masalah kemampuan rudal Iran sebagai dasar utama dari kemampuan pencegahan dan kekuatan pertahanan negara ini.
Mungkin alasan terpenting langkah Iran untuk menghalangi dan memperkuat kemampuan pertahanan dan misilnya adalah pengalaman sejarah, termasuk invasi rezim Baath Irak. Selama perang yang dipaksakan terhadap Iran, rezim Saddam Hussein membombardir Tehran, Isfahan, Shiraz, Tabriz, dan berbagai kota lainnya di Iran dengan berbagai jenis bom.
Tujuan dari serangan ini untuk menimbulkan banyak korban warga sipil. Sejak perang meletus, Republik Islam Iran telah berusaha untuk mencegah perang serupa dan memperkuat program misilnya demi melawan ancaman konstan dinamika politik Barat, bahaya perluasan pangkalan AS di Teluk Persia, dan penjualan miliaran dolar senjata AS ke Arab Saudi dan rezim Zionis.
Ehsan Yari, peneliti Iran di bidang studi regional Timur Tengah mengatakan, "Komitmen geopolitik yang timbul dari posisi strategis Iran dan pengalaman perang Irak-Iran memerlukan pencegahan regional, yang beriringan dengan perkembangan teknologi militer internasional, sekaligus menghadapi siklus perlombaan senjata, menjadi salah satu faktor yang paling penting dalam pengembangan program rudal dan drone Iran, sebagai bagian dari strategi pencegahan umum dan pengembangannya,".
Untuk menciptakan kekuatan pencegah yang berkelanjutan dan efektif, Iran melakukan pengembangan rudal selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam hal jangkauan, akurasi, jumlah hulu ledak, dan berbagai landasan peluncurannya.
Mohammad Qadri Saeed, Kepala Studi Militer di Pusat Studi Strategis Al-Ahram mengatakan, “Sistem rudal telah dikembangkan sebagai elemen kunci dalam konsep pencegahan di abad ke-21. Dalam konteks kawasan TImur Tengah, rudal balistik adalah alat bagi negara-negara di kawasan untuk mengejar strategi asimetris melawan kekuatan yang lebih besar. Selian itu, secara ekonomis rudal balistik relatif lebih murah daripada mengerahkan dan memelihara kekuatan konvensional besar seperti angkatan udara.
Pendekatan militer Iran di kawasan itu bersifat defensif dan pencegahan. Dengan demikian, Iran memiliki anggaran pertahanan terendah dibandingkan antara negara-negara besar di kawasan. Belanja pertahanan Iran tahun 2016 diperkirakan sebesar 15,9 miliar dolar, sedangkan belanja pertahanan Arab Saudi sebesar 56,9 miliar dolar. Angka ini bahkan lebih besar pada tahun 2015.
Iran selama ini mengandalkan kemampuan dalam negerinya untuk membawa stabilitas dan perdamaian di kawasan. Tetapi beberapa negara di kawasan seperti Arab Saudi dan UEA, justru menjadikan mereka sebagai yang disebut mantan Presiden AS Donald Trump, "sapi perahannya" . Percuma saja melakukan perlombaan senjata di kawasan, dan keuntungan dari proses ini hanya untuk kepentingan negara-negara Barat dan rezim Zionis.(PH)