Lintasan Sejarah 26 Februari 2024
Hari ini, Senin, 26 Februari 2024 bertepatan dengan 16 Sya'ban 1445 H dan menurut kalender nasional Iran adalah tanggal 7 Isfand 1402 HS. Berikut ini adalah sejumlah peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini
Ibnu Syahr Asyub Wafat
Tanggal 16 Sya'ban 588 HQ, Ibnu Syahr Asyub, seorang ahli fiqih, tafsir, dan ahli hadis muslim, meninggal dunia.
Ibnu Syahr Asyub sejak kanak-kanak telah memulai pendidikannya dan pada usia delapan tahun, dia sudah menghapal al-Quranal-Karim. Dia menimba ilmu pada ulama-ulama besar saat itu, seperti Zamakhsyari, Muhammad Ghazali, dan Khatib Kharazmi.
Selain menguasai bidang agama, Ibnu Syahr Asyub juga dikenal sebagai penyair. Dia banyak menciptakan syair-syair yang memuji keutamaan Ahlul Bait rasulullah Saw. Syair-syair tersebut dibukukan dalam kitab "Manaqib Ali Abi Thalib".
Ibnu Syahr Asyub juga menulis buku-buku agama, di antaranya berjudul "Mutasyabihul Quran wa Mukhtalifuhu" dan "Ma'alimul Ulama".
Dehkhoda Meninggal
Tanggal 7 Isfand 1334 HS (26 Februari 1956), Ali Akbar Dehkhoda, seorang sastrawan dan penyair besar kontemporer Iran, meninggal dunia.
Dehkhoda dilahirkan pada tahun 1880, di kota Teheran. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Dehkhoda pergi ke Eropa dan tinggal di sana selama lima tahun untuk melakukan penelitian. Sekembalinya ke Iran, Dehkhoda bergabung dalam perjuangan Revolusi Konstitusional. Melalui tuliasan-tulisannya, Dehkhoda mengkritik berbagai despotisme yang dilakukan oleh raja Iran dan pemerintahannya saat itu.
Dehkhodajuga menulis karya-karya syair yang sangat indah daan menggunakan bahasa yang sederhana. Selain itu, Dehkhoda menulis kamus folklor bahasa Persia pertama berjudul "Amsal wa Hikam" yang terdiri dari 24.000 pepatah Persia.
AS Tarik Pasukan dari Lebanon
Tanggal 26 Februari 1984, AS memulangkan pasukannya dari ibu kota Lebanon, Beirut.
Presiden AS saat itu, Ronald Reagan, memilih menarik mundur pasukannya, karena lebih rentan menjadi target serangan teroris ketimbang menjadi pasukan perdamaian di negara yang dilanda perang saudara itu.
AS mengirim militernya ke Lebanon pada Agustus 1982 untuk menjalankan misi sebagai pasukan penjaga perdamaian guna turut mengatasi perang saudara, yang juga melibatkan Israel. Namun, pasukan AS justru menjadi bulan-bulanan target serangan.
Sejak pengiriman itu, sebanyak 264 personel militer Amerika tewas. Sebagian besar terbunuh dalam serangan bom bunuh diri di barak marinir AS di Beirut pada Oktober 1983.
Ketimbang terus menjadi korban serangan, AS akhirnya menarik pasukan dari Lebanon secara bertahap. Dalam tahap terakhir pada 26 Februari 1984, sekitar 1.000 Marinir AS dipulangkan dengan kapal laut dan pesawat terbang.
Tidak saja AS yang menempatkan pasukannya di Lebanon, aliansi multinasional yang terdiri atas Inggris, Prancis, dan Italia, bersepakat dengan AS untuk menegakkan perdamaian di Beirut pada Oktober 1983.
Namun, AS pada akhirnya mengakhiri keterlibatannya di Pasukan Multinasional di pengujung Maret 1984. Sebulan kemudian, negara-negara lain pun memulangkan pasukannya dari Lebanon.
Beirut sendiri tetap menjadi tempat yang berbahaya bagi warga AS sepanjang dekade 1980-an. Sebanyak 270 warga Amerika tewas akibat serangan bom, pembunuhan, dan penculikan. Lima warga AS sempat disandera untuk sekian lama sebelum akhirnya dibebaskan.