Lintasan Sejarah 21 April 2017
Hari ini, Jumat tanggal 21 April 2017 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 23 Rajab 1438 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 1 Ordibehesht 1396 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.
Peringatan Penyair Saadi di Iran
Tanggal 1 Ordibehesht diperingati di Iran sebagai Hari Penyair Saadi.
Sheikh Mosleh ad-Din Sa'di Shirazi lahir di kota Shiraz pada tahun 606 Hq dari keluarga agamis. Di masa mudanya ia pergi ke Nizhamiyah, Baghdad untuk menuntut ilmu agama dan sastra, kemudia melanjutkan perjalanannya ke Irak, Syam dan Hijaz.
Sa'di kembali ke Shiraz pada pertengahan abad ke-7 dan melahirkan karya Bustan pada 655 HQ dan Gulistan yang berisikan nasihat dan hikmah dalam bentuk prosa yang digabung dengan potongan-potongan syair pada tahun 656 HQ.
Sa'di menghabiskan sebagian besar umurnya di kota kelahirannya Shiraz dan pada tahun 691 HQ beliau meninggal dunia di usia 85 tahun, lalu dikebumikan di tempat peribadatannya.
Dalam ucapan Sa'di setiap orang dapat memahami ungkapan cinta dalam bentuknya yang paling lembut dan indah. Semuanya diungkapkan dengan bahasa paling fasih, sederhana dan sempurna. Boleh dikata Sa'di adalah penyair berbahasa Persia yang paling berhasil dalam menyampaikan hikmah, nasihat, kebijakan dan permisalan.
Ayatullah Kouhkarameh-i Meninggal Dunia
139 tahun yang lalu, tanggal 23 Rajab 1299 HQ, Ayatullah Sayid Husain Kouhkamareh-i, seorang ulama dan ahli fiqih terkemuka Iran meninggal dunia dan dikebumikan di kota Najaf al-Asyraf, Irak.
Ayatullah Sayid Husain Kouhkamareh-i merupakan ulama besar Syiah dan nasabnya sampai kepada Imam Husein as. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar agamanya, beliau kemudian pergi ke kota Najaf al-Asyraf untuk melanjutkan pendidikannya. Selama bertahun-tahun beliau menimba ilmu dari Syeikh Kasyif al-Ghitha, Syeikh Muhammad Hasan, penulis ensiklopedia fiqih Jawahir al-Kalam dan Syeikh Anshari.
Ayatullah Kouhkamareh-i sangat menguasai bidang fiqih dan ushul fiqih dan pasca meninggalnya Syeikh Anshari, beliau menjadi pemimpin Hauzah Ilmiah Irak dan banyak pengikut Syiah di pelbagai belahan dunia yang bertaklid kepadanya.
Beliau mendidik lebih dari 800 orang ulama yang kemudian hari menjadi ulama besar, seperti Ayatullah Mirza Musa Tabrizi dan Syeikh Hasan Mameqani. Selain mendidik ulama, beliau juga banyak menulis buku seperti Risalah di Bidang Ibadah, Furu ad-Din dan Ahkam Halal wa Haram.besar pernah menimba ilmu kepada Ayatullah Kuhkamarei. Beliau juga meninggalkan banyak karya penulisan di bidang ibadah dan Furu ad-Din.
R.A. Kartini Lahir
138 tahun yang lalu, tanggal 21 April 1879, Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah.
R. A. Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua.
Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.
Oleh orang tuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Kartini meninggal pada 17 September1904 di usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Sohrab Sepehri Meninggal
37 tahun yang lalu, tanggal 1 Ordibehesht 1359 HS, Sohrab Sepehri, seorang penyair dan pelukis kontemporer Iran, meninggal dunia.
Sohrab Sepehri dilahirkan tanggal 14 Mehr 1307 di kota Qom, Iran. Awalnya, Sepehri bekerja sebagai guru dan kemudian memulai karir di bidang seni.
Karya-karya lukis Sepehri memiliki gaya yang khas dan unik sehingga banyak mendapatkan penghargaan seni. Pada tahun 1952, Sepehri menerbitkan kumpulan syair pertamanya berjudul Kematian Warna, yang disusul dengan berbagai karya lainnya seperti Nyanyian Matahari dan Musafir.