Iran Hadapi Penyebaran Covid-19, AS Menambah Sanksi
Virus Corona (Covid-19) telah menyebar ke berbagai negara termasuk Republik Islam Iran, dan menyebabkan 2.517 warga negara ini meninggal dunia.
Menurut penyataan juru bicara Kementerian Kesehatan Republik Islam Iran Kianoush Jahanpour pada Sabtu (28/3/2020) siang, 35.408 warga negara ini terinfeksi Covid-19, namun 11.679 dari mereka telah sembuh dan diizinkan pulang dari rumah sakit.
Organisasi-organisasi internasional dan sejumlah banyak pejabat dari negara-negara seperti Rusia, Turki, Pakistan dan Cina telah menuntut Amerika Serikat untuk mencabut sanksi sepihak dan ilegal terhadap Iran. Namun para pejabat pemerintahan Presiden Donald Trump menolak untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Meskipun seruan internasional untuk mencabut sanksi sepihak AS terhadap Iran terus digaungkan oleh pejabat-pejabat dari negara-negara dunia, tetapi Washington bersikeras untuk melanjutkan pendekatan yang tidak manusiawi tersebut. Bahkan, Washington baru-baru ini kembali menjatuhkan sanksi terhadap Tehran.
Kementerian Keuangan AS hari Kamis, 26 Maret 2020 menjatuhkan sanksi baru terhadap individu dan institusi yang berafiliasi dengan Iran, termasuk Komite Rekonstruksi Makam Suci. Sanksi terbaru AS tersebut mencakup 15 orang dan lima institusi yang terkait dengan Iran. Washington berdalih langkah ini diambil sebagai bagian dari perang melawan terorisme.
AS telah memasukkan sejumlah orang yang sedang atau pernah bekerja di Komite Rekonstruksi Makam Suci dalam daftar sanksi. Selain itu, sanksi kementerian keuangan AS juga dijatuhkan terhadap beberapa perusahaan jasa maritim dan transportasi Iran dan Irak.
Pemerintahan Trump menjatuhkan sanksi ini untuk mengurangi pengaruh Iran di Irak, termasuk membatasi aktivitas perusahaan-perusahaan Irak dan Iran yang memiliki hubungan dengan pemerintahan Tehran. Washington secara terus-menerus memberlakukan sanksi terhadap Iran, sehingga nyaris tidak ada ruang di Iran yang tidak dijatuhi sanksi. Bahkan sekarang menyasar ke negara lain, termasuk Irak. Namun, sanksi terhadap Komite Rekonstruksi Makam Suci mengejutkan, karena lembaga ini hanya memfokuskan aktivitasnya untuk merenovasi makam suci di Irak dan didanai oleh bantuan sukarela masyarakat.
Perluasan sanksi terhadap Iran berlangsung di saat negara ini sedang berjuang mengatasi Covid-19. Langkah ini berasal dari pandangan pemerintahan Trump yang melihat saat ini sebagai waktu yang paling tepat untuk meningkatkan tekanan terhadap Tehran. Pemerintahan Trump telah menggunakan tindakan tidak berperikemanusiaan untuk menjustifikasi pendekatan ilegalnya terhadap Iran. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada hari Rabu menuduh Iran berusaha untuk meraih senjata nuklir, dan bersikeras melanjutkan kebijakan tekanan maksimum terhadap Tehran, sekaligus mengklaim kebijakan Washington bertujuan mencegah hal itu terjadi.
Padahal laporan IAEA mengkonfirmasikan pemenuhan komitmen Iran yang bertentangan dengan klaim Washington. IAEA mengkonfirmasi tidak ada penyimpangan dalam program nuklir Iran dari status sipilnya.
Sanksi baru Washington terhadap Tehran juga datang sesaat setelah delapan negara, termasuk Rusia dan Cina mengirimkan surat kepada PBB, yang menggarisbawahi dampak negatif sanksi AS terhadap kemampuan Iran untuk mengatasi Covid-19.
Utusan Rusia untuk organisasi internasional di Wina, Austria, Mikhail Ulyanov, menulis di akun Twitter, "Para pendukung kebijakan tekanan maksimum AS terhadap Iran berupaya menjustifikasi sepak terjangnya. Mereka mengatakan bahwa pengiriman makanan dan obat-obatan ke Iran tidak dilarang. Sepintas statemen tersebut benar, tetapi faktanya barang-barang kemanusiaan murni tidak dapat dikirim ke Iran dengan cara biasa karena mengalami kendala keuangan. Oleh karena itu, pemerintahan Trump praktis telah melakukan "terorisme medis" bersama "terorisme ekonomi" yang dilancarkan terhadap bangsa Iran.
Ada beberapa negara yang telah memberikan bantuan kepada Iran untuk menghadapi pandemi Covid-19. Otoritas Energi Atom Cina mengirimkan paket bantuan kemanusiaan yang mencakup peralatan medis kepada Badan Energi Atom Iran untuk memberantas wabah virus corona.
Paket bantuan kemanusiaan Otoritas Energi Atom Cina mencakup 10 ribu pakaian pelindung untuk dokter dan pasien, 4.500 masker, dan 10 perangkat oksigen konsentrator. Sebelum ini, 13 paket bantuan pemerintah dan rakyat Cina telah dikirim ke Iran untuk memberantas wabah corona dan bantuan-bantuan lain juga sedang menunggu jadwal pengiriman.
Sementara itu, Kedutaan Besar Iran di Tbilisi pada Rabu, 18 Maret 2020 mengabarkan bahwa paket bantuan kemanusiaan dari Lembaga Farmasi Georgia akan diterbangkan ke Tehran.
Selain negara-negara itu, Kuwait, Uzbekistan, Turki, Uni Emirat Arab, Qatar, Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, Rusia, dan Republik Azerbaijan serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNESCO, telah menyerahkan bantuan kemanusiaan untuk membantu Iran memerangi virus Corona. (RA)