Serangan Balasan Yaman Berlanjut hingga Agresi Saudi Berakhir
Pasukan relawan dan militer Yaman melancarkan serangan balasan besar-besaran ke posisi militer Arab Saudi dan pasukan bayarannya di Najran, selatan negara ini.
Serangan balasan yang telah direncanakan sejak beberapa bulan lalu ini melumpuhkan tiga brigade Arab Saudi. Serangan bersandi "Nasrun Minallah (Pertolongan dari Allah)" ini menewaskan dan melukai lebih dari 500 tentara dan pasukan bayaran Arab Saudi.
Juru bicara militer Yaman Brigadir Jenderal Yahya Saree pada Sabtu (28/9/2019) mengatakan, dalam serangan yang melibatkan berbagai unit Angkatan Bersenjata Yaman ini, lebih dari 2000 tentara dan pasukan bayaran Arab Saudi ditawan, dan ratusan kendaraan lapis baja dan kendaraan pengangkut militer Arab Saudi juga disita oleh pasukan Yaman.
Serangan balasan tersebut telah mengubah perimbangan kekuatan, di mana perubahan ini disebabkan meningkatnya kemampuan rudal dan pesawat tanpa awak Yaman.
Menurut Saree, pada serangan awal, pasukan Yaman melakukan sembilan operasi serangan rudal, sementara unit-unit drone melakukan 20 operasi serangan terhadap posisi musuh.
Serangan-serangan tersebut telah memaksa helikopter-helikopter Apache dan jet-jet tempur pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi meninggalkan wilayah sasaran serangan, dan operasi pasukan Yaman mencapai hasilnya.
Militer Yaman menegaskan bahwa perlawanan dan serangan balasan terhadap Arab Saudi berlanjut hingga agresi pasukan koalisi berakhir.
Sebelumnya, Juru bicara militer Yaman Brigadir Jenderal Yahya Saree mengkonfirmasi bahwa 10 pesawat tanpa awak Yaman telah menyerang dua kilang minyak Arab Saudi di bagian timur negara Arab ini.
Kilang minyak Buqayq (Abqaiq) dan Khurais di bagian timur Arab Saudi menjadi sasaran balasan Yaman pada Sabtu dini hari, 14 September 2019.
Serangan drone Yaman ke fasilitas pengolahan minyak Arab Saudi di Abqaiq dan Khurais, membawa dampak buruk bagi ekonomi dan keamanan negara itu.
Menurut Yahya Saree, serangan drone itu sebagai balasan dan tanggapan atas serangan udara Arab Saudi dan kejahatan perang negara itu di Yaman, serta blokade darat, laut dan udara terhadap Yaman.
Jubir militer Yaman mengklaim bahwa operasi pesawat tak berawak, dengan sandi "Balanced Deterrence-2" adalah salah satu serangan udara paling rumit yang pernah dilakukan oleh pasukan Yaman jauh di dalam wilayah Arab Saudi.
Yahya Saree memperingatkan Arab Saudi bahwa serangan udara Yaman akan diperluas dan banyak lagi target akan dihantam jika Riyadh masih melanjutkan agresi militer dan blokade total terhadap Yaman.
Serangan ke fasilitas perusahaan minyak Aramco ini memiliki dampak jangka pendek dan panjang. Dampak jangka pendek, 50 persen dari produksi minyak Saudi terhenti akibat serangan itu.
Menteri Energi Arab Saudi, Abdulaziz bin Salman mengatakan serangan drone Yaman menyebabkan terhentinya produksi lebih dari lima juta barel minyaknya.
Dampak jangka pendek lainnya adalah perusahaan Aramco menderita kerugian ekonomi yang besar atas kejadian itu. Televisi Amerika CNBC menyatakan kerugian perusahaan Aramco mencapai 31 miliar dolar.
Serangan itu juga berdampak pada bursa saham Arab Saudi. Bursa saham negara itu langsung bereaksi terhadap serangan ke Aramco dan nilainya anjlok dua persen.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) serta beberapa sekutunya melancarkan invasi militer ke Yaman sejak Maret 2015 setelah mendapat lampu hijau dan dukungan dari Amerika Serikat.
Agresi militer tersebut telah merenggut nyawa belasan ribu warga Yaman dan menghancurkan infrastruktur vital negara ini.
Blokade darat, laut dan udara oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi juga menambah penderitaan rakyat Yaman. Meski demikian, rakyat Yaman tidak menyerah dan terus melakukan perlawanan gigih untuk menghadapi pasukan agresor. (RA)