Pesona Iran yang Mendunia (83)
Shahab al-Din Suhrawardi adalah seorang filsuf dan arif terkemuka, sekaligus pendiri mazhab iluminasi dalam filsafat Islam. Ia dilahirkan di Suhraward, sebuah desa yang terletak dekat Zanjan, Iran. Nama lengkapnya, Abu Al-Futuh Shahāb ad-Dīn Siddiqi Yahya ibn Habash ibn Amirak as-Suhrawardī.
Sheikh Shahab Al-Din Suhrawardi menjadi bintang yang bersinar di angkasa hikmah dan filsafat Iran maupun dunia Islam dengan karyanya. Meskipun tidak berumur panjang, tapi Suhrawardi menghasilkan tidak kurang dari 50 karya.
Berbagai karya Suhrawardi yang sebagian masih bisa kita nikmati hingga kini menjadi perhatian para sarjana, terutama sistem simbolisme dalam karyanya. Pemahaman terhadap metafor dan terma simbolis yang dipergunakan Suhrawardi dalam karyanya diperlukan untuk mencapai sebuah gambaran utuh mengenai sistem pemikirannya.
Karya penting Suhrawardi berbahasa Farsi yang bercorak simbolik seperti Avaz-e Par Jibrail dan Lughat-i Muran, Fi Haqiqah al-Esgh dan Safir-e Simorgh memiliki karakteristik khusus. Selain kitab-kitab tersebut, karya lainnya yang berbahasa Farsi, yaitu Aghl-e Sorkh, menunjukkan kecemerlangan Sheikh Isyraq dalam menjelaskan irfan dan filsafat timur.
Pada risalah Aghl-e Sorkh, Suhrawardi menjelaskan masalah irfan dalam bentuk cerita dan metafora berbentuk bahasa burung. Tampaknya, urgensi utama risalah Aghl-e Sorkh terletak pada bentuk dan formasi dari cerita yang ditampilkannya.
Para peneliti Suhrawardi berkeyakinan bahwa kitab Aghl-e Sorkh menyampaikan intisari filsafat dan irfan timur dalam bentuk yang cenderung puitis. Suhrawardi menjelaskan jalan keselamatan dengan format bahasa simbolik.
Kisah yang dituturkan dalam risalah Aghl-e Sorkh oleh Suhrawardi bertumpu pada dua tokoh utama yaitu baz dan seorang kakek bermuka dan berambut merah. Baz dalam literatur Persia klasik adalah jenis burung yang biasa dijadikan sebagai sasaran berburu raja.
Konon, raja menutup mata baz dan kepalanya dihiasi topi. Alasan matanya ditutup, karena semua hewan takut terhadap manusia yang memburunya. Suhrawardi memberikan contoh baz sebagai tamsil bagi manusia. Manusia yang jauh dari asalnya, dan pergi ke tanah habut seperti ruh yang terikat dalam penjara materi dan panca indera.
Baz adalah kisah yang dituturkan Suhrawardi, tidak lain dari dirinya sendiri yang disampaikan dalam bentuk simbolik dan cenderung menyimpan teka-teki bagi para pembacanya. Pada awalnya, dikisahkan baz memanggul sayap di punggungnya.
Baz sangat ingin terbang tinggi sebagaimana burung lainnya. Tapi, lama kelamaan, setelah sayapnya terikat dan lumpuh, ingatan dan mimpinya untuk terbang pun hilang ditelan waktu. Akhirnya, ia lupa bahwa dirinya adalah burung yang harus terbang tinggi. Ia menutup matanya, dan tidak mengingat sesuatu apapun. Kemudian, ia berjalan dengan rantai di padang gersang dan gelap gulita. Akhirnya ia bertemu dengan kakek tua berambut merah dan mendapatkan bimbingan darinya.
Tokoh kedua adalah kakek bemuka dan berambut merah. Suhrawardi menampilkan tokoh kedua ini sebagai simbol dari akal manusia. Kakek bermuka dan berambut merah adalah gambaran dari manusia yang bukan cahaya absolut yang terang benderang, maupun warna hitam pekat dalam kegelapan.
