Pesona Iran yang Mendunia (101)
Abu Ja'far Muhammad ibn Ya'qub ibn Ishaq Razi, yang dikenal sebagai Sheikh Kulaini, merupakan ulama Syiah terkemuka paruh kedua abad ketiga dan paruh pertama abad keempat hijriah.
Tanggal persis kelahirannya tidak banyak disebutkan para sejawaran. Tapi kebanyakan dari ahli sejarah menyebut tahun 258 H sebagai tahun kelahiran Sheikh Kuliani, yang bertepatan dengan Imamah Imam Hassan Askari. Sheikh Kuliani dilahirkan di keluarga ulama di Kulain, yang berada sekitar kota Ray, salah satu kota tertua di Iran. Ayah dan paman Sheikh Kulaini adalah cendekiawan dan teolog terkemuka di zamannya.
Ray di masa itu adalah kota besar yang menjadi tempat pertemuan berbagai keyakinan keagamaan dan mazhab yang hidup bersama secara damai dan harmonis. Ketika itu Ray tempat rujukan bagi mazhab Syiah Ismailiyah dan 12 Imam, Syafie, dan Hanafi, Sheikh Kulaini dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan ide-ide dari beragam agama dan mazhab lain.
Kulaini muda belajar kepada para ulama besar di masa itu, dan mulai mempelajari ilmu Hadits yang menarik perhatiannya terhadap disiplin ilmu agama ini. Kemudian, Sheikh Kuliani pindah ke Qom untuk menyelesaikan studi agama. Di sana, ia bertemu dengan banyak ulama Syiah, termasuk orang-orang yang pernah mendengar perkataan langsung Imam Askari maupun Imam Hadi.
Di Qom juga, Sheikh Kuliani bertemu dengan para ulama terkemuka Syiah. Ketertarikannya yang tinggi terhadap hadis membuat ulama besar Syiah 12 Imam ini melakukan perjalanan ke desa-desa dan kota-kota yang tak terhitung jumlahnya untuk mengumpulkan hadits Imam Syiah.
Kufah menjadi salah satu kota yang dikunjungi Kulaini dalam perjalanan menuntut ilmu pengetahuan dan mengumpulkan hadis. Ketika itu, Kufah merupakan sebagai salah satu pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan terkemuka. Oleh karena itu, tidak ada ulama dan cendekiawan yang mengunjungi kota ini, tapi tidak memanfaatkan waktunya untuk mengunjungi para ulama.
Setelah mendapatkan ilmu pengetahuan dan hadis dari puluhan ulama dan pakar terkemuka yang tersebar di berbagai kota dan desa saat itu, Sheikh Kuliani akhirnya tiba Baghdad. Ketinggian ilmu pengetahuannya dan keluhuran akhlaknya menunjukkan sosok seorang ulama Syiah sejati di benak orang-orang di setiap daerah yang dikunjunginya di jalan memasuki Baghdad.
Orang-orang Syiah bangga kepadanya dan orang-orang Sunni mengaguminya. Menurut Najashi, Sheikh Kulaini adalah pemimpin ulama Syiah dan sosok cemerlang di zamannya yang paling dapat diandalkan dalam hadits.
Sheikh Kulaini menjadi salah satu figur besar ulama yang mendermakan hidupnya demi Islam dan kepentingan kaum Muslimin. Dengan menerbitkan banyak buku, yang paling penting adalah Al-Kafi, Sheikh Kuliani menunjukkan kiprah besarnya terhadap Islam Syiah. Membicarakan sosok seperti Kuliani, membahas tentang kebajikan dan perhatian besar ulama Syiah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Di zamannya, para ulama Syiah dan Sunni memberikan penghormatan yang tinggi terhadap keilmuan dan kiprah besarnya, terutama di bidang hadis. Beliau digaliri sebagai Tsiqah al-Islam karena tingginya kepercayaannya masyarakat dan ulama terhadap keilmuan dan keluhuran akhlaknya.
Sheikh Kulaini telah mendidik para murid yang tumbuh menjadi sarjana terkemuka di bidangnya masing-masing. Karya tulis dan buku-bukunya juga menjadi subjek kajian dan penelitian oleh banyak sarjana ketika itu hingga kini.
Perjalanan Sheikh Kulaini yang penuh berkah dengan kerja keras dan pengabdiannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama hadis dengan berbagai karyanya berakhir di usia tujuh puluh tahun. Ada perbedaan pendapat tentang tanggal wafatnya. Sebagian sejarawan menyebut bulan Sya'ban, 329 Hijriah, tapi menurut pendapat lain tahun 328 Hijriah.
Kepergiannya menimbulkan duka tidak hanya bagi kaum Syiah, tetapi juga para pengikut mazhab lain yang mengiringi jenazahnya hingga peristirahatan terakhir di Baghdad. Abu Qarat Muhammad bin Ja'far Hassani, salah seorang tokoh ulama Baghdad memimpin shalat jenazah dan pemakamannya di Bab al-Kufah di Baghdad.(PH)