Okt 25, 2022 13:40 Asia/Jakarta
  • Kehadiran pasukan AS di Afghanistan
    Kehadiran pasukan AS di Afghanistan

Salah satu tujuan sosial-budaya Amerika yang paling penting untuk menguasai Afghanistan sepenuhnya adalah dengan mempromosikan gaya hidup Amerika dan menyebarkan nilai-nilai Barat melalui media, universitas, pusat pendidikan dan lembaga non-pemerintah (LSM), radio, televisi, sinema, satelit, dan jejaring sosial.

Selama dua dekade (2001 hingga 2021), Amerika Serikat dan sekutu Eropanya telah mendirikan beberapa ribu organisasi non-pemerintah dalam bentuk LSM di Afghanistan, dan beberapa dari pendiri yang tampaknya swasta ini bertanggung jawab untuk secara bertahap mengubah budaya masyarakat Afghanistan. Dan dalam bentuk peningkatan kapasitas budaya pemuda, perempuan, hak asasi manusia, nilai-nilai modern, mereka memajukan tujuan dan kebijakan mereka sendiri.

Pakaian tradisional Afghanistan

Mengubah sistem pendidikan adalah institusi terpenting dan paling utama dari sistem dominasi di Afghanistan. Lembaga ini memiliki kekuatan untuk mempengaruhi semua lembaga masyarakat lainnya. Oleh karena itu, mereka mencari perubahan radikal dalam pendidikan Afghanistan di semua tahap akademik dan universitas. Tindakan pertama Barat adalah mengubah metode pendidikan di tingkat sekolah dasar dan menengah, yang dapat disebutkan dengan menghapus mata pelajaran agama seperti fikih, tafsir, akidah, bahasa Arab, mengurangi jam pengajaran Al-Quran di sekolah dan mengubah isi buku pelajaran.

Mereka mengubah topik pelajaran di sekolah dasar dengan dalih bahwa subjek didasarkan pada promosi kekerasan dan aktivitas jihad, dan mereka mengarahkan bab-bab ke arah sekularisme, promosi ide-ide barat, terutama dalam humaniora, dan meningkatkan perasaan inferioritas terhadap kemajuan material dan spiritual dari teknologi Barat

Kemiskinan adalah hadiah dari militer AS

Salah satu tindakan Amerika lainnya adalah mengurangi jam mengajar budaya dan peradaban Islam di universitas-universitas Afghanistan. Mata kuliah ini diajarkan di semua semester akademik universitas Afghanistan, dan selama itu, siswa belajar hukum ibadah dan agama mereka seperti ibadah, jual beli, kewajiban dan sunnah. Namun kursus ini hanya ditawarkan dalam dua SKS  selama masa pendudukan.

Melemahkan bahasa Dari dan Pashto, mencoba mengembangkan bahasa Inggris di Afghanistan, dan mengirim siswa ke negara-negara Barat adalah cara lain Amerika untuk mempengaruhi intelektual dan budaya di Afghanistan. Menurut pengakuan pemuda Afghanistan yang dididik dan dilatih di Barat, otoritas Barat menyiapkan perjalanan asing ke Eropa dan Amerika untuk pemuda berprestasi Afghanistan dengan berbagai dalih dan mengundang mereka ke diskotik, pub, dan kasino untuk memberikan dasar bagi transformasi budaya mereka.

Tempat belajar anak perempuan Afghanistan

Pir Mohammad Molazhi, seorang ahli masalah Afghanistan mengatakan tentang peran dan pengaruh perusahaan Barat di Afghanistan: Orang Amerika memasuki bidang mode dan pakaian dengan bantuan pusat desain pakaian Barat, terutama Prancis, yang terutama menonjol di bidang ini. Banyak wanita Afghanistan yang bekerja di pusat desain diidentifikasi dan dikirim ke negara-negara Eropa dan Amerika untuk pelatihan desain selama periode jangka pendek dan menengah, dan mereka sepenuhnya diajarkan mode Barat yang digunakan di Eropa.

Para desainer Afganistan yang dilatih di Barat ini kembali ke Afganistan untuk bekerja sebagai duta budaya Barat dan Amerika di bidang fashion dan desain pakaian di negeri ini. Program kebudayaan kedutaan besar asing seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis yang berpusat di Afghanistan, selain memberikan kebutuhan pendidikan kepada masyarakat negeri ini, juga meliputi pelatihan tari, musik rap dan rock, serta mode dan busana ala barat.

