Jul 11, 2021 07:51 Asia/Jakarta
  • 11 Juli 2021
    11 Juli 2021

Hari ini Ahad, 11 Juli 2021 bertepatan dengan 30 Zulkaidah 1442 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 20 Tir 1400 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.

Imam Jawad  as Gugur Syahid

1222 tahun yang lalu, di hari terakhir bulan Dzulqadah tahun 220 Hijriah, Muhamad Taqi bin Ali al-Jawad, imam kesembilan para pengikut Ahlul Bait, gugur sebagai syahid di tangan musuh-musuh Islam.

Imam Jawad adalah generasi kedel

Muhamad Taqi bin Ali al-Jawad, imam kesembilan para pengikut Ahlul Bait

apan keturunan Rasulullah Saw. Beliau dilahirkan pada bulan Ramadhan tahun 195 Hijriah.

Setelah ayahandanya Imam Ali Ridha as gugur di tangan Khalifah Makmun, Imam Jawad as menerima tampuk imamah atau kepemimpinan atas umat Islam. Pada masa imamah Imam Jawad, ilmu-ilmu keislaman tengah berkembang pesat dan faham-faham baru dari dunia luar seperti berbagai aliran filsafat Yunani mulai masuk kepada masyarakat Islam. Sebagai orang yang dikenal memiliki ilmu sangat tinggi, Imam Jawad menjadi pusat kunjungan para ulama dan cendekiawan muslim yang ingin mempelajari ilmu-ilmu keislaman.

Imam juga aktif mengadakan berbagai pengajian dan majelis-majelis diskusi dengan para ilmuwan zaman itu. Dalam berbagai kesempatan, Imam juga secara konsisten menunjukkan berbagai kebobrokan pemerintahan represif Bani Abbasiah saat itu. Tindakan-tindakan politik Imam Jawad inilah yang membuat gerah kalangan istana yang saat itu dipimpin oleh Khalifah Mu'tasim.

Akhirnya, Mu'tasim mengambil langkah pintas namun keji untuk membungkam gerakan Imam Jawad as dengan cara membunuhnya. Imam Jawad gugur sebagai syahid menyusul jejak langkah ayahanda dan para pendahulunya pada usia yang masih sangat muda, yaitu 25 tahun. Berikut ini salah satu hadis yang diriwayatkan dari beliau,

"Siapapun yang beramal tanpa pengetahuan, ia pasti tidak akan mampu melakukan perbaikan. Alih-alih melakukan perbaikan, ia malah akan melakukan kerusakan".

Ayatullah Sayid Morteza Firouzabadi Shirazi Wafat

31 tahun yang lalu, tanggal 20 Tir 1369 HS, Ayatullah Firouzabadi meninggal dunia di usia 81 tahun.

Ayatullah Sayid Morteza Hosseini Firouzabadi lahir di kota Najaf, Irak dari keluarga ulama pada 1289 HS. Setelah menyelesaikan pendidikan agama tingkat pertama dan menengah dari guru-guru besar seperti Sayid Abolhassan Isfahani dan Gharawi Isfahani. Sementara kepribadian irfaninya terbentuk berdasarkan bimbingan gurunya Haj Sayid Ali Qadhi.

Selain belajar, beliau juga aktif menulis dan mengajar. Beliau berusaha keras dan mengalami pelbagai kesulitan saat menyediakan referensi bukunya "Fadhail al-Khamsah". Selain itu, ulama rabbani ini banyak meninggal karya tulis lainnya seperti al-Sab'ah min al-Salaf, Inayah al-Ushul,  dan al-Furu' al-Muhimmah fi Ahkam al-Ummah.

Pembantaian Massal Terhadap Warga Bosnia

26 tahun yang lalu, tanggal 11 juli 1995, lebih dari 8 ribu warga muslim Bosnia, penduduk kota Srebenica, di timur negara ini dibantai secara massal oleh kalangan Serbia radikal.

Jenazah warga Bosnia dan Herzegovina

Tragedi ini merupakan aksi pembantaian massal terbesar di Eropa pasca Perang Dunia ll. Kendati Dewan Keamanan PBB pada tahun 1993 telah menetapkan Srebrenica sebagai kawasan aman dan pasukan penjaga perdamaian PBB ditempatkan di sana, namun pasukan milisi Serbia yang didukung pemerintah Beograd tetap nekad menguasai kawasan tersebut.

Menjelang agresi militer milisi Serbia ke Srebrenica warga muslim kota ini berusaha mengungsi, namun rencana mengungsi itu berhasil digagalkan oleh milisi Serbia. Mereka akhirnya membantai para lelaki muslim Bosnia, dan hanya memberi kesempatan mengungsi kepada perempuan dan anak-anak.

Ironisnya, tentara penjaga perdamaian PBB asal Belanda yang ditempatkan di sana tidak melakukan reaksi apapun untuk melindungi jiwa warga muslim dan membiarkan tragedi itu terjadi. Tentu saja sikap pasif negara-negara Eropa terhadap peristiwa ini merupakan ihwal yang patut dicermati. Tiga komite pencari kebenaran yang dibentuk setelah terjadinya tragedi itu menuding Uni Eropa dan PBB telah bersikap abai terhadap kasus pembantaian tersebut. Ironisnya, hingga kini para pelaku utama pembantaian massal itu masih belum mendapat hukuman yang setimpal atas kejahatan mereka.

Tags