Menelisik Berita Utama di Media Internasional
Dari Menormalkan Spionase hingga Melegitimasi Intervensi
Pemilihan kata yang disengaja untuk menutupi wajah sebenarnya dari peristiwa dunia merupakan praktik yang tengah dijalankan oleh media-media Barat.
Tehran, Parstoday- Media Barat secara sistematis melakukan distorsi terhadap realitas, menyajikan analisis sepihak, dan mengembangkan propaganda terstruktur. Pemutarbalikan fakta ini dilakukan secara sengaja melalui pemilihan judul dan istilah tertentu, guna memberikan kesan legitimasi terhadap kebijakan agresif dan mengarahkan opini publik global sesuai dengan agenda politik mereka.
Reuters: “Usulan gencatan senjata bagi Israel memberikan peluang untuk mengakhiri isolasi internasionalnya.”
Reuters menggunakan istilah “usulan” dalam tajuk tersebut, padahal kenyataannya Tel Aviv terpaksa menerima gencatan senjata dalam perang melawan Gaza. Israel gagal mencapai tujuan-tujuan yang telah diumumkan, seperti menghancurkan gerakan perlawanan Palestina (Hamas), membebaskan tawanan Zionis, serta menduduki penuh Gaza. Selain itu, tajuk tersebut menyiratkan bahwa gencatan senjata dapat mengakhiri isolasi Israel di dunia internasional, padahal kenyataannya isolasi politik dan ekonomi Tel Aviv justru semakin parah akibat meningkatnya kejahatan perang di Gaza. Dengan demikian, gencatan senjata sama sekali tidak dapat memperbaiki citra rezim Zionis maupun mengeluarkannya dari keterasingan global.
Euronews: “Keluarga warga Prancis yang ditahan di Iran: Cécile dan Jacques berada di ambang keputusasaan dan hidup mereka terancam.”
Cécile Kohler dan Jacques Paris adalah dua warga negara Prancis yang ditangkap di Iran sekitar tiga tahun lalu atas tuduhan spionase. Pemilihan judul emosional oleh Euronews ini memperlihatkan arah pemberitaan yang sengaja diarahkan secara politis, dengan penggunaan kata-kata seperti keluarga, keputusasaan, dan terancam jiwanya. Judul tersebut sama sekali mengabaikan tuduhan spionase dan latar belakang hukum yang melatarbelakangi penahanan mereka di Iran. Dengan menghapus konteks yuridis dan keamanan nasional Iran, Euronews menyajikan narasi sentimental dan sepihak yang bertujuan menjelekkan citra Republik Islam Iran, mendiskreditkan posisinya di dunia internasional, serta menekan Tehran secara diplomatik.
Euronews: “Trump memperingatkan Hamas: jika terus menumpahkan darah di Gaza, kalian akan dimusnahkan.”
Dalam berita lain, Euronews menggunakan tajuk yang secara jelas menyalahkan Hamas sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pertumpahan darah, sambil menghapus peran Israel dalam genosida terhadap warga sipil Gaza. Padahal menurut laporan Pusat Hak Asasi Manusia Palestina, rezim pendudukan Israel telah melanggar gencatan senjata lebih dari tiga puluh kali, terus melancarkan serangan udara, dan menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan. Dengan framing seperti ini, media Barat menggeser fokus dari pelaku utama kejahatan perang dan menormalisasi narasi kekerasan Israel terhadap rakyat Palestina.
BBC: “Trump mengonfirmasi bahwa ia memerintahkan CIA melakukan operasi di Venezuela.”
Judul berita ini menunjukkan adanya upaya normalisasi tindakan intervensi Amerika Serikat, sekaligus memperkuat narasi mengenai “kepemimpinan global” Washington. Dengan penyusunan seperti itu, BBC secara halus mengalihkan perhatian publik dari fakta bahwa intervensi Amerika terhadap Caracas merupakan tindakan ilegal dan melanggar hukum internasional.
Media Barat, melalui pemilihan kata yang terencana dan manipulatif, secara konsisten berupaya membentuk persepsi dunia sesuai dengan kepentingan politiknya. Dengan demikian, apa yang tampak sebagai “pemberitaan bebas” sering kali hanyalah proyeksi dari strategi komunikasi kekuasaan yang menutupi wajah sebenarnya dari agresi dan pelanggaran kemanusiaan di berbagai belahan dunia.