Sep 30, 2019 10:26 Asia/Jakarta
  • 30 September 2019
    30 September 2019

Hari ini, Senin 30 September 2019 bertepatan dengan 1 Shafar 1441 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 8 Shahrivar 1398 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini di masa lampau.

Perang Shiffin Meletus

1404 tahun yang lalu, tanggal 1 Shafar 37 HQ, Perang Shiffin meletus.

Lokasi perang Shiffin

Perang ini terjadi antara pasukan Imam Ali as melawan pasukan Muawiyah bin Abi Sufyan. Setelah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan, rakyat Madinah membaiat Imam Ali as dan mengangkat beliau sebagai khalifah. Namun, Muawiyah, seorang Gubernur di Damaskus, menolak menerima kepemimpinan Imam Ali dan melakukan perlawanan bersenjata.

Awalnya, Imam Ali berusaha melakukan perundingan demi mencegah pertumpahan darah di antara sesama muslim. Namun Muawiyah tetap membangkang dan pecahlah perang di sebuah daerah bernama Shiffin di tepi sungai Furat, Irak. Ketika pasukan Imam Ali hampir mencapai kemenangan, penasehat Muawiyah bernama Amr bin Ash memerintahkan pasukannya agar menancapkan al-Quran di tombak mereka dan menyerukan gencatan senjata atas nama al-Quran.

Imam Ali yang memahami tipuan ini memerintahkan pasukannya agar terus bertempur, namun sebagian kelompok menolak. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai kelompok Khawarij. Atas desakan kelompok Khawarij pula, perang dihentikan dan diadakan perundingan antara kedua pihak. Dalam perundingan ini, delegasi Muawiyah melakukan tipuan. Akibatnya, kekhalifahan kaum muslimin direbut dari tangan Imam Ali dan jatuh ke tangan Muawiyah.

Richter Meninggal Dunia

34 tahun yang lalu, tanggal 30 September 1985, Charles Richter, ilmuwan penemu alat ukur kekuatan gempa, meninggal dunia di AS dalam usia 75 tahun.

Skala Richter

Bersama rekan-rekannya sesama ilmuwan, Richter berhasil menemukan alat ukur kekuatan gempa yang didasarkan kepada tingkat energi yang dilepaskan pusat gempa.

Richter dan kawan-kawannya membagi tingkat kekuatan gempa itu dari ukuran satu hingga sembilan. Sebelumnya, para ilmuwan mengukur dan membandingkan tingkat-tingkat kekuatran gempa berdasarkan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gempa, yang tentu saja sangat jauh dari ketelitian.

Ayatullah Sayid Mohammad Sadegh Lavasani Wafat

29 tahun yang lalu, tanggal 8 Mehr 1369 HS, Ayatullah Sayid Mohammad Sadegh Lavasani meninggal dunia dalam usia 84 tahun dan dimakamkan di kompleks makam suci Sayidah Fathimah al-Maksumah as.

Sejarah

Ayatullah Sayid Mohammad Sadegh Lavasani lahir dari keluarga agamis di Najaf, Irak sekitar tahun 1285 HS. Menginjak usia remaja, ia bersama ayahnya pergi ke kota Hamedan dan setelah beberapa waktu tinggal di sana, ia pindah ke kota Arak untuk melanjutkan pendidikan agamanya. Ayatullah Lavasani di usia 17 tahun berhijrah ke kota Qom setelah dibentuknya Hauzah Ilmiah Qom oleh Ayatullah Sheikh Abdolkareem Hairi Yazdi. Beberapa tahun Qom, Ayatullah Lavasani sempat sekamar dengan Imam Khomeini ra.

Selama di kota Qom, selain belajar kepada pendiri Hauzah Ilmiah Qom, Ayatullah Lavasani juga belajar kepada guru-guru besar seperti Sayid Mohammad Taghi Khonsari, Sayid Mohammad Hojjat, Mohammad Ali Shah Abadi dan Mirza Javad Agha Maleki Tabrizi. Ia belajar fiqih dan ushul fiqih tingkat mujtahid, irfan dan filsafat dari mereka dan setelah itu meninggalkan Iran menuju Najaf, Irak. Di kota suci ini, Ayatullah Lavasani belajar kepada guru-guru besar lainnya seperti Agha Dhiya ad-Din al-Iraqi dan Mirza Abolhassan Meshkini.

Ayatullah Lavasani diangkat oleh para marji besar Qom untuk mengelola Madrasah Feiziah dan Dar as-Shifa, Qom pada tahun 1314 HS selama 6 tahun. Setelah dimulainya kebangkitan Islam yang dipimpin oleh Imam Khomeini ra, ia berkali-kali mengeluarkan pernyataan dukungannya kepada Imam Khomeini dan setelah beliau diasingkan ke Turki, Ayatullah Lavasani diangkat menjadi wakil penuhnya di Tehran.

Sepak terjangnya dalam memajukan kebangkitan Islam ini mengkhawatirkan rezim Shah Pahlevi yang membuatnya diasingkan di daerah Hashtpar di Talesh selama tiga tahun. Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, Ayatullah Lavasani tetap menjadi sahabat dan pendukung setia Imam Khomeini ra tanpa memegang jabatan apapun.

Tags