Jul 12, 2021 17:15 Asia/Jakarta
  • Kemajuan Rudal, Drone dan Satelit Pertahanan Iran (8)

Barat menggunakan sarana media untuk mewujudkan kepentingnnya, termasuk mempengaruhi opini publik internasional supaya sejalan dengan kepentingannya.

Alih-alih melakukan tugas menyampaikan informasi yang netral, beberapa media internasional menyampaikan berita yang membalikkan fakta dan menciptakan perang psikologis sesuai dengan tujuan politik negara masing-masing.

Perjalanan sejarah menunjukkan bagaimana media dijadikan sebagai alat politik untuk mengarahkan opini publik, sebagaimana yang terjadi pada tahun 1916 di era kepresidenan Wilson. Pada saat Perang Dunia I, orang-orang Amerika Serikat sangat menentang campur tangan dalam perang, tetapi dalam waktu enam bulan komisi bentukan Wilson berhasil mengarahkan opini publik orang-orang AS sehingga kebanyakan dari mereka mendukung intervensi dalam perang dan pemusnahan orang Jerman.

Pendekatan yang sama diulang selama invasi AS ke Irak dengan dalih senjata pemusnah massal pada tahun 2003, tetapi senjata tersebut kemudian tidak terbukti. Dengan demikian, media memiliki pengaruh besar dalam mendukung upaya mewujudkan tujuan politik, keamanan, militer dan lainnya.

 

Berpijak dari fakta ini, media Barat dan think tank mengerahkan segala cara untuk mewujudkan tujuannya, termasuk dalam upaya melemahkan kemampuan pertahanan Iran. Mereka berupaya menganalisis kemampuan pertahanan Iran, termasuk kekuatan rudalnya, kemudian membangun opini sesuai dengan kepentingannya. Mereka menjadikan insiden terkecil terkait kemampuan pertahanan Iran sebagai headline sehingga opini publik sensitif terhadap masalah tersebut.

Tujuan akhir dari langkah tersebut untuk memberikan informasi yang tidak realistis atau berlebihan demi menggiring opini publik dunia supaya menyoroti pertahanan Iran yang ditempatkan sebagai ancaman global dengan cara menjadikan setiap berita dan analisis mengenai kemampuan pertahanan Iran sebagai ancaman dunia.

Di ruang media ini, pembelian senjata bernilai miliaran dolar oleh negara-negara Teluk dan sekutu AS disensor atau hilang dalam berita. Selain itu, intervensi militer AS di kawasan itu secara keliru digambarkan sebagai upaya mempromosikan perdamaian, maupun menyeimbangkan kekuatan, dan memerangi kelompok teroris, atau melindungi perdagangan maritim bebas.

Media Barat mencoba untuk mengalihkan opini publik dunia dalam masalah kemampuan pertahanan Iran dari kekuatan pencegahan rudal menjadi ancaman global dengan menggunakan pembalikan berita atau taktik pejoratif melalui mendistorsi fakta tentang kekuatan pertahanan dan pencegahan Iran, mereka mencoba menggambarkan Iran sebagai negara pengancam yang berbahaya.

Media Barat selalu berusaha untuk menciptakan ruang bagi serangan militer AS terhadap Iran, dan mempromosikan gagasan bahwa Iran adalah ancaman bagi perdamaian. Tentu saja, seperti yang diakui oleh beberapa kalangan studi independen di Barat, Amerika Serikat dan sekutunya tidak mampu menyerang Iran, dan tujuan mereka untuk mengintimidasi negara-negara Arab di kawasan itu dan meningkatkan penjualan senjatanya.

Media Barat selalu menyajikan berita yang tidak bertentangan dengan narasi palsu pemerintah AS tentang Iran. Dr Shupak, Gregory, seorang peneliti komunikasi, penulis buku, "Cerita Keliru: Palestina, Israel, dan Media", berpendapat bahwa laporan media Barat dirancang untuk membuat audiens berpikir bahwa Iran bertanggung jawab atas setiap serangan dan itu adalah kekacauan. 

Salah satu trik yang digunakan oleh media dan think tank Amerika untuk mengancam pertahanan Iran adalah membandingkannya dengan negara-negara Teluk Persia dan membujuk mereka untuk menghadapi Tehran. Lembaga think thank Amerika, Atlantic Council  menerbitkan laporan analisis yang mendesak negara-negara Teluk untuk membeli peralatan angkatan laut dari perusahaan-perusahaan Barat.

"Pencegahan itu penting, dan negara-negara Teluk perlu berinvestasi lebih banyak di angkatan laut mereka untuk mencapai tujuan ini," tulis Atlantic Council.

Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan perlombaan senjata di kawasan.

 

 

Media Barat berupaya menekankan masalah pengurangan anggaran Angkatan Laut AS, dan meningkatkan pentingnya Samudera Hindia bagi militer AS dalam menanggapi ancaman Cina, sekaligus mengurangi ketergantungan AS terhadap minyak Asia Barat, dengan mengklaim bahwa kehadiran AS di Teluk Persia akan mengalami penurunan di masa depan.

Dengan menempatkan Iran sebagai ancaman, mereka menekankan bahwa negara-negara yang berbatasan dengan Teluk Persia harus beralih ke pembelian senjata Barat secara luas untuk melawan Tehran.

