Lintasan Sejarah 18 Juli 2023
Hari ini, Selasa 18 Juli 2023 bertepatan dengan 29 Dzulhijjah 1444 H dan menurut kalender nasional Iran adalah tanggal 27 Tir 1402 HS. Berikut ini adalah sejumlah peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini.
Ibnu Khayat, Ahli Nahwu Meninggal
Tanggal 29 Dzulhijjah 320 HQ, Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Khayat, seorang ahli hadis dan ulama besar ilmu nahwu, meninggal dunia.
Beliau dilahirkan di kota Samarkand di timur laut Iran, yang kini menjadi wilayah dari Uzbekistan. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di tanah kelahirannya, Ibnu Khayat pergi ke Irak untuk melanjutkan pendidikan. Ibnu Khayat menimba ilmu di berbagai kota Irak yang kala itu merupakan pusat keilmuan dunia Islam.
Di antara karya-karya peninggalan Ibnu Khayat berjudul "Ma'aniy Al-Quran", "al-Mujaz fin-Nahwi", dan "an-Nahwul Kabir".
Alexander Dumas (Senior) Lahir
Tanggal 18 Juli 1802, Alexander Dumas (baca: duma), atau yang dikenal dengan Dumas senior, seorang penulis Prancis terkenal, terlahir ke dunia.
Dumas lahir dalam keluarga yang miskin sehingga ia tidak bisa mencapai pendidikan tinggi. Pada usia remaja, Dumas mulai bekerja sebagai pelayan. Ia kemudian tertarik pada karya-karya Shakespeare dan Sir Walter Scott, serta karya-karya para penulis Prancis. Kemudian, Dumas mulai menulis naskah-naskah drama.
Pada tahun 1844, Alexander Dumas Senior menerbitkan novel legendarisnya berjudul The Three Musketeers. Selanjutnya, ia menulis banyak novel yang mencapai kesuksesan. Namun, di akhir hidupnya, Dumas senior mengalami kebangkrutan. Pada tahun 1870, ia meninggal di rumah anaknya, yang juga berprofesi sebagai novelis dan penulis naskah drama, yaitu Alexander Dumas (Yunior).
Iran Menerima Resolusi 598 DK-PBB Tahun 1975
Tanggal 27 Tir 1367 HS, Republik Islam Iran menerima Resolusi 598 Dewan Keamanan PBB
Salah satu alasan bohong rezim Baath Irak untuk menginvasi teritorial Republik Islam Iran adalah perselisihan soal perbatasan yang telah ditetapkan dalam perjanjian Aljazair tahun 1975. Di saat perang, ketika eksistensi Irak berada dalam kondisi bahaya, Amerika dan sekutunya yang menjadi pendukung Irak secara praktis terlibat dalam perang. Sementara itu, Imam Khomeini ra dengan melihat masalah Republik Islam dan mengetahui konspirasi luas Amerika dan Barat untuk menghapus Revolusi Islam, setelah melakukan konsultasi dengan para komandan senior dan pejabat tinggi negara akhirnya menerima resolusi 598 Dewan Keamanan PBB.
DK-PBB dalam resolusi ini mengajak dua negara; Iran dan Irak untuk melakukan gencatan senjata dan menciptakan perdamaian. Iran yang melihat isi resolusi ini masih menguntungkan, khususnya butir yang terkait dengan penyebutan siapa pelaku agresi pertama dan pembayaran kerugian akhirnya menerima resolusi itu. Rezim Irak juga mengikuti langkah Iran dan menerima resolusi itu, tapi hingga terciptanya gencatan senjata resmi pada bulan Mordad 1367 HS, mereka masih melanjutkan serangannya ke teritorial Iran.
Pasca penerimaan resolusi 598 DK-PBB dari pihak Iran, gencatan senjata antara kedua pihak tercipta pada tanggal 29 Mordad 1367 HS, sementara DK-PBB meratifikasi resolusi itu pada 18 Mordad 1367 HS. Dengan ratifikasi itu, para pemantau militer Iran, Irak dan PBB membentuk komisi yang terdiri dari 400 orang dari 25 negara yang ditempatkan di Iran dan Irak.