Lintasan Sejarah 16 September 2022
Hari ini Jumat, 16 September 2022 bertepatan dengan 19 Safar 1444 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 25 Shahrivar 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Ayatullah Langgarudi Wafat
61 tahun yang lalu, tanggal 19 Shafar 1383 HQ, Ayatullah Sayid Murtadha Langgarudi, seorang ulama besar Islam asal Iran meninggal dunia.
Ayatullah Sayid Murtadha Langgarudi dilahirkan di kota Langgarud, sebuah kawasan di utara Iran, pada tahun 1306 Hijriah.
Sejak masih muda, Ayatullah Langgarudi sudah menunjukkan bakatnya yang besar di bidang agama. Awalnya, ia belajar di hauzah ilmiah Qazvin. Kemudian, ia melanjutkan pelajarannya di Tehran.
Pada tahun 1338 HQ, saat usianya mencapai 32 tahun, beliau pergi ke Najaf, Irak, dan melanjutkan studinya di pusat keilmuan Islam itu hingga mencapai derajat marji. Pengabdiannya terhadap Islam dilakukan dengan cara mengajar.
Papua Nugini Merdeka
47 tahun yang lalu, tanggal 16 September 1975, Papua Nugini meraih kemerdekaannya.
Pada abad ke-16, Belanda menjajah kawasan tersebut, pada tahun 1884, Inggris berkuasa di Papua. Pada tahun 1906, sebagian wilayah Papua dikuasai oleh Australia. Sebagian wilayah Papua lainnya dikuasai oleh Jerman. Kemudian, Papua dibagi menjadi dua bagian, yaitu Papua di bawah kekuasaan Australia dan Nugini yang berada di bawah pengawasan PBB. Pada tahun 1949, kedua wilayah itu bersatu.
Baru pada tahun 1975 Papua Nugini menjadi sebuah negara merdeka. Papua Nugini bagian barat berbatasan dengan Indonesia dan bagian selatannya berbatasan dengan Australia. Negara ini memiliki luas wilayah 462 ribu kilometer persegi.
Allamah Sayid Murtadha Askari Wafat
15 tahun yang lalu, tanggal 25 Shahrivar 1386 HS, Allamah Sayid Murtadha Askari meninggal dunia dalam usia 98 tahun di rumah sakit Milad, Tehran.
Allamah Sayid Murtadha Askari lahir di kota Samarra pada 1293 HS dan berasal dari keluarga ulama. Ayahnya Ayatullah Sayid Mohammad Hosseini yang dikenal dengan sebutan Syeikh al-Islam merupakan anak dari Ayatullah Sayid Ismail Syeikh al-Islam dan menantu Ayatullah Mir Muhammad Syarif Askari Tehrani yang dikenal dengan sebutan Khatimah al-Muhadditsin.
Sejak berusia 10 tahun Allamah Askari telah memasuki hauzah ilmiah dan mempelajari tingkat awal dan menengah di kota kelahirannya. Pada 1310 HS di masa Marjaiyah Ayatullah al-Udzma Hairi Yazdi di Qom, beliau pergi ke kota Qom dan mempelajari pelajaran tingkat menengah hauzah kepada guru-guru besar seperti Ayatullah Sheikh Mohammad Hossein Shariatmadari Saveji dan Ayatullah Sayid Shihab ad-Din Marashi Najafi di bidang. Kepada mereka Allamah Askari belajar fiqih dan ushul fiqih, dimana beliau berhasil menyelesaikan buku Lum'ah, Qawanin, Rasail dan Makasib.
Setelah itu Allamah Askari kembali ke kota Samarra dan melanjutkan buku Kifayah al-Ushul, kemudian fiqih dan ushul fiqih untuk tingkat mujtahid di kota itu. Beliau belajar kepada Ayatullah Agha Mirza Habibollah Ishtihardi dan Ayatullah Sayid Mohammad Reza Shoushtari.
Allamah Sayid Murtadha Askari memiliki metode baru dalam melakukan penelitian atas pelbagai masalah Islam atau dapat dikata pada dasarnya metode yang dilakukann beliau merupakan cara baru dalam menjelaskan Syiah dan membelanya. Contoh pertama penelitian beliau adalah buku Abdullah bin Saba wa Asathir Ukhra yang diterbitkan pada 1375 HQ. Buku ini dikenal luas di dunia Islam dan sangat berpengaruh. Di majalah al-Azhar terdapat dua artikel yang mengritisinya. Buku ini berlanjut hingga jilid keempat.
Setelah buku itu beliau menulis Khamsuuna wa Miah Shahabi Mukhtaliq (150 Sahabat Palsu) dalam tiga jilid, Maalim al-Madrasatain dalam 3 jilid dan al-Quran wa Riwayaat Madrasatain dalam 3 jilid. Akhirnya, dari risalah-risalah kecil beliau dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul Bar Gostareh Kitab va Sunnah. Buku-buku beliau kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa dunia seperti Persia, Inggris, Turki, Urdu, Italia, Rusia dan lain-lain.