Feb 20, 2022 14:55 Asia/Jakarta

Surat At-Tur 13-21

يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا (13) هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ (14) أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ (15) اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (16)

pada hari mereka didorong ke neraka Jahannam dengan sekuat-kuatnya. (52: 13)

(Dikatakan kepada mereka): "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya". (52: 14)

Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat? (52: 15)

Masukklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (52: 16)

Salah satu taktik penentang para nabi adalah bahwa mereka menyebut mukjizat ilahi para nabi sebagai sihir dan berkata: Seolah-olah mereka mempesona dan menyihir mata kita dan menutupi mata kita supaya kita tidak menyadari hakikat perbuatan yang mereka lakukan.

Al-Quran di ayat ini mengatakan, ketika mereka menyaksikan api neraka jahannam dengan mata kepala mereka sendiri, dan merasakan panasnya api, dikatakan kepada mereka, apakah ini juga sihir dan mata kalian keliru melihat api yang membakar ?

Penentang para nabi dengan keras kepala berkata, " Apakah kamu menasihati kami atau tidak, itu tidak berpengaruh pada kami dan kami tidak memperhatikan saranmu." Ayat-ayat ini mengatakan: Pada Hari Kebangkitan, mereka akan diberitahu: Apakah kalian bersabar atas api atau berteriak dan mengerang, itu tidak ada bedanya dan kalian tidak memiliki jalan untuk lolos dari azab dan siksaan.

Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin berharga yang dapat dipetik:

1. Efek dari sikap keras kepala dihadapan kebenaran adalah azab pedih.

2. Azab dan hukuman di hari Kiamat sangat adil, dan itu adalah hasil dari amal dan perbuatan manusia.

3. Penghinaan dan cemoohan terhadap nilai-nilai suci agama berujung pada hinaan dan cemoohan di Hari Pembalasan.

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَعِيمٍ (17) فَاكِهِينَ بِمَا آَتَاهُمْ رَبُّهُمْ وَوَقَاهُمْ رَبُّهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ (18) كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (19)

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, (52: 17)

mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (52: 18)

(Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan", (52: 19)

Salah satu metode pendidikan al-Quran adalah menempatkan rasa takut, harapan, peringatan dan kabar baik bersama-sama agar tidak ada yang kecewa dengan rahmat Allah dan sebaliknya tidak muncul harapan yang tidak pada tempatnya di hati seseorang.

Melanjutkan ayat sebelumnya yang menjelaskan hukuman orang kafir dan pengingkar adalah neraka, ayat ini menyinggung pahala orang baik dan bertakwa adalah surga dan menyatakan, para ahli surga bergembira karena dua sebab, pertama karena mereka mendapat limpahan nikmat yang tak terhitung dari Tuhan, dan kedua, rahmat ilahi yang membuat kesalahan mereka diampuni serta terbebas dari azab neraka.

Para ahli surga seperti ahli neraka juga akan menuai hasil perbuatan mereka di dunia. Sementara besarnya pahala atau kerasnya siksaan tergantung pada seberapa besar pebuatan baik atau perbuatan buruk manusia.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin berharga yang dapat dipetik:

1. Kunci surga adalah kesucian dan kesalehan. Jika tidak ada ketakwaan, bahkan iman saja tidak efektif.

2. Mereka yang di dunia menjaga dirinya dari perbuatan buruk karena takwa, maka Tuhan di Hari Kiamat akan menjaganya dari api neraka.

2. Surga itu ada harganya, bukan alasan. Menurut Saadi, penyair Persia:

Tanpa penderitaan, harta tidak mungkin ada   Itu dibayar oleh saudara yang bekerja.

مُتَّكِئِينَ عَلَى سُرُرٍ مَصْفُوفَةٍ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ (20) وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (21)

mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. (52: 20)

Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (52: 21)

Ayat ini mengisyaratkan rahmat Tuhan lainnya yang diberikan kepada penghuni surga dan menyatakan, para ahli surga dapat berkumpul dan bercengkerama dengan orang suci dan hamba saleh, dan mereka ditempatkan di tempat yang tepat, memiliki pesta yang penuh kegembiraan.

Tuhan memberi mereka pasangan yang indah dan suci. Pria beriman mendapat istri yang cantik dan perempuan beriman mendapat suami yang sempurna. Kesemuanya ini membuat mereka tenang. Mungkin pria dan wanita beriman yang telah hidup bersama selama bertahun-tahun dalam kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akan kembali berpasangan di akhirat nanti.

Anak yang beriman juga akan dikumpulkan dengan orang tuanya, sehingga keluarga surgawi akan sempurna dan mereka semakin berbahagia. Tentu saja, Tuhan dengan rahmat dan belas kasihan-Nya menutupi kekurangan sebagian anak sehingga mereka dapat berada di posisi orang tua mereka dan dapat berkumpul bersama dengan mereka.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin berharga yang dapat dipetik:

1. Kesucian juga akan dijaga di surga, dan hubungan pria dan wanita dalam bentuk pernikahan, bukan hubungan tanpa hukum dan aturan.

2. Mereka yang menjaga pandangannya terhadap bukan muhrim di dunia, maka di akhirat akan mendapat pasangan yang indah,

3. Tolok ukur pembentukan keluarga di Islam adalah iman, oleh karena itu, pasangan dan anak yang beriman juga berkumpul di surga.

4. Kebutuhan akan pasangan dan anak telah ditetapkan di dalam diri manusia, sementara di surga juga diperhatikan kebutuhan alami dan fitri manusia ini.