Kedatangan teknokrat Afghanistan dan memberikan posisi kunci kepada orang-orang ini adalah poros lain dari invasi budaya Barat di negara ini. Di akhir pemerintahan Karzai, mengingat situasi di Afghanistan relatif stabil, banyak teknokrat Afghanistan yang telah meninggalkan Afghanistan selama perang dan kembali ke negara itu ketika situasi sudah tenang. Mengingat Afghanistan membutuhkan orang-orang ahli dan berpendidikan, orang-orang ini mengambil sebagian besar kekuasaan di Afghanistan.

Amerika mengadopsi kebijakan tepat dari 2010 dalam kerangka rekomendasi dari think tank "RAND", yang mereka sebut jaringan Islamisme Liberal. Diskusi tentang jaringan ini di Afghanistan sangat serius. Mereka mendukung kekuatan mereka yang berpikiran sama di semua bidang yang memungkinkan. Mereka didukung oleh media dan diberikan penghargaan hak asasi manusia.

Ruang-rang iklan mode di Kabul selama masa pendudukan

Barat dan Amerika berpendapat bahwa untuk mencapai kepentingan mereka di Afghanistan, mereka harus melakukan de-budaya dan de-identifikasi serta melemahkan semangat kepercayaan rakyat. Dalam konteks ini, mereka terutama menargetkan kaum muda dan perempuan, dan berusaha melemahkan fondasi identitas kaum muda dan perempuan. Mereka ingin mempolarisasi masyarakat Afghanistan untuk mencapai tujuan budayanya. Mereka menciptakan konflik antara Syiah dan Sunni. Penyebaran agama Kristen dimulai pada saat yang sama dengan kedatangan pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan.

Mengingat adanya kemiskinan di masyarakat Afghanistan, para misionaris Kristen lebih mudah mempengaruhi pemikiran mereka. Setelah pendudukan Afghanistan, kita melihat pertumbuhan besar obat-obatan terlarang di daerah-daerah yang sebagian besar berada di tangan Amerika. Jumlah penanaman opium di daerah-daerah ini telah meningkat menjadi 40 kali lipat, yang telah menyebabkan peningkatan kecanduan di antara orang-orang Afghanistan. Lebih dari satu juta dan seratus ribu orang telah diidentifikasi sebagai pecandu narkoba di Afghanistan. Selain itu, peningkatan korupsi dan prostitusi di bawah pengaruh vulgar budaya Barat dan masalah ekonomi meningkat selama pendudukan Afghanistan.

Setelah serangan Amerika di Afghanistan, puluhan dan ratusan media dan jaringan audio-visual dan satelit diluncurkan, yang terutama sejalan dengan kepentingan budaya Barat. Melihat apa yang disebut program budaya dari sebagian besar saluran televisi baru di Afghanistan, kita melihat promosi budaya demokrasi liberal Barat, yang jelas bertentangan dengan ajaran Islam dan budaya asli dan tradisional rakyat Afghanistan. Penyusupan melalui media video dan audio merupakan salah satu trik yang digunakan Barat untuk menghancurkan budaya masyarakat dan menyebarkan prostitusi di Afghanistan.

Selain media massa negeri ini, saluran satelit dan bioskop yang ada di setiap sudut kota, selama masa intervensi militer Amerika di Afghanistan, mereka biasa menayangkan film-film cabul dan vulgar, yang pada gilirannya membuat para pemuda dan pemudi sebagai targetnya. Selain itu, banyak film di pasar kecil dan besar yang dijual dalam bentuk CD, kaset video, dan DVD dengan desain wanita telanjang, dan harganya jauh lebih rendah dari harganya,

Angelina Jolie di tengah anak-anak wanita Afghanistan

Intervensi militer Amerika di Afghanistan selama 20 tahun (2001-2021) telah membawa banyak konsekuensi dalam bidang budaya dan sosial negara ini. Konsekuensi sosial-budaya dari intervensi militer Amerika selama 20 tahun di Afghanistan dapat dilihat pada tingkat melek huruf dan invasi budaya dalam dimensi yang berbeda. Temuan laporan UNICEF 2019 menunjukkan bahwa 3,7 juta anak putus sekolah, 60% di antaranya adalah perempuan.

Kementerian Pendidikan Afghanistan telah mengumumkan bahwa 10 juta orang berusia di atas 15 tahun di negara ini buta huruf dan jumlah mereka meningkat setiap tahun. Meskipun populasi melek huruf di Afghanistan kecil, jumlah majalah dan surat kabar yang diterbitkan di negara ini selama masa pendudukan sangat mencengangkan, karena lebih dari 300 surat kabar dan majalah diterbitkan di Kabul saja. Lebih dari 280 majalah dan surat kabar ini dibiayai oleh asing, yang semuanya melayani tujuan Barat.(sl)

Tags