Jul 07, 2019 18:49 Asia/Jakarta
  • Hossein Ibn Mansour Al-Hallaj
    Hossein Ibn Mansour Al-Hallaj

Hossein ibn Mansour Al-Hallaj, seorang sufi besar abad ketiga Hijriah yang terkenal dengan statemen kontroversialnya. Bahkan setelah kematiannya, Hallaj masih menajdi perhatian para sarjana baik timur maupun Barat.

Hallaj lahir di derah Beyza wilayah Fars, Iran, tapi sejak anak-anak bermigrasi dengan keluarganya ke kota Wasit di Irak. Kata "Hallaj" berarti pemintal kapas yang awalnya julukan,kemudian secara bertahap menjadi namanya.  

Orientalis terkemuka, Louis Massignon mengungkapkan bahwa nama Hallaj yang menjadi nama keluarga Hussein bin Mansour Hallaj sebagai bentuk sebutan untuk nama daerah kelahirannya yang merupakan produsen kain tenun besar di era Kekaisaran Islam pada waktu itu. Ayah Hussein bin Mansour Hallaj adalah salah seorang pekerja industri tekstil, oleh karena itu dinamai Hallaj. Tetapi para sarjana meragukan pendapat pribadi Massignon, karena dia tidak menyodorkan bukti historis yang kuat tentang pandangannya tersebut.

Ibn Khallikan merujuk pada sebuah hikayat mengenai nama Hallaj dalam buku "Wafayāt al-Aʿyān wa-Anbāʾ Abnāʾ az-Zamān". Ibn Khallikan menuturkan, "Hallaj tiba di kota Wasit dan membutuhkan di kota itu, dan toko yang pertama kali ditemuinya penenun kapas. Hallaj meminta bantuan pemilik toko untuk memenuhi keperluannya. Pemilik toko menunjukkan kepadanya gumpalan kapas. Hallaj berjanji kepadanya supaya memenuhi permohonannya. Pria itu keluar, dan ketika kembali, ia melihat membuat semua kapasnya senilai dua puluh empat ribu ratal telah dibuat kain oleh Hussein bin Mansour dan sejak hari itu disebut Hallaj,".

Penyair dan mistikus terkenal Iran abad keenam Hijriah, Attar Neyshaburi juga menyebutkan dalam bukunya Tazkirah Auliya, "Dia disebut Hallaj, karena pernah terlihatnya berada di gudang kapas dan membuat sesuatu yang menarik dari kapas itu ".

Ia juga menjelaskan bahwa Hussein Bin Mansour adalah seorang yang mencari nafkah sebagai pemintal kapas, dan dikenal dengan sebutan Hallaj. Beberapa sarjana, seperti Nicholson, percaya bahwa Hussein bin Mansour Hallaj adalah orang miskin yangmenjalani hidupnya dengan memintal wol, dan namanya juga berasal dari pekerjaan itu. Tapi, selain masalah profesinya, ada alasan lain untuk nama Hallaj.

Massignon dalam karyanya mengungkapkan bahwa Hossein ibn Mansour menyampaikan sesuatu kepada para muridnya tentang rahasai penciptaan baru dan apa yang ada dalam hatinya yang disebut "Halaj al-Asrar", dan sejak itu dijuluki "Hallaj" .

Mustaali Bukhari juga mengatakan bahwa Hussein bin Mansour bermakna Hallaj sebagai tempat rahasia baru dan rahasia yang memisahkan dari jiwanya, juga berarti orang yang memintal kapas.

Ibn Katsir juga menyebutkan dalam bukunya bahwa orang-orang Ahvaz telah memberinya julukan tersebut karena dia mengetahui rahasia orang-orang dan mengungkapkannya atas permintaan mereka, oleh karena itu disebut sebagai "Halaj al-Asrar".

Patung Hallaj

Hallaj juga diberi berbagai julukan, seperti Abul Moghīth, Abū al-Ma'in, Abū al-Mehr dan Abu Abdullah Zahid yang disebutkan para muridnya  yang tersebar di berbagai kota di Iran, India, Cina,  Turkistan, dan Baghdad.

Berbagai nama ini menunjukkan besarnya pengaruh Hallaj yang tersebar tidak hanya di Baghdad maupun Iran saja, tapi hingga Cina. 

Ayah Hallaj bersama seluruh anggota keluarganya pindah ke kota Wasit  yang terletak di antara Basra dan Kufah. Selain posisi strategisnya secara politik, kota ini juga dikenal karena pertanian dan perdagangannya. Tapi, Hallaj tidak memiliki banyak minat di kota ini, dan diusia usia enam belas, ketika terjadi pemberontakan di meninggalkan Wasit menuju Ahvaz..

Hallaj di Ahvaz belajar kepada Sahal bin Abdullah Tustari yang merupakan ulama terkemuka abad ketiga dan memiliki sekolah yang disebutkan dalam kitab Kasf al-Mahjub sebagai "Sahliyeh". Oleh karena itu, jenjang studi pertama Hallaj dalam bimbingan Sahal Bin Abdullah Tustari yang menmpanya dengan prinsip-prinsip tasawuf, terutama tentang zuhud. 

Semangat dan kegelisahan Hallaj mencegahnya untuk tidak mentap di satu tempat ia berkelana untuk menimba ilmu dan pengalaman sekaligus mempertajam spiritualitasnya. Hingga akhirnya berguru kepada Amr ibn Usman Maki. (PH)

 

Tags