Lintasan Sejarah 20 April 2017
Hari ini, Kamis tanggal 20 April 2017 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 22 Rajab 1438 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 31 Farvardin 1396 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.
Simon Bolivar Lahir
234 tahun yang lalu, tanggal 20 April 1783, Simon Bolivar, seorang pemimpin gerakan kemerdekaan Amerika Selatan, terlahir ke dunia di Caracas, Venezuela.
Awalnya Bolivar ikut serta dalam revolusi Caracas, kemudian dengan dukungan tentaranya, ia berhasil menduduki Bogota, ibu kota Kolombia. Bolivar kemudian dipilih menjadi presiden oleh sebuah kongres yang bertujuan mendirikan negara Kolombia Raya. Tujuan kongres ini tercapai setelah Venezuela, Kolombia, dan Panama berhasil dibebaskan dari kekuasaan Spanyol.
Pada tahun 1821, Bolivar membebaskan Peru dan setahun kemudian membebaskan Ekuador. Pada tahun 1826, setelah 17 tahun berjuang, Bolivar berhasil membebaskan sebuah kawasan di pegunungan Andes. Kawasan ini kemudian diberi nama Bolivia, sesuai dengan nama orang yang membebaskannya dari penjajahan. Bolivar memiliki impian untuk menyatukan negara-negara di Amerika Selatan dalam sebuah federasi, namun tidak berhasil karena banyaknya friksi di antara mereka. Bolivar meninggal dunia tahun 1830.
Sheikh Jakfar Kasyif Al-Ghita Wafat
210 tahun yang lalu, tanggal 22 Rajab 1228 HQ, Sheikh Jakfar Kasyif al-Ghita meninggal dunia di usia 74 tahun.
Sheikh Jakfar Kasyif al-Ghita lahir di kota Najaf pada 1154 Hq dan sejak kecil beliau telah mempelajari ilmu-ilmu agama.
Pada awalnya, beliau mempelajari ilmu-ilmu pengantar kepada ayahnya sendiri dan setelah itu belajar kepada guru-guru besar seperti Sheikh Muhammad Mahdi Qaunawi, Muhammad Baqir Wahid Bahbahani dan Sayid Mahdi Bahr al-Ulum.
Sheikh Jakfar Kasyif al-Ghita kemudian menyibukkan diri dengan menulis dan mengajar yang kemudian melahirkan banyak karya dan murid. Satu dari upaya beliau adalah menghadapi aliran Akhbari yang sangat mementingkan hadis dan berhasil memadamkan fitnah ini.
Mulla Ali Nuri Meninggal Dunia
192 tahun yang lalu, tanggal 22 Rajab 1246 HQ, Mulla Ali Nuri, ulama dan ahli hikmah terkemuka Iran, meninggal dunia dan dikebumikan di komplek makam suci Imam Ali as di Najaf al-Asyraf.
Mulla Ali Jamsyid yang lebih dikenal dengan Mulla Nuri belajar kepada guru-guru besar seperti Mohammad Bidabadi. Setelah itu beliau aktif mengajar dan mendirikan Hauzah Filsafat.
Selain menagajar, ia juga meneruskan penelitian dan penelaahannya di bidang Hikmah Muta’aliyah, sehingga sebagian filsuf menilainya sangat dekat dengan posisi Sadr al-Mutallihin.
Beliau banyak menulis karya ilmiah seperti Catatan Pinggir Asfar Arba’ah dan sebuah risalah terkenalnya bernama “Risalah Wahdatul Wujud".
Curie Menemukan Radium
115 tahun yang lalu, tanggal 20 April 1902, Pierre Curie dan istrinya, Marie, dua ilmuwan asal Perancis, berhasil mengisolasi zat radioaktif yang diberi nama radium.
Empat tahun sebelumnya, dalam penelitian mereka terhadap pitchblende, pasangan ini menemukan keberadaan radium dan polonium dan butuh waktu empat tahun untk mengisolasi uranium dari zat tersebut. Setahun kemudian, pasangan Curie berbagi hadiah Nobel dengan fisikawan Perancis bernama Henry Becquerel atas penelitian mereka terhadap radioaktivitas.
Agha Najafi Quchani Wafat
73 tahun yang lalu, tanggal 31 Farvardin 1323 HS, Agha Najafi Quchani, meninggal dunia di usia 67 tahun dan dikebumikan di Huseiniahnya di Quchan.
Sayid Mohammad Hassan bin Sayid Mohammad yang lebih dikenal dengan Agha Najafi Quchani lahir sekitar tahun 1256 Hs di desa Khosrouiyeh, kota Quchan di Provinsi Khorasan. Beliau menyelesaikan pendidikan dasar agamanya di Quchan, Sabzavar dan Mashad, kemudian pergi ke Isfahan di usia 20 tahun. Setelah tinggal selama empat tahun di Isfahan dan berguru pada Akhond Kashani, Mirza Jahangir Khan Qashqai, Sheikh Abdolkareem Gazi dan Sayid Mohammad Baqir Darcheh-i, beliau kemudian pindah ke Najaf. Di Najaf beliau berguru kepada Akhond Khorasani dan Syeikh al-Syariah Isfahani.
Agha Najafi Quchani mencapai derajat ijtihad di usia 30 tahun dan setelah tinggal dan belajar selama 20 tahun di Najaf, beliau kembali ke kampung halamannya. Beliau menghabiskan umurnya selama 25 tahun di Quchan untuk mendidik murid dan membimbing masyarakat serta mengelola hauzah ilmiah kota ini.
Beliau banyak meninggalkan karya seperti Siahat-e Gharb dar Kaifiat-e Alam Barzakh, Sair Arwah Pas az Marg dan Siahat-e Sharq yang merupakan karya paling penting beliau yang juga memuat biografinya dari kecil hingga mencapai derajat ijtihad.