Front Perlawanan: Senjata akan Tetap Ada Sampai Pendudukan Berakhir
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i175222
Front perlawanan menegaskan tidak akan pernah menyerahkan senjata mereka dan menganggapnya sebagai garis merah sampai pendudukan berakhir.
(last modified 2025-08-04T03:28:09+00:00 )
Aug 04, 2025 04:36 Asia/Jakarta
  • Front Perlawanan: Senjata akan Tetap Ada Sampai Pendudukan Berakhir

Front perlawanan menegaskan tidak akan pernah menyerahkan senjata mereka dan menganggapnya sebagai garis merah sampai pendudukan berakhir.

Tehran, Pars Today- Pejabat senior Hamas menekankan bahwa Palestina tidak akan pernah menyerahkan senjata perlawanan mereka dan menganggapnya sebagai garis merah mereka.

Di saat yang sama, Hizbullah Lebanon menyebut Israel sebagai pelaksana kebijakan AS di kawasan dan Menteri Luar Negeri Turki mengumumkan upaya Tel Aviv untuk mematahkan tekad Palestina.

Berita-berita ini memuat beberapa pernyataan tentang perlawanan Palestina, yang dapat Anda baca di situs Pars Today kali ini.

Hamas: Senjata Perlawanan adalah Garis Merah

Gerakan perlawanan Hamas menyatakan tidak akan menyerahkan satu peluru pun; dan menyimpan senjata adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri perang melawan Gaza

Pejabat senior Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menanggapi permintaan negara-negara Barat dan pendukung rezim Zionis untuk melucuti senjata kelompok perlawanan Palestina dengan menegaskan, bahwa kelompok tersebut tidak akan menyerahkan satu peluru pun.

Ghazi Hamad, salah satu pemimpin senior gerakan Hamas dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi Al Jazeera mengatakan,"Senjata perlawanan adalah inti dari masalah Palestina dan ada konsensus nasional tentang perlunya melestarikannya."

Ia menekankan pelestarian senjata perlawanan, dan Hamad menganggap "perjanjian komprehensif" sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri perang melawan Gaza dan memperingatkan bahwa perjanjian parsial akan menjadi peluang bagi serangan baru oleh rezim Zionis.

Pejabat senior Hamas juga mengkritik kurangnya perhatian Steve Witkoff, Utusan Khusus Presiden AS untuk Timur Tengah (Asia Barat), terhadap situasi kemanusiaan yang mengerikan di Jalur Gaza, dengan mengatakan bahwa Witakoff sengaja mengabaikan penderitaan, kelaparan, dan pengepungan rakyat Gaza, yang bertentangan dengan semua informasi lapangan dan laporan internasional.

Hizbullah: AS Tidak Bisa Dipercaya, Kami Tidak akan Serahkan Senjata Perlawanan!

Hussein Al-Jishi, Anggota Parlemen Lebanon dari Fraksi Hizbullah dalam pidatonya hari Senin (21/07/2025) menekankan komitmen perlawanan rakyat Lebanon untuk melestarikan senjata perlawanan. 

Al-Jishi menilai kunjungan perwakilan AS ke Lebanon sebagai upaya untuk memberikan tekanan politik Amerika guna melucuti senjata perlawanan, tetapi Hizbullah tidak akan tertipu oleh janji-janji kosong mereka.

Anggota faksi "Loyalitas kepada Perlawanan" di parlemen Lebanon dalam pidatonya menyoroti kunjungan Thomas Barak, Utusan Khusus AS untuk Suriah dan Lebanon, dengan mengumumkan bahwa tujuan kunjungan ini demi menekan Lebanon agar meninggalkan senjata perlawanan; tetapi senjata ini merupakan "garis merah" Hizbullah dan tidak dapat dinegosiasikan.

Al-Jishi mengkritik kebijakan AS terkait perkembangan regional, dengan mengatakan,"Utusan AS kembali datang ke Lebanon untuk memaksa negara kami meninggalkan senjata perlawanan, sementara kami mengatakan kepadanya bahwa kami tidak menginginkan apa pun dari Anda, tetapi Anda harus menyingkirkan musuh Zionis dari tanah, langit, dan lautan kami."

Anggota parlemen Lebanon ini menekankan bahwa AS harus berhenti mencampuri urusan dalam negeri Lebanon, dan menambahkan,"Kami, orang Lebanon, lebih tahu daripada siapa pun bagaimana memerintah negara kami dan kami tidak membutuhkan mediator asing.

Menlu Turki: Israel Berusaha Mematahkan Tekad Baja Palestina

Menteri Luar Negeri Turki dalam pertemuan dengan perwakilan gerakan Hamas menekankan bahwa rezim Zionis berusaha mematahkan tekad baja bangsa Palestina.

Tehran, Pars Today- Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) mengumumkan bahwa perwakilannya telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan.

Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak membahas kejahatan rezim Zionis yang sedang berlangsung di Gaza, termasuk kelaparan yang dialami rakyat Palestina dan pembantaian massal yang mereka alami.

Menteri Luar Negeri Turki dalam pertemuan ini menganggap peristiwa di Gaza sebagai pembantaian massal warga Palestina dan menekankan bahwa Israel berusaha untuk mematahkan semangat rakyat Palestina dan menggusur paksa mereka.

Perwakilan Hamas menekankan kesiapan mereka untuk melanjutkan negosiasi segera setelah bantuan kemanusiaan tiba dan bencana kemanusiaan di Gaza berakhir.

Perwakilan Hamas juga menekankan komitmen mereka untuk melanjutkan perlawanan dan membela hak-hak rakyat Palestina hingga berdirinya negara Palestina merdeka dengan Quds sebagai ibu kotanya.

Penulis Israel Peringatkan "Genosida" Israel yang Berlanjut di Jalur Gaza

Seorang penulis Israel menyebut serangan Israel di Jalur Gaza sebagai genosida dan memperingatkan dengan hati yang hancur tentang situasi kemanusiaan di wilayah tersebut.

Penulis Israel, David Grossman, menyalahkan pendudukan atas bencana genosida tersebut dan menekankan harapan yang terus berlanjut akan solusi bagi pembentukan negara Palestina yang merdeka.

Grossman, yang selama bertahun-tahun menghindari penggunaan kata genosida untuk Israel, kini menganggap kata tersebut perlu karena gambar dan laporan yang menyakitkan dari Gaza.

Penulis Israel tersebut telah memperkenalkan pendudukan tanah Palestina sebagai penyebab kerusakan moral dan politik Israel dan telah memperingatkan bahwa kelaparan dan kekerasan di Gaza telah mencapai tingkat genosida.(PH)