Seperti yang ditulis oleh think tank Atlantic Council dalam sebuah analisis yang menekankan kekuatan angkatan laut Iran, "Tehran tidak hanya memiliki armada yang kuat, tetapi juga persenjataan rudal yang baik. Tetapi "negara-negara Teluk yang bergantung pada jaminan keamanan AS, memiliki kelemahan armada sampai batas tertentu, misalnya angkatan laut Saudi hanya dapat merakit sejumlah kapal usang. Situasi ini tidak dapat diandalkan dalam menghadapi kemampuan perang simetris Iran. Oleh karena itu, kemampuan angkatan laut konvensional, dan pemerintah Saudi harus memperkuat kekuatan angkatan lautnya,”. 

Melabeli Iran sebagai ancaman terhadap negara-negara Teluk Persia dan membujuk mereka untuk membeli sistem rudal juga dilakukan dalam konteks ini. “Kemampuan rudal negara-negara Teluk Arab terbatas, dan kekuatan rudal balistik Arab Saudi tidak memiliki presisi yang diperlukan.Jika Iran menggunakan rudalnya untuk menyerang negara-negara Arab, rudal Saudi tidak dapat melakukan serangan balasan terhadap target yang besar." kata Anthony Cordesman, seorang analis di Center for Stategic and International Studies.

Dengan menciptakan Iranophobia, media Barat dan analis mereka mendesak para pembuat kebijakan Washington untuk mempersiapkan peningkatan penjualan senjata dan integrasi sistem rudal Teluk.

Langkah ini diambil di saat kemampuan rudal dan drone Iran pada dasarnya bersifat defensif dan pencegahan. Iran memiliki hubungan baik dengan negara-negara di kawasan. Dari sudut pandang Tehran, intervensi Amerika Serikat dan Inggris serta beberapa negara Barat menjadi akar dari ketidakamanan di Teluk Persia.

Iran percaya bahwa keamanan regional dapat dicapai bukan melalui pembelian senjata besar-besaran dan penjarahan kekayaan bangsa-bangsa di kawasan, tetapi melalui kerja sama kolektif. Oleh karena itu, Iran mempresentasikan rencana perdamaian Hormuz. Bagi Iran, penjualan senjata negara-negara Barat ke Arab Saudi dan UEA tidak memiliki konsekuensi selain eskalasi kejahatan perang terhadap rakyat Yaman.

Pendekatan lain yang diambil oleh media Barat dalam memusuhi Iran dengan menanamkan ancaman Iran di benak publik dunia, terutama peningkatan jangkauan rudal Iran untuk mencapai Eropa dan Amerika Serikat demi melegitimasi sanksi yang menindas terhadap Iran di mata publik internasional.

Nick Hansen, seorang analis Barat, mengklaim bahwa Iran sedang mencoba untuk mencapai teknologi rudal balistik antarbenua. Ia mengatakan, “Program rudal Iran mungkin, dari waktu ke waktu, menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa dan di tempat lain. Ancaman rudal jangka panjang bisa menjangkau Amerika Serikat sendiri. Saat ini, mengingat kemampuan rudal Iran, fokusnya terletak pada efek dari kemampuan rudal ini di kawasan.”

Media Barat secara bias menyebut keberadaan rudal dan persenjataan nuklir Amerika Serikat dan sekutunya sebagai penjamin perdamaian, sedangkan kegiatan rudal konvensional Iran menjadi mengancam keamanan internasional.

 

Kekuatan pertahanan Iran di perairan internasional

 

Analis Israel, Uzi Rubin mengatakan, "Jangkauan sebenarnya dari rudal Sajil Iran sekitar 2.500 kilometer. Dengan daya jangkau ini, rudal Iran bisa mencapai Warsawa dan, pada kenyataannya, enam negara anggota Uni Eropa, Situs peluncuran rudal ini berada di pegunungan, lembah dan selat. Anda dapat menyembunyikan ribuan rudal balistik di sana. Jadi kemampuan membangun rudal yang bisa mengancam Eropa kini ada di Iran. Iran sedang mengejar beberapa program rudal dan luar angkasa berkecepatan tinggi. Tak seorang pun, kecuali orang Cina, bekerja begitu cepat. Terlepas dari semua sanksi, Iran telah mampu memperoleh semua infrastruktur yang diperlukan untuk membangun rudal canggih dan mengembangkan kemampuan teknisnya. Mereka sedang membangun universitas teknologi." 

Pembalikan fakta mengenai kegiatan ilmiah dan damai Iran, dengan menebar Iranofobia, dan menempatkan kemampuan pertahanan Iran sebagai ancaman global, pada kenyataannya, adalah strategi media Barat yang sedang berlangsung hingga saat ini. Hal ini terjadi di saat intervensi kekuatan transregional dan ancaman mereka terhadap Iran menyebabkan ketegangan di kawasan dan perlombaan senjata. Terlepas dari gencarnya propaganda media Barat, opini publik dunia saat ini lebih menyadari dimensi pendekatan standar ganda media Barat terhadap kegiatan pertahanan rudal Iran.(PH)