Jan 31, 2019 15:15 Asia/Jakarta
  • Karya Mulla Kashefi
    Karya Mulla Kashefi

Kamaloddin Hossein bin Ali Sabzavari yang lebih dikenal dengan sebutan Molana Hossein Vaez Kashefi adalah penulis prolifik, matematikawan, astronom sekaligus ulama terkemuka di era dinasti Timurid. Kashefi dilahirkan di Baihagh, Sabzavar, Iran.

Mulla Kashefi dikenal sebagai orang yang produktif menghasilkan berbagai karya dalam bahasa Farsi dan Arab. Berbagai karyanya antara lain: Akhlaq Mohseni, Raudhah Al-Syuhada, Futut Nameh Soltani, Asrar Qasimi, tafsir Al-Quran, Jawahir Al-Tafsir dan lainnya.

Di bidang Akhlak, karya Mulla Kashefi menjadi perhatian para pemikir dan peneliti setelahnya, terutama kitab Akhlaq Mohseni atau Jawahir Al-Asrar yang merupakan karya terpenting beliau. Kitab ini ditulis tahun 900 Hijriah. Sejarawan di era Mulla Kashefi, Khandmir menempatkan kitab Akhlaq Mohseni dalam deretan tujuh karya terbaik dan terkemuka dari ulama Iran ini.

Jan Rypka meyakini kitab Akhlak Mohseni berada di urutan ketiga mengenai piagam akhlak yang ditulis dalam bahasa Farsi. Dua karya lainnya yaitu Akhlaq Nasiri karya Khawaja Nasiruddin Tusi, dan akhlaq Jalali yang ditulis oleh Mohammad Davani.

Berbeda dengan kedua karya ini, Mulla Kashefi jauh dari kedua pendekatan filsafat dan teologi. Sebagaimana kebanyakan para ulama di era Timurid, Mulla Kashefi tidak akrab dengan filsafat murni.

Tingginya popularitas kitab Akhlaq Mohseni di kalangan masyarakat awam menjadi perhatian banyak kalangan, termasuk para peneliti. Peneliti Iran, Zabihollah Safa menempatkannya sebagai salah satu buku paling terkenal di abad terakhir mengenai akhlak.

Kashefi memfokuskan beberapa bagian dari kitab Al-Risalah Al-Aliyah fi Al-Ahadist al-Nubuwah dalam masalah akhlak politik. Pembahasan tersebut mengenai adab dan kewajiban penguasa, dari raja hingga menteri dan pejabat pemerintahan.Kecenderungannya terhadap akhlak politik berkaitan dengan posisi beliau dengan pemerintahan Sultan Hossein Baighara.

Tulisan tangan yang tidak dikenal dari syarah kitab Akhaq Mohseni hingga kini masih tersimpan di sebuah perpustakaan pribadi Dominican Priory yang berada di kota Wina.

Makam Mulla Kashefi di Herat

Kitab Akhlak politik dalam bahasa Farsi secara umum dalam dua bentuk gaya penulisan yaitu: politik dan syariah. Model pertama sepenuhnya mengenai politik dari kitab tentang adab publik hingga panduan politik yang berkaitan dengan masalah akhlak. Contoh terbaik kategori pertama dalam bahasa Farsi adalah Siyasat Nameh Khawaja Nizam Al-Mulk Tusi, dan kategori yang kedua adalah kitab Ahkam Al-Sultaniyah karya Mawardi.

Dari kedua kategori tersebut muncul model gabungan yang disebut oleh para peneliti sebagai kategori Andar Zamaneh ha-ye Shariat Mabaneh. Kitab Akhlaq Mohseni masuk dalam kategori ini. Penulisan karya seperti ini menghubungkan masalah politik dan akhlak yang dimulai dari Iran kuno hingga berabad-abad setelahnya.

Mulla Kashefi dalam bukunya menjelaskan mengenai empat puluh sifat yang harus dimiliki oleh seorang penguasa. Keempat puluh sifat tersebut dijelaskan dalam empat puluh bagian dalam formasi bab terpisah masing-masing. Setiap bab diawali dengan ayat, hadis maupun riwayat mengenai penjelasan masalah yang akan disampaikan disertai narasi sejarah, dan di bagian akhir ditutup dengan syair.

Di sejumlah bab, hikayat sejarah maupun syair lebih banyak porsinya dibandingkan bagian lain. Sebagian syair yang dikutip dalam buku tersebut milik Mulla Kashefi sendiri yang biasa dikumandangkan dalam berbagai pertemuan. Tapi sebagian lainnya dinukil dari berbagai kitab syair karya para penyair lain.

