Lintasan Sejarah 19 Agustus 2021
Hari ini Kamis, 19 Agustus 2021 bertepatan dengan 10 Muharam 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 28 Mordad 1400 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Hari Asyura, Tragedi Pembantaian Imam Husein as
1382 tahun yang lalu, tanggal 10 Muharam 61 HQ, Imam Husein as gugur syahid dibantai oleh pasukan Umar bin Saad.
Setelah menunaikan shalat Subuh bersama para sahabatnya, Imam Husein as berkata, " ... Allah telah memerintahkan pada kesyahidanku dan kesyahidan kalian. Selamat atas kalian yang memilih kesabaran."
Imam Husein as memerintahkan Zuhair bin Qain untuk memegang komando pasukan sebelah kanan, dan Habib bin Mazhahir, pasukan sebelah kiri. Sementara bendera berada di tangan saudaranya, Abbas.
Kendati pasukan musuh telah mendekati perkemahan, namun Imam Husein as belum memerintahkan untuk melemparkan anak panah. Beliau berkata, "Aku tidak ingin memulai perang dengan pasukan ini."
Umar bin Saad meletakkan anak panah di panahnya dan melontarkannya ke arah para sahabat Imam Husein seraya berkata, "Saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang melemparkan anak panah ke arah pasukan Husein." Kemudian tindakan ini diikuti oleh para pasukan Umar bin Saad. Mereka membidik para sahabat Imam Husein as dari segala arah.
Imam Husein as berkata, "Bangkitlah wahai para sahabatku, dan bergegaslah menuju kesyahidan! Allah akan mengampuni kalian."
Pada serangan pertama, lebih dari empat puluh sahabat Imam Husein as gugur syahid. Selebihnya, secara bergilir satu persatu dari mereka maju ke medan pertempuran untuk bergegas menyambut kesyahidan. Ketika seluruh sahabat telah gugur, tibalah giliran keturunan Bani Hasyim untuk maju ke medan laga. Namun mereka pun mereguk madu kesyahidan, tanpa tersisa.
Kini Imam Husein as sendirian, tak berteman. Dengan pandangan penuh haru,beliau memandang ke arah jasad-jasad suci para sahabatnya dan memanggil mereka satu persatu, kemudian bergerak ke arah perkemahan untuk mengucapkan perpisahan terakhir. Setelah itu, beliau lantas mengeluarkan pedang dari sarungnya, berdiri berhadapan dengan musuh, dan memulai peperangan yang tak seimbang.
Musuh segera mengepungnya dari segala arah. Tiba-tiba, sebuah anak panah bercabang tiga mengenai dada sebelah kirinya, menancap tepat di jantungnya, sementara tubuh sucinya dipenuhi oleh anak-anak panah yang menancap. Imam Husein as tersungkur jatuh, gugur syahid. Ruhnya yang mulia bergabung ke alam malakut yang tinggi. Jeritan para wanita dan anak-anak, bahkan para malaikat membahana, mengharu biru dan memenuhi belantara langit.
Kudeta Atas Pemerintahan Mosaddegh di Iran
68 tahun yang lalu, tanggal 28 Mordad 1332 HS, terjadi sebuah kudeta terhadap pemerintahan Dr. Mosaddegh di Iran.
Dengan digulingkannya Mosaddegh, Shah Muhammd Reza Pahlevi yang tiga hari sebelum kudeta melarikan diri ke Italia, kembali menduduki kekuasaannya di Iran. Kudeta ini didalangi oleh CIA dan bekerja sama dengan Inggris dan memanfaatkan perpecahan yang terjadi di antara para poltikus dan rakyat.
Sebelum terjadinya kudeta ini, rakyat muslim Iran berhasil menghentikan penguasaan Inggris atas industri minyak Iran dan menasionalisasi industri minyak tersebut. Namun, kebangkitan rakyat ini menjadi lemah karena terjadinya pertentangan antara para pemimpin politik dan ruhaniwan.
Dalam situasi seperti itu, komandan militer Tehran mengumumkan pelarangan segala bentuk demostrasi. Namun, sekelompok preman yang sebelumnya sudah diorganisasi bersama dengan pasukan Shah turun ke jalan dan menyerang pusat-pusat pemerintahan. Kemudian, Zahedi, seorang perwira pro-AS mengumumkan jatuhnya pemerintahan Mosaddegh dan mengangkat dirinya sebagai perdana menteri melalui radio.
Setelah kudeta, Shah Reza kembali berkuasa dan menerapkan politik yang amat menekan rakyat dan memberlakukan sensor yang sangat ketat. Hasil lain dari kudeta ini adalah meningkatnya pengaruh AS di Iran dan mengurangi pengaruh Inggris.
Kudeta Terhadap Presiden Gorbachev
30 tahun yang lalu, tanggal 19 Agustus 1991, sekelompok militer Uni Soviet di bawah pimpinan Genadi Yanayev, melakukan kudeta terhadap Presiden Gorbachev.
Para pelaku kudeta ini berkeinginan untuk mengakhiri reformasi Gorbachev dan menghalangi terpecah-pecahnya Uni Soviet. Pada saat terjadinya kudeta, Gorbachev sedang berada di kepulauan Krim di tepi laut Hitam.
Boris Yeltsin yang saat itu menjadi presiden negara bagian Rusia dengan dukungan Barat dan rakyat membungkam kudeta tersebut. Digagalkannya kudeta ini membuat kekuasaan Yeltsin semakin besar dan keruntuhan Uni Soviet semakin cepat.