Lintasan Sejarah 21 Desember 2022
Hari ini Rabu, 21 Desember 2022 bertepatan dengan 26 Jumadil Awal 1444 Hijriah Qamariah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 30 Azar 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Ayatullah Mirza Husein Naini Lahir
167 tahun yang lalu, tanggal 26 Jumadil Awal 1277 HQ, Ayatullah Mirza Naini lahir di kota Nain, Iran.
Ayatullah Mirza Naini menempu pendidikan dasarnya ditempuh di tempat kelahirannya. Beliau kemudian berhijrah ke Isfahan ketika berusia 17 tahun dan di tahun 1303 Hijriah beliau melanjutkan pendidikannya ke Irak. Setibanya di Irak, Ayatullah Mirza Naini terlebih dahulu berziarah ke makam Imam Ali dan kemudian menuju kota Samara untuk berguru kepada Ayatullah Mirza Muhamad Hasan Shirazi.
Selanjutnya beliau juga mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh ayatullah besar lainnya seperti Ayatullah Sayid Muhamad Tabatabai Fasharki dan Ayatullah Sayid Ismail Sadr. Di Najaf beliau juga menghadiri pelajaran Ayatullah Mulla Husein Quli Hamadani. Selanjutnya selain mengajar, Ayatullah Mirza Husein Naini juga aktif menghadiri pelajaran yang disampaikan oleh Akhond Khorasani dan menjadi orang kepercayaannya.
Ayatullah Mirza Husein Naini yang mencapai derajat tinggi keilmuan, spiritual dan politik berhasil mendidik murid-murid yang menonjol yang juga meraih gelar mujtahid seperti Sayid Husein Tabatabai, Sayid Jamaluddin Golpaygani, Sayid Muhamad Hujjat Kuh Kamareh-i, Sayid Muhamad Hadi Milani, Sheikh Muhamad Taqi Amoli, Sayid Abul Qasim Khui, Allamah Tabatabi, Mirza Hashim Amoli dan puluhan lainnya.
Ayatullah Husein Naini juga aktif di kancah politik dan terbukti aktivitas beliau di Revolusi Konstitusi Iran. Di era Revolusi Konstitusi, Ayatullah Naini menulis sebuah buku berbahasa Persia dengan judulTanbihul Ummah. Buku ini mendapat dukungan penuh Ayatullah Mazandarani dan Ayatullah Akhond Khorasani. Buku ini membahas berbagai bentuk kezaliman pemerintah despotik serta kewajiban ulama serta para fakih terhadap agama dan kondisi Iran di era pemerintahan kerajaan Qajar.
Ulama Syiah yang mengabdikan hidupnya ini untuk mendidik umat dan membimbing mereka akhirnya menutup mata di usia 78 tahun pada. Beliau dikebumikan di Najaf di komplek pemakaman Imam Ali bin Abi Talib as.
Teks Perjanjian Segi Tiga Diserahkan ke Majlis Iran
81 tahun yang lalu, tanggal 30 Azar 1320 HS, teks perjanjian segi tiga antara Iran, Uni Soviet dan Inggris diserahkan ke Majlis Iran.
Langkah paling penting yang diambil oleh Kabinet Mohammad Ali Foroughi setelah Mohammad Reza Pahlevi berkuasa, pasca Perang Dunia II dan kehadiran pasukan Sekutu di Iran, adalah penandatanganan perjanjian antara Iran, Uni Soviet dan Inggris. Teks perjanjian itu diserahkan ke Majlis Iran pada 30 Azar 1320 HS.
Dalam perjanjian ini disebutkan mengenai Uni Soviet dan Inggris harus menghormati kedaulatan Iran, tapi pada saat yang sama Iran harus memberikan kemudahan kepada Uni Soviet dan Inggris selama perang dan penempatan pasukan militer Sekutu di Iran tanpa batas waktu.
Perjanjian ini, sekalipun secara lahiriah tidak merugikan Iran, tapi kehadiran pasukan Sekutu untuk waktu yang lama di Iran, serta kerugian akibat harus mengalokasikan dana membuat kehidupan rakyat miskin menjadi semakin sulit. Setelah perang berakhir, sekalipun Uni Soviet telah berjanji menarik pasukannya dari Iran, tapi mereka selalu mencari alasan untuk tetap berada di Iran. Tapi setelah pemerintah Iran melakukan pengaduan ke organisasi-organisasi internasional, pasukan Soviet akhirnya siap meninggalkan Iran.
Tragedi Lockerbie Terjadi
34 tahun yang lalu, tanggal 21 Desember 1988, sebuah pesawat penumpang sipil milik Amerika dengan nomor Pan Am 103, meledak di atas kota Lockerbie, Skotlandia.
Sebanyak 259 penumpang pesawat tersebut tewas dan 11 orang lainnya di Lockerbie juga tewas tertimpa reruntuhan pesawat. AS dan Inggris kemudian menuduh dua orang warga Libya sebagai pelaku pengeboman tersebut. Pada tahun 1992, Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo militer, minyak, dan udara atas Libya karena telah memberi perlindungan terhadap kedua tersangka pelaku peledakan tersebut.
Pada tahun 1999, kedua terdakwa itu disidangkan di pengadilan Den Haag, Belanda. Salah satu dari kedua terdakwa itu dibebaskan dan seorang lainnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Pada bulan Agustus 2003, Libya mengakui bertanggung jawab atas peledakan pesawat tersebut dan bersedia mengganti rugi materi kepada keluarga korban. Sebulan kemudian, embargo PBB atas Libya pun dicabut.