Ibadah, ikhlas, sabar, tawakal, musyawarah dan bijaksana, pemberani, pemanfaatan waktu dan nama baik termasuk deretan sifat dari 40 sifat yang harus dimiliki oleh seorang penguasa dalam pandangan Mulla Kashefi.

Hikayat Akhlak yang disampaikan Mulla Kashefi diambil dari buku-buku akhlak sebelum periode beliau. Meskipun demikian penjelasan yang disampaikan oleh Mulla Kashefi tidak akan ditemukan dalam karya-karya sebelumnya. Alexander Macedonia, raja-raja Iran dan dinasti Islam di Iran seperti Tahirian, Samanian, Makmun Abbasiah, Ghaznavid, Seljuk termasuk nama yang muncul dalam kitab Akhlaq Mohseni. Salah satu karakteristik dari karya beliau dalam penukilan hikayat sejarah terletak pada validitasnya.

Kitab Akhlaq Mohseni ditulis di era Timurid, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Hossein Baighara. Karya Mulla Kashefi ini merupakan bentuk nasehat kepada penguasa ketika itu yang memadukan pola gaya penulisan politik dan syariah dengan tradisi pemikiran Iran dan akhlak. Oleh karena itu, tat kelola negara didasarkan pada prinsip-prinsip utama etika politik seperti keadilan dan nilai-nilai religiusitas.

Selain itu, karakteristik kitab Akhlaq Mohseni adalah penjelasannya yang sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat awam. Sebagian kritikus sastra menilai karya Kashefi dalam masalah politik tidak melampaui lingkup nasehat akhlak yang kebanyakan disajikan dalam formasi hikayat.

Di bidang tafsir Al-Quran, Mulla Kashefi memiliki karya yang dikenal dengan sebutan Mawahib Alaih atau Tafsir Hosseini. Ratusan tulisan tangan dari karya ini tersebar di berbagai perpustakaan Iran dan negara lain di antaranya Pakistan, India,  dan negara-negara di kawasan Asia Tengah. Sebagian peneliti menyebut karya tersebut dengan nama Tafsir Mulla.

Karya Mulla Kashefi ini agak berbeda dengan kebanyakan kitab tafsir lainnya, karena tidak membahas masalah lingusitik, hukum dan teologi dalam tafsirnya. Beliau menerjemahkan dan menjelaskan ayat al-Quran ke dalam Bahasa Farsi ditambah dengan kutipan, baik langsung maupun tidak langsung dari karya-karya tafsir al-Quran yang dipadukan dengan penjelasan ahli tariqat tentang makna sebuah ayat.

Jejak penerjemahan al-Quran dan tafsirnya dalam bahasa Farsi dilakukan sekitar satu abad setengah setelah penerjemahan karya Tabari. Raudhah Al-Jinan wa Ruh Al-Jinan fi tafsir Al-Quran karya Abu Al Futuh Razi dan Kashf al-Asrar wa Idah Al Abrar karya  Rashid Al-din Mibdi merupakan karya yang memberikan pengaruh besar terhadap tafsir Mulla Kashefi, terutama kecenderungan kedua tafsir tersebut terhadap tasawuf.

Tafsir Abu Al-Futuh Razi merupakan kitab tafsir pertama dari ulama Syiah yang ditulis dalam bahasa Farsi. Secara umum dari aspek isinya  amat dekat dengan tafsir penting Syiah, Al Tibyan fi al-Tafsir Al-Quran yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Muhammad Abu Jafar Tusi.

Mawahib Alaih karya Mulla Kashefi termasuk jenis tafsir al-Quran dengan pen dekatan tasawuf dan sastra. Mulla Khasefi memulai tafsirnya dengan tafsir besar berjudul Jawahir Al-tafsir litahfuhu Al-Amir yang ditujukan kepada Ami Ali Shirnavai yang menjabat sebagai menteri di era kesultanan Hosein Baighara.

Pada awalnya, Kashefi menulis tafsirnya untuk 30 juz, tapi setelah memasuki surat keempat beliau tidak menyelesaikan Jawahir Al-Tafsir. Setelah beberapa tahun kemudian, Mulla Kashefi menulis karya tafsir perjuz bernama mawahib Al-Quran yang dipersembahkan kepada Amir Ali Shirnavai.

Mulla Kashefi menulis karyanya dengan bahasa umum yang mudah dipahami awam yang digabungkan dengan penjelasan ahli tarikat. Tapi keduanya tidak dipisahkan. Selain mengutip tafsir Mibdi, beliau juga mengutip para sufi besar seperti Ibn Arabi, Abdul Razaq Kashani, Qunawi dan lainnya. Tafsir Mulla Kashefi ini dikenal karena pengaruhnya yang besar terhadap karya setelahnya baik yang berbahasa Farsi maupun Arab.(PH)

 

Tags