Apa Tujuan Protes Anti-Trump di Amerika?
https://parstoday.ir/id/news/world-i178558-apa_tujuan_protes_anti_trump_di_amerika
Pars Today - Jutaan warga Amerika turun ke jalan dalam demonstrasi nasional dengan slogan "No Kings" untuk memrotes masa jabatan kedua kepresidenan Donald Trump dan apa yang mereka sebut "kecenderungan otoriternya".
(last modified 2025-10-19T07:08:43+00:00 )
Okt 19, 2025 14:07 Asia/Jakarta
  • Demonstrasi No Kings di AS
    Demonstrasi No Kings di AS

Pars Today - Jutaan warga Amerika turun ke jalan dalam demonstrasi nasional dengan slogan "No Kings" untuk memrotes masa jabatan kedua kepresidenan Donald Trump dan apa yang mereka sebut "kecenderungan otoriternya".

Demonstrasi nasional "No Kings" berlangsung pada 18 Oktober 2025, di seluruh 50 negara bagian Amerika Serikat dan di beberapa negara lain, seperti Kanada, Meksiko, dan beberapa negara Eropa. Peristiwa ini, gelombang protes terbesar kedua terhadap masa jabatan kedua kepresidenan Donald Trump, diorganisir oleh jaringan lebih dari 200 organisasi progresif, termasuk Indivisible, MoveOn, Kampanye Hak Asasi Manusia, dan serikat buruh.

Dengan perkiraan partisipasi 4 hingga 6 juta orang, demonstrasi ini digambarkan sebagai protes satu hari terbesar dalam sejarah Amerika baru-baru ini, melampaui protes tahun 2017 terhadap Trump.

Demonstrasi tersebut memiliki beberapa tujuan.

Slogan "No Kings" secara langsung merujuk pada tindakan dan pernyataan Donald Trump, yang oleh para pengunjuk rasa dianggap sebagai upaya untuk melemahkan demokrasi dan membangun sistem otoriter di Amerika Serikat.

Para pengunjuk rasa yakin bahwa retorika Trump tentang upayanya meraih "kekuasaan seumur hidup" atau upayanya untuk menghindari batasan konstitusional seperti masa jabatan ketiga sebagai presiden merupakan ancaman serius bagi Konstitusi.

Demonstrasi ini bertujuan untuk memulihkan kepercayaan terhadap prinsip-prinsip demokrasi dengan menekankan bahwa Amerika tidak memiliki raja.

Salah satu motivasi utamanya adalah reaksi terhadap langkah-langkah migrasi ketat yang diterapkan pemerintah, terutama operasi luas yang dilakukan oleh Badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) federal di kota-kota yang dikuasai Partai Demokrat. Para pengunjuk rasa memandang operasi ini sebagai invasi terhadap komunitas dan penggunaan militer secara ilegal untuk meredam protes dan mengendalikan kota tanpa izin lokal, mengecamnya sebagai pendudukan militer dan menuntut agar dihentikan.

Para pengunjuk rasa juga memprotes pemotongan anggaran layanan publik seperti kesehatan dan pendidikan, serta kebijakan ekonomi yang menguntungkan miliarder seperti Elon Musk, Jeff Bezos, dan Mark Zuckerberg.

Senator Bernie Sanders di Washington, D.C., menyebut kebijakan ini sebagai ekonomi yang ramah bagi miliarder dan menyerukan redistribusi sumber daya yang adil.

Tuduhan korupsi dan penggunaan uang pajak untuk keuntungan pribadi oleh Trump juga dikritik dalam demonstrasi nasional di Amerika Serikat.

Tujuan jangka panjang demonstrasi ini adalah untuk menciptakan mayoritas diam melawan Trump dan menantang klaimnya atas dukungan rakyat yang luas. Para penyelenggara merancang protes ini sebagai batu loncatan bagi gerakan yang lebih luas yang bertujuan memobilisasi rakyat untuk pemilihan sela 2026. Demonstrasi ini memiliki hasil awal yang signifikan dan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan.

Dengan demonstrasi berskala besar di seluruh Amerika Serikat dan partisipasi tokoh-tokoh terkemuka seperti Bernie Sanders, John Cusack, Robert De Niro, dan Bill Nye, demonstrasi ini menarik perhatian global. Jutaan orang, termasuk kaum muda, veteran, dan minoritas, menunjukkan persatuan yang luas melawan kebijakan Trump.

Tokoh Demokrat seperti Chuck Schumer dan Cory Booker menyebutnya sebagai unjuk rasa cinta untuk Amerika, sementara tokoh Republik seperti Mike Johnson dan J.D. Vance menggambarkannya sebagai unjuk rasa kebencian terhadap Amerika. Trump sendiri mengejek protes tersebut dengan mengunggah video lucu dirinya yang menyemprotkan lumpur ke arah pengunjuk rasa dari jet tempur. Reaksi-reaksi tersebut menyoroti perpecahan politik.

Pada saat yang sama, demonstrasi telah menarik perhatian global terhadap isu-isu demokrasi, imigrasi, dan hak-hak sipil, serta meningkatkan tekanan kepada pemerintah untuk mempertimbangkan kembali pengiriman pasukan federal ke kota-kota. Demonstrasi juga dapat memperkuat gerakan perlawanan sipil dan memengaruhi pemilu 2026.

Namun, protes semacam itu pun kemungkinan besar tidak akan membuat Trump dan para pendukungnya mempertimbangkan kembali rencana mereka saat ini. Partai Republik, terutama yang disebut gerakan MAGA, merasa bahwa mereka memiliki peluang bersejarah untuk menerapkan program-program konservatif di Amerika dan meminggirkan kaum liberal dan kiri dari ranah publik.

Oleh karena itu, ketegangan politik dan sosial di Amerika Serikat diperkirakan akan meningkat dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.(sl)