May 24, 2023 19:14 Asia/Jakarta
  • India dan Afghanistan
    India dan Afghanistan

Bangkitnya Taliban di Afghanistan dan dukungan penuh Pakistan terhadap milisi ini, dari satu sisi dan pengaruh radikalisme serta perluasannya di Asia Selatan dari sisi lain, telah membuat India meningkatkan perhatiannya terhadap Afghanistan.

Friksi politik dan perbatasan India dengan Pakistan, isu Kashmir, dukungan India terhadap kelompok separatis Bangladesh (Pakistan Timur), persaingan nuklir dengan Pakistan, serta keberadaan kelompok radikal seperti Taliban, al-Qaeda, Jaringan Haqani, Sipah-e-Sahaba Pakistan dan Laskar-e-Taiba termasuk isu-isu yang mempengaruhi kebijakan India di Afghanistan.

Isu dan friksi ini juga mendorong persaingan dan kontradiksi antara India dan pakistan semakin luas di Afghanistan terus berlanjut. India mengejar kepentingan nasionalnya melalui partisipasi ekonomi, rekonstruksi Afghanistan dan pembentukan sebuah pemerintahan sentral yang kuat serta sepenuhnya independen dengan bertumpu pada kerja sama regional, tapi Pakistan menilai kehadiran India di Afghanistan merusak kepentingan nasionalnya.

India-Afghanistan

Akses ke pasar yang menguntungkan di Asia Tengah melalui Afganistan merupakan salah satu faktor yang mendorong India untuk hadir secara aktif di Afganistan. India membutuhkan akses ke pasar Asia Tengah, dan Afghanistan dapat berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi India sebagai jalur transit barang India ke Asia Tengah. India adalah negara pertama yang mengumumkan dukungannya kepada Afghanistan dalam rekonstruksi Afghanistan setelah runtuhnya rezim Taliban pada tahun 2001. India mencoba menggunakan masalah ini sebagai alat yang efektif untuk melawan Pakistan dengan memperkuat pengaruhnya di Afghanistan.

Kebijakan India terhadap Kabul setelah serangan AS di negara ini pada tahun 2001 didasarkan pada hipotesis bahwa apa yang disebut kekuatan sahabat India (yaitu AS) akan memikul beban berat untuk menyediakan keamanan di Afghanistan sehingga New Delhi akan memiliki peluang lebih banyak bagi kegiatan ekonomi dan pengaruh lunak budaya.

Awal pembicaraan damai antara Taliban dan Amerika Serikat pada 2018 dan pengabaian kebutuhan partisipasi pemerintah Kabul dalam proses ini menyebabkan ketidakpuasan Delhi. Menurut India, perubahan dalam kebijakan Amerika ini melegitimasi Taliban dan mendelegitimasi pemerintah Kabul, dan memberikan dasar untuk penguatan Pakistan dan membahayakan investasi berkelanjutan selama dua dekade di Afghanistan oleh India.

Dalam dua dekade terakhir, India telah memberikan lebih dari dua miliar dolar kepada pemerintahan Hamid Karzai dan Ashraf Ghani. Selain itu, negara ini telah membangun gedung parlemen Afghanistan, rumah sakit, dan lembaga pendidikan di Afghanistan. India percaya bahwa terlepas dari komitmen Taliban dalam hal ini bahwa mereka tidak akan mengizinkan kelompok mana pun untuk melakukan tindakan teroris yang bertentangan dengan kepentingan Amerika Serikat dan sekutunya, tetapi mempertimbangkan kedalaman hubungan Taliban dengan kelompok teroris ekstremis dan anti-India di Pakistan seperti Lashkar-e-Taiba, kecil kemungkinan Taliban akan memenuhi janjinya.

India tidak ingin Taliban merebut kekuasaan setelah penandatanganan Perjanjian Damai Doha dan berusaha mengubah konstitusi dan mencaplok pemerintahan Ashraf Ghani, yang selalu mendapat dukungan dari New Delhi. Dengan penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan, negara-negara regional penting seperti Cina, Rusia, Iran dan Pakistan menyambut baik masalah ini, tetapi India adalah satu-satunya negara yang menyatakan keprihatinan tentang penarikan Amerika dan NATO dari Afghanistan. Lingkaran politik New Delhi telah menekankan pada awal 2021 bahwa penarikan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) dan pasukan Amerika dari Afghanistan akan menyebabkan Taliban mendapatkan kembali kendali atas Afghanistan, yang berarti peningkatan pengaruh Pakistan di Afghanistan dan penurunan kehadiran India di negara tersebut.

India, yang telah banyak berinvestasi dalam proyek infrastruktur Afghanistan selama dua dekade terakhir, menafsirkan penarikan pasukan Amerika sebagai hambatan pengaruhnya di Afghanistan. New Delhi, yang mengkhawatirkan pengaruh dan tindakan destruktif kelompok teroris seperti al-Qaeda di Afghanistan dan menganggapnya sebagai ancaman keamanannya, percaya bahwa penarikan pasukan Amerika akan meningkatkan pengaruh Islamabad di wilayah tersebut, sehingga kekhawatiran ini meningkatkan ketegangan antara India dan Pakistan dalam masalah Kashmir.