Suhrawardi berpijak pada pemikiran pendahulunya mengenai warna merah yang merupakan kombinasi dari putih dan hitam. Menurut Suhrawardi, akal bagian yang tidak perpisahkan dari diri manusia. Akal dari dimensi dzatnya adalah putih dan bercahaya. Tapi, badannya bersifat gelap. Oleh karena itu, akal yang berwarna putih dan transparan dan dzatnya bercahaya, ketika bertemu dengan badan yang gelap berubah menjadi merah. Dengan demikian, akal merah adalah akal manusia.
Kakek berambut merah yang menjadi salah satu tokoh kunci dalam risalah Aghl-e Sorkh adalah sosok orang pandai dan tahu banyak hal. Ia mengakui dirinya sudah berusia lanjut dan pernah bertahun-tahun berada di sumur kegelapan. Sumur kegelapan itu tidak lain dari simbol alam semesta ini.
Kakek berambut merah menjelaskan perjalanan hidupnya kepada baz. Ia juga menceritakan kepada baz bahwa kehidupan di sumur yang hitam menjadikan mukanya memerah dari sebelumnya putih. Kakek bermuka merah menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan baz.
Untuk menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan baz, Kakek berambut merah mengajukan syarat supaya baz melakukan perjalanan, Setiap kali baz selesai menapaki sebuah fase perjalanan, sang kakek berambut merah menjawab pertanyaan baz. Begitu seterusnya hingga sampai pada pertanyaan akhir dan jawaban puncak.
Baz bertanya kepada kakek berambut merah, “Engkau datang dari mana?”. Kakek itu menjawab,”Aku datang dari gunung Qaf. Kedudukan dirimu pun di sana, tapi kini engkau melupakannya. Baz kembali mengajukan pertanyaan, engkau mencari apa?.“Aku adalah pelancong yang berpetualang, dan akupun menyaksikan keajaibannya,” jawab kakek berambut merah.
Kemudian, baz yang semakin penasaran atas jawaban kakek berambut merah kembali bertanya, apa yang engkau lihat dari keajaiban dunia? kakek bermuka merah menjawab, ”Aku melihat tujuh keajaiban dunia. Pertama, gunung Qaf adalah wilayah kami. Kedua, substansi dari malam purnama. Ketiga, pohon tuba. Keempat, 12 sanggar produksi. Kelima, baju besi Dawud. Keenam, kapak dan ketujuh, mata air kehidupan”.
Baz semakin penasaran dengan penjelasan kakek berambut merah. Ia tidak paham apa yang dijelaskan oleh sang kakek itu. Ia hanya tahu, pohon tuba adalah jenis pohon dan gunung Qaf adalah sebuah gunung yang ada di dunia ini. Inilah sebabnya, risalah Aghl-e Sorkh dipenuhi dengan teka-teki.
Kakek berambut merah menjelaskan substansi malam purnama yang berada di gunung ketiga dari rangkaian gunung Qaf. Menurutnya, substansi malam purnama berasal dari pohon tuba.Sang kakek selanjutnya menjelaskan bahwa 12 sanggar produksi dan tujuh guru yang berbicara kepada para muridnya. Mereka sedang menyulam kain. Kain yang mereka sulam itu tidak lain dari baju besi Dawud yang dipakai oleh baz. Baju besi itulah yang membuat baz tidak bisa terbang, dan kakinya terikat.
Baju besi Dawud adalah rangkaian dari baja yang kuat, dan tugas kakek berambut merah adalah melepaskan baju besi itu dari badan baz dan membebaskannya. Tapi rangkaian besi itu tidak bisa dibuka begitu saja. Oleh karena itu, butuh alat untuk membukanya. Maka dipakailah kapak untuk memutus rangkaian baja di baju besi itu.
Sang kakek berambut merah menjelaskan cara membuka rantai besi yang mengikat baz dalam bentuk baju besi. Menurutnya, satu-satunya jalan adalah mata air kehidupan. Jika baz sampai kepada mata air kehidupan itu, maka ia harus mandi di sana, dan tanpa kerusakan ia akan terbebas dari baju besi. Setelah itu, baz bisa terbang menuju matahari dan mencapai jalan keselamatan.(PH)