Sep 01, 2020 09:39 Asia/Jakarta
  • 1 September 2020
    1 September 2020

Hari ini, Selasa 1 September 2020 bertepatan dengan 12 Muharam 1441 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 11 Shahrivar 1399 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.

Tawanan Karbala Tiba di Kufah

1381 tahun yang lalu, tanggal 12 Muharam 61 HQ, setelah Imam Husein dan para pejuang Karbala gugur syahid, para anggota kafilah yang tersisa, yaitu kaum perempuan, anak-anak, dan Imam Ali Zainal Abidin, yang saat itu tengah sakit parah, digiring oleh pasukan Yazid ke kota Kufah.

Fragmen sejarah para tawanan Karbala dibawa ke Kufah

Selain sebelumnya Ubaidillah bin Ziyad telah melakukan propaganda salah untuk menentang Imam Husein as dan para keturunannya, dan memperkenalkan beliau sebagai orang asing, kini ia juga mendorong rakyat Kufah untuk hadir dalam pesta perayaan kemenangan.

Rakyat Kufah yang gembira atas kemenangan ini berdatangan ke lorong-lorong dan pasar untuk melihat para tawanan. Namun tiba-tiba kegembiraan sebagian besar dari mereka yang memiliki sedikit cahaya keimanan di dalam kalbu berubah menjadi api kebencian dan kesedihan saat mendengar pidato Imam Sajjad as dan bibinya, Zainab Kubra as yang mencerahkan.

Selama berada di Kufah, kedua manusia agung ini bersama mereka yang tersisa dari tragedi Karbala, berada di antara rakyat sebagai tawanan perang dan berjalan di antara kepala-kepala syuhada Karbala yang ditancapkan di ujung-ujung tombak.

Perlahan-lahan, para penduduk Kufah mempertanyakan keturunan dan asal para tawanan ini. Mereka memasuki Darul Imarah dengan keraguan dan pertanyaan-pertanyaan yang senada hingga akhirnya mendapatkan jawabannya dalam pertemuan Ubaidullah bin Ziyad, penguasa bengis Kufah dan penyebab utama kesyahidan Imam Husein as.

Di depan kemarahan para tawanan dan penduduk, Ubaidillah bin Ziyad mengambil tongkat kayu seraya memukul kepala mulia Imam Husein as dan menyatakan bahwa kejadian ini merupakan kemenangan baginya di medan laga, dan terbunuhnya Imam Husein merupakan kehendak-Nya. Saat itulah ia mendapatkan jawaban yang mematikan dan sangat pedas dari Zainab as dan Imam Ali bin Imam Husain as yang menyebabkan kehinaan Yazid dan para keturunan Yazid.

Setelah sehari (atau beberapa hari, menurut sebuah riwayat) Ibnu Ziyad membawa kepala-kepala para syuhada untuk berkeliling di lorong-lorong dan tempat-tempat di Kufah, ia kemudian mengirimkan mereka ke Yazid bin Muawiyah di Syam. Setelah itu, menyerahkan para tawanan pada tanggung jawab Mukhaddhar bin Tsa'labah ‘Aidzi dan Syimr bin Dzil Jausyan untuk membawa mereka ke Syam. Ia memerintahkan supaya tubuh Zainal Abidin as diikat, kedua tangannya dikuncikan di leher, kemudian dinaikkan ke atas seekor unta yang tak berperlengkapan.

Konferensi Pertama GNB Diadakan

59 tahun yang lalu, tanggal 1 September 1961, diselenggarakan konferensi pertama para pemimpin negara-negara non-blok di Beograd, Yugoslavia.

GNB

Konferensi yang dihadiri oleh 25 pejabat berbagai negara ini diadakan untuk  membentuk organisasi non-blok yang bertujuan melindungi negara-negara dunia ketiga dari perseteruan antara Blok Barat dan Blok Timur.

Syarat terpenting keanggotaan dalam organisasi ini adalah tidak memiliki keanggotan tetap dalam perjanjian-perjanjian keterikatan dengan negara-negara superpower Barat atau Timur.

Sejak awal, organisasi ini telah memiliki dua kelompok. Kelompok revolusioner yang dipimpin Tito, Presiden Yugoslavia dan Ahmad Sukarno, Presiden indonesia, menghendaki perjuangan yang konsisten melawan imperialisme. Kelompok ini juga didukung Nehru dari India. Sementara itu, kelompok lainnya cenderung konservatif dan masih menginginkan adanya hubungan baik dengan negara-negara superpower.

Hingga kini, perbedaan pendapat dalam Gerakan Non Blok masih terus berlangsung. Hal ini menyebabkan organisasi ini tidak mampu menjadikan diri sebagai kekuatan penentang kekuasaan-kekuasaan besar dunia yang konfrontatif.

Ayatullah Mahdavi Kani Menjadi Perdana Menteri

39 tahun yang lalu, tanggal 11 Shahrivar 1360 HS, Ayatullah Mahdavi Kani menjadi Perdana Menteri Republik Islam Iran.

Ayatullah Mahdavi Kani

Pasca ledakan di kantor perdana menteri Iran yang berakibat gugur syahidnya Rajai dan Bahonar, presiden dan perdana menteri Iran, untuk sementara Dewan Kepresidenan bertanggung jawab menjalankan urusