Lintasan Sejarah 18 Juli 2020
Hari ini, Sabtu, 18 Juli 2020 bertepatan dengan 25 Dzulqadah 1441 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 28 Tir 1399 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Kelahiran Mulla Taftazani, Ulama dan Sastrawan
719 tahun yang lalu, tanggal 26 Dzulqadah 722 HQ, Mulla Taftazani, ulama dan sastrawan Islam lahir di kota Guchan, timur laut Iran.
Saad al-Din Mas'ud bin Umar Abdullah Khorasani Harawi yang dikenal dengan Mulla Saad Taftazani adalah seorang ahli fiqih, tafsir, teologi dan sastrawan muslim terkenal asal Iran.
Kehidupannya sempat dilalui dengan melakukan perjalanan ke Khorasan dan kota-kota Asia lainnya untuk menuntut ilmu. Kecerdasannya yang tinggi membuat Mulla Taftazani dengan cepat mencapai ketinggian ilmu dan pada usia 16 tahun ia telah mulai menulis buku-buku yang hingga kini masih menjadi rujukan di hauzah-hauzah ilmiah. Karya-karya Mulla Taftazani di antaranya berjudul "al-Muthawwal" dan "al-Irsyad".
Pada tahun 772 HQ, Mulla Taftazani diundang Raja Teimur Gorgani di kota Samarkand untuk mengajar di sana. Beliau tinggal di sana selama 20 tahun hingga menutup usia pada tahun 792 HQ dalam usia 70 tahun.
Perang Saudara di Spanyol Dimulai
84 tahun yang lalu, tanggal 18 Juli 1936, perang saudara di Spanyol meletus antara kelompok kanan melawan pemerintahan yang beraliran sosialis.
Perang itu dimulai setelah Jenderal Franco menyerukan seluruh tentara Spanyol untuk bergabung menggulingkan pemerintahan Spanyol saat itu. Jerman dan Italia mendukung Franco dengan pesawat, tank, dan persenjataan, sedangkan Uni Soviet mendukung pemerintah dan kelompok sosialis.
Pada bulan Januari 1939, ibu kota Spanyol, Barcelona, berhasil direbut pasukan pemberontak dan tak lama kemudian, seluruh Spanyol jatuh ke tangan mereka. Pada tanggal 28 Maret 1939, perang berakhir dengan menyerahnya kubu pemerintah, atau yang disebut juga sebagai kubu Republik. Perang ini mengorbankan lebih dari sejuta nyawa dan Jenderal Franco berkuasa di Spanyol dengan tangan besi sampai ia meninggal pada tahun 1975.
Ayatullah Muhammad Husein Kasyif Al-Ghita Wafat
65 tahun yang lalu, tanggal 28 Tir 1334 HS, Ayatullah Mohammad Hossein Kasyif al-Ghita meninggal dunia di usia 77 tahun dan dikebumikan di Najaf al-Asyraf, Irak.
Ayatullah Muhammad Husein Kasyif al-Ghita lahir dari keluarga ulama sekitar 1255 HS di kota Najaf, Irak. Di masa remaja, beliau mempelajari tingkat dasar ilmu-ilmu agama dan setelah itu belajar pada guru-guru besar seperti Akhond Khorasani, Sayid Mohammad Kazem Yazdi dan Mirza Hossein Nouri. Beliau dengan cepat melalui semua tingkat keilmuan dan pasca wafatnya Allamah Yazdi, beliau menjadi marji yang ditaklidi banyak Muslimin.
Ayatullah Kasyif al-Ghita sepanjang hidupnya mendidik para pelajar agama. Selain itu, demi menyebarkan ajaran Islam, beliau juga mengunjungi negara-negara Islam dan berpidato di universitas dan pusati ilmu Mesir, Iran dan Palestina. Beliau termasuk ulama yang mewajibkan partisipasi ulama dan rakyat dalam urusan politik dan sangat memperhatikan masalah yang ada hubungannya dengan pemerintahan. Itulah mengapa beliau punya peran penting dalam gerakan-gerakan nasional Irak. Dengan dimulainya Perang Dua I, beliau pro aktif dalam gerakan perjuangan rakyat Irak melawan penjajah Inggris.
Sekalipun Ayatullah Kasyif al-Ghita memiliki banyak aktivitas sosial dan politik, tapi beliau tidak lupa menuliskan pikiran-pikirannya. Beliau menulis Tahrir al-Majallah dalam 5 jilid, al-Murajat al-Raihaniyah dalam 2 jilid, catatan pinggir Ain al-Hayat dan al-Siasah al-Huseiniah.