Lintasan Sejarah 24 April 2020
Muhammad Syahrastani Wafat 887 tahun yang lalu, tanggal 30 Syaban 554 HQ, Muhammad bin Abdul Karim Syahrastani, faqih dan ulama terkenal abad ke-6 hijriah meninggal dunia.
Muhammad Syahrastani lahir pada tahun 467 HQ dan mempelajari ilmu fiqih, teologi dan hadis dari Abu Nashr Qusyairi dan sejumlah ulama lainnya.
Pada tahun 510 HQ, Muhammad Syahrastani pergi ke kota Baghdad dan mengajar ilmu-ilmu agama di sana. Beliau juga dikenal dengan kemampuannya berpidato dan tempat mengajarnya senantiasa dipenuhi oleh murid. Beliau juga memiliki kemampuan hapalan yang luar biasa dan diakui sebagai pemikir hebat di bidang filsafat.
Beliau meninggalkan sejumlah karya tulis seperti al-Mabda wa al-Ma'ad, al-Manahij wa al-Bayan, dan al-Milal wa al-Nijal. Bukunya al-Milal wa al-Nihal berkali-kali diterbitkan dalam pelbagai bahasa dunia yang memuat ringkasan keyakinan para filsuf dan mazhab-mazhab Islam.
Frans Soemanto Mendoer Meninggal
49 tahun yang lalu, tanggal 24 April 1971, Frans Soemanto Mendoer, akhirnya menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit Sumber Waras Jakarta.
Meskipun begitu banyak jasanya dia dianggap tidak memenuhi syarat untuk dimakamkan di Kalibata. Frans Mendoer dan Adiknya Alex Mendoer adalah orang yang berjasa untuk Republik Indonesia.
Kedua Mendor bersaudara ini adalah sosok yang berhasil mendokumentasikan foto Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Tanpa mereka Indonesia tak akan memiliki dokumen bersejarah. Dari tangan keluarga Mendoer inilah pusparagam berhasil diabadikan, semisal pejuangan republik pada masa Agresi Militer Belanda II 1949 atau rekaman-rekaman menegangkan ketika Indonesia memperjuangkan Irian Barat pada 1962.
Kegagalan Invasi AS ke Tabas, Iran
40 tahun yang lalu, tanggal 5 Ordibehsht 1359 HS, Amerika gagal menginvasi Tabas, Iran.
Pada hari itu, Amerika Serikat dengan menggunakan beberapa helikopter dan pesawat terbang, berusaha melakukan invasi ke Iran. Tujuan utama misi pasukan AS tersebut adalah menyelamatkan mata-mata mereka yang disandera di gedung kedutaan AS di Teheran. Setelah tergulingnya rezim Shah Pahlevi dukungan AS, negara ini selalu berusaha menghancurkan Republik Islam Iran yang baru berdiri.
AS menggunakan kedutaannya di Iran sebagai pusat informasi dan kegiatan mata-mata. Para mahasiswa pembela Revolusi Islam kemudian menduduki kedubes dan menyandera para pegawainya. Dalam penyanderaan itu, mereka menemukan berbagai dokumen yang membuktikan bahwa kedutaan AS tersebut memang dijadikan pusat kegiatan mata-mata.
Pemerintah AS dengan berbagai perencanaan militer dan intelijen yang matang, serta menggunakan peralatan militer yang tercanggih, merancang strategi pembebasan sandera itu. Namun, tanpa diduga-duga, menjelang dimulainya operasi militer tersebut, angin topan melanda padang pasir di sekitar kota Tabas yang dijadikan pangkalan pasukan AS.
Sejumlah pesawat saling bertabrakan lalu hancur terbakar dan beberapa tentara AS pun tewas. Sisanya segera melarikan diri dari wilayah Iran. Kejadian alam yang sama sekali tidak diprediksi ini merupakan bukti perlindungan Allah Swt terhadap Revolusi Islam Iran.