Lintasan Sejarah, 19 Oktober 2019
Arbain Syahadah Imam Husein
1380 tahun yang lalu, tanggal 20 Shafar 61 HQ, kafilah keluarga Rasulullah yang selamat dari tragedi Asyura kembali ke Karbala.
Peristiwa ini terjadi tepat 40 hari setelah tragedi itu berlangsung. Tanggal 20 Shafar kemudian dikenang oleh para pengikut Ahli Bait sebagai hari "Arbain" atau hari ke-40.
Berdasarkan catatan sejarah, setelah berlangsungnya tragedi pahit Asyura, kafilah keluarga Rasulullah yang tersisa, di antaranya Imam Zainal Abidin yang saat itu tengah sakit keras dan putranya Imam Baqir, beserta kaum perempuan, digiring oleh pasukan Ibnu Ziyad sebagai tawanan. Di Kufah, mereka menggugah kesadaran masyarakat tentang hakikat yang sebenarnya terjadi di Karbala. Sebagaimana yang dicatat secara cermat oleh para sejarawan, terjadi banyak distorsi yang dibuat oleh Ibnu Ziyad dalam menutup-nutupi hakikat perjuangan Imam Husein dan sahabat-sahabatnya hingga gugur syahid di Karbala.
Rombongan keluarga Rasulullah itu kemudian dikirim ke Syam untuk dipersembahkan kepada Yazid bin Muawiyah. Sisa rombongan itu tadinya diperkirakan akan dipermalukan oleh Yazid untuk akhirnya dibunuh. Akan tetapi, kefasihan Sayidah Zainab dalam menyampaikan hakikat Karbala kepada masyarakat Syam malah membuat kaum muslimin di sana menjadi tahu kejadian yang sebenarnya. Dengan demikian, keberadaan kafilah itu di Syam hanya membuat sosok Yazid semakin dibenci. Karena itulah Yazid tidak berani membunuh sisa kafilah tersebut. Yazid akhirnya malah membebaskan keluarga Rasulullah.
Sisa keluarga Rasulullah itu akhirnya bertolak dari Syam menuju Karbala, untuk melakukan prosesi pemakaman atas jenazah para syuhada Karbala. Pada saat yang sama, dari Madinah, sahabat Rasulullah yang sudah sangat tua, Jabir bin Hayyan al-Anshari juga bertolak ke Karbala. Pada tanggal 20 Shafar, kedua rombongan itu bertemu di tanah bersejarah saksi duka nestapa keluarga Rasulullah itu.
Sekutu Asingkan Reza Khan ke Pulau Morris
78 tahun yang lalu, tanggal 27 Shahrivar 1320 HS, Reza Khan diasingkan ke pulau Morris atas perintah Inggris.
Setelah tentara Sekutu tiba di Iran, Reza Khan, Shah Iran secara terpaksa mengundurkan diri dan pada tanggal 25 Shahrivar 1320 HS (16 September 1941) ia terpaksa meninggalkan Iran. Sesuai perintah Inggris, Reza Khan akhirnya diasingkan ke pulau Morris pada tanggal 27 Mehr 1320 HS (19 Oktober 1941), setelah itu dipindah ke Johannesburg, Afrika Selatan dan ia meninggal di sana.
Bila Reza Khan sejak awal berkuasa tidak lewat kekuatan asing, khususnya Inggris dan memperkuat fondasi pemerintahannya di tengah rakyat Iran dengan menciptakan keadilan dan menerapkan kebebasan, pasukan Sekutu tidak akan pernah mampu dengan mudah melengserkannya lalu mengasingkannya ke pulau Morris.
Reza Khan memahami bahwa sekalipun Rusia dan Inggris menentangnya, tapi bila tentara mereka memasuki Tehran keluarga dan dirinya tidak akan diapa-apakan. Sikap paling keras Inggris dan Rusia terhadapnya tidak lebih dari pencopotannya dari kekuasaan dan pengasingan. Hal yang paling ditakutkannya adalah kemarahan rakyat yang ditindas olehnya selama berkuasa 16 tahun di Iran. Kenyataan ini memaksanya mengundurkan diri dan keluar dari Iran.
Ali Hasan Salamah Diteror Mossad
43 tahun yang lalu, tanggal 19 Oktober 1976, Ali Hasan Salamah, salah seorang pejabat tinggi PLO, gugur syahid di lebanon akibat teror agen Israel, Mossad.
Mata-mata Mossad itu memasang bom di mobil Ali Hasan Salamah di kota Beirut. Teror Israel yang dilakukan di lebanon ini, kembali membuktikan bahwa invasi dan pelanggaran atas wilayah negara lain adalah salah satu taktik utama zionis.