Pada saat yang sama, konflik antara pandangan India, Cina, dan Pakistan tentang keamanan kawasan dan persaingan intra-regional dari pemerintah-pemerintah ini dan upaya mereka untuk mengkompensasi kekosongan kekuasaan di Afghanistan menjadi dasar bagi perubahan dalam sistem keamanan di kawasan.

Meningkatnya aktivitas al-Qaeda di anak benua itu merupakan konsekuensi lain dari penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan dari sudut pandang New Delhi. Karena secara geografis, sosial dan budaya, merupakan platform yang cocok untuk aktivitas al-Qaeda di Afghanistan. India khawatir kelompok teroris seperti Lashkar-e-Taiba, yang aktif di negara bagian Jammu dan Kashmir, akan menguat dan menyebabkan ketidakstabilan di wilayah tersebut. Menurut lingkaran politik New Delhi, perolehan kekuasaan resmi oleh Taliban akan meminggirkan sekutu India di Afghanistan dan mengancam kepentingan New Delhi oleh kelompok-kelompok di bawah pengaruh Pakistan dan bergabung dengan sebagian anggota Taliban ke kelompok teroris Daesh (ISIS) dan menggunakannya untuk melawan kepentingan India di wilayah tersebut.

Pada saat yang sama, tidak mungkin Islamabad akan mengizinkan pembentukan hubungan dekat dengan India di pemerintahan Afghanistan, di mana Taliban saat ini berada di atas angin. Ini dalam konteks bahwa pendekatan ekstremis dari pemerintah nasionalis Hindu, yang memiliki sejarah diskriminasi yang jelas terhadap populasi Muslim di negara ini, telah efektif dalam memprovokasi kelompok-kelompok ekstremis di Afghanistan dan Pakistan dan penyalahgunaan pendekatan New Delhi ini. Serangan Khorasan cabang Daesh (ISIS) di kuil Sikh di Kabul pada Maret 2021, dengan dalih balas dendam atas penderitaan umat Islam Kashmir di bawah pemerintahan India, dapat dievaluasi dari sudut pandang ini.

India adalah saingan utama Pakistan dan Cina di kawasan, yang mendapat dukungan dari rezim Israel dan Amerika dalam kompetisi ini. Tampaknya India lebih mengkhawatirkan pengaruh Pakistan dan Cina yang meningkat di Afghanistan daripada keberadaan kelompok ekstremis bersenjata yang menentangnya. Beijing saat ini memiliki beberapa proyek besar dalam agendanya, beberapa di antaranya kembali ke Afghanistan.

India memiliki pandangan yang sangat negatif tentang kehadiran Cina di Afghanistan. India percaya bahwa Beijing mengincar sumber daya dan tambang Afghanistan dan sedang menunggu kesempatan untuk menggunakan sumber daya ini sesuai dengan kepentingannya. Pejabat India percaya bahwa Pakistan adalah mitra dalam proyek Cina di Afghanistan, dan jika Cina menguasai tambang Afghanistan, kehadiran Pakistan di Afghanistan akan diperkuat dan India akan terpinggirkan.

Rudra Chaudhuri, direktur kantor wadah pemikir Carnegie di India, percaya bahwa dengan mempertimbangkan situasi saat ini di Afghanistan dan dominasi Taliban di negara ini, ada dua masalah yang harus diperhatikan oleh para pemimpin India: Pertama - pengalaman masa lalu terkait dengan Taliban, membayangi pada setiap kemajuan hubungan antara Taliban dan India. India tidak memiliki kehadiran diplomatik di Afghanistan selama Imarah Islam pertama. Pada tahun 1999, sebuah pesawat komersial India yang membawa 160 penumpang, dibajak oleh teroris yang didukung Pakistan, mendarat di kota Kandahar, Afghanistan selatan. Para pembajak mendapat dukungan dari Taliban. Orang India memiliki pengalaman pahit ini di benak mereka.

Kedua, jaringan Haqqani, sebagai sekutu Taliban Afghanistan dan dinas intelijen Pakistan, selalu menyerang kepentingan New Delhi di Afghanistan, termasuk kedutaan India. Terlepas dari kenyataan bahwa Sirajuddin Haqqani, pemimpin jaringan dan Penjabat Menteri Dalam Negeri dalam kabinet sementara yang diperkenalkan oleh Taliban, mengklaim bahwa dia menganggap pentingnya "menjaga hubungan persahabatan dengan semua negara tetangga", tetapi klaim ini tidak akan membawa banyak manfaat, kepercayaan dan kedamaian bagi otoritas India. India harus menghadapi kenyataan pahit infiltrasi total ke Afghanistan oleh Pakistan. Dengan interpretasi tersebut, India sebagai sekutu penting AS di kawasan telah menderita akibat kebijakan AS di Afghanistan.

 

Tags