Pesona Iran yang Mendunia (105)
Mohammad Taleb Amoli termasuk salah seorang penyair terkemuka Iran di abad ketujuh belas Masehi yang bersinar di era kaisar Mughal Jahangir, India.
Sayyid Muhammad Ibn Abdullah Taleb Amoli, lahir di Amol sekitar tahun 991 H,dan meninggalkan kota kelahirannya pergi ke Kashan. Kemudian, ia melakukan perjalanan ke Isfahan beberapa kali. Di Isfahan, Talib mengirim sejumlah puisi kepada penguasa Safavi, Shah Abbas, tetapi puisinya diabaikan oleh raja dan pejabat istana. Akhirnya, ia pun gagal menjadi penyair istana.
Taleb tinggal di Kashan dan Isfahan selama empat tahun. Meskipun tinggal di Kashan dan Isfahan tidak menghasilkan sumber material yang baik bagi Taleb, periode ini harus dianggap sebagai fase paling produktif dalam kehidupan Taleb dalam hal sastra dan pengetahuannya.
Keluar dari lingkungan Amol yang kecil di mana masalah sastra dan ilmiah tidak penting pada saat itu, dan masuk ke komunitas sastra dan ilmiah Isfahan dan Kashan yang besar mengubah keseluruhan tingkat informasi dan visi sastra Taleb. Menurut para kritikus sastra, kemajuan Taleb karena pengetahuan yang diperolehnya dari para penyair lain selama periode ini.
Taleb memulai perjalanannya ke India ketika dia tidak berhasil di Isfahan. Selama perjalanan ini ia menghabiskan beberapa waktu di Merv dengan dukungan gubernur Bektash Khan. Taleb menjalani kehidupan yang nyaman di Merv dan menghabiskan sebagian besar waktunya mempelajari sastra dan menulis puisi. Tetapi tujuanya untuk mendekati otoritas yang lebih tinggi dan mungkin lebih banyak kekayaan yang bisa didapatkannya mendorongnya untuk melakukan perjalanan ke India.
Di masa Itu, India menjadi termpat bertemunya para seniman dan penyair besar Iran. Salah satu faktor ini adalah kehadiran kaisar Mongolia di India, yang merupakan keturunan langsung orang-orang Iran Timurid. Kedua, orang-orang Iran yang berada di negara itu memegang otoritas sipil dan militer yang tinggi, dan mereka juga menyukai para seniman dan penyair.
Bektash Khan, penguasa Merv, tidak setuju Taleb pergi ke India karena dua alasan. Pertama, Bektash Khan sangat menyukai Taleb dan tidak menyetuji kepergiannya dari Merv. Di sisi lain, persaingan antara Iran dan India mengenai kehadiran para seniman dan penyair menjadi hambatan utama bagi perjalanan Taleb ke India.
Meskipun keberatan, akhiranya Taleb diizinkan oleh penguasa Marv melakukan perjalanan dari Merv ke India. Usia Talib ketika itu sekitar dua puluh lima tahun.
Empat tahun telah berlalu sejak Taleb tiba di India, upayanya untuk menjangkau akses terhadap penguasa di sana belum berhasil hingga ia mendengar nama Mirza Ghazi Tarkhan, penguasa Kandahar. Mirza Ghazi adalah seorang penyair dan seniman yang cakap dan ahli dalam memainkan alat musik dan menyanyi. Mirza Ghazi selalu mengumpulkan para seni dan sastrawan sehingga banyak penyair, penulis, dan seniman Iran berada di istananya.
Setelah mempelajari puisi dan biografi Taleb, Mirza Ghazi secara pribadi mengirim undangan kepada Taleb yang berada di Agra pada saat itu supaya melakukan perjalanan ke Kandahar. Taleb tinggal di istananya selama sekitar satu tahun, dari 1020 H hingga 1021 H, yang merupakan tahun kematian Mirza Ghazi. Meskipun masa tinggal Taleb di Kandahar singkat, tapi periode tersebut menjadi salah satu fase paling cemerlang dalam kehidupan puisinya.
Mirza Ghazi diracuni dan dicekik oleh seorang budak di tahun 1021 H. Setelah kematiannya, komunitas sastra Kandahar runtuh dan Taleb kembali ke Agra. Ia mengirim surat dan memperkenalkan dirinya kepada penguasa Peshawar, Gulich Khan. ia pun diterima dengan hangat dan memilihnya sebagai teman yang selalu menemani dalam perjalanan. Hasil dari fase kehidupan Taleb ini berupa puisi indah yang ditinggalkannya.
Tapi sayang nasib baik tidak bersama Taleb, Ghulich Khan juga dipecat karena konspirasi rekan dekatnya, dan dia mati mendadak. Taleb kembali ke Agra dan mengambil bagian dalam pertemuan kesusastraan kota Agra. Kemudian, setelah beberapa waktu, Taleb menjadi perhatian pejabat dinasti Jahangir bernama Dianat Khan.
Dianat Khan menjadi tulang punggung orang-orang Iran yang bermigrasi India dan mengakses poros kekuasaan India. lambat laun, Puisi Talib mulai populer dan ketenaran sampai di ke telinga Raja Jahangir yang ingin mengunjunginya, Dianat Khan membawa Taleb menemui raja.
Taleb akhirnya menjadi ketua majelis sastra kerajaan Jahangir dari tahun 1028 H hingga akhir hayatnya 1036 H. Selain menghadiri acara resmi kenegaraan dan keagamaan, ia juga berkewajiban memilih dan memperkenalkan penyair baru kepada raja
Dia juga melakukan perjalanan keliling India bersama Jahangir Shah dan telah menulis banyak puisi yang menggambarkan perjalanan tersebut. Taleb dalam karyanya "Jahangir-e-Name", menulis banyak puisi tentang perjalanannya dengan Shah dan menggambarkan kota dan desa yang dilaluinya.
Menurut para kritikus sastra, beberapa bagian Jahangir Nameh begitu memesona dan menarik sehingga pembaca bisa menikmati karya-karya sastra Persia yang disejajarkan dengan karya Nezami Ganjavi maupun karya besar sastra Persia lainnya.
Kematian Perdana Menteri Etemad al-Dawlah pada tahun 1031 H, menyebabkan Taleb kehilangan salah satu sahabat dan pendukung terbaiknya. Meskipun kematian orang nomor dua di dinasti Jahangir tidak mengubah status Amoli, tetapi menjadi pukulan serius baginya mentalnya. Kejadian ini tampak jelas dalam berbagai bait puisinya.
Hingga akhir hayatnya, Taleb menjabat sebagai "Malik Syuara", atau ketua majelis para penyair. Satu tahun sebelum kematian Raja India, Jahangir, tepatnya 1036 H, Taleb Amoli yang berada di puncak karirnya meninggal dunia karena sakit. Kematiannya yang terlalu dini, yang terjadi di usia empat puluh lima tahun, menyebabkan kegemparan di dunia puisi dan sastra. Banyak penyair menulis puisi dengan kesedihan yang dalam, termasuk Saeb Tabrizi, penyair India paling terkenal ketika itu.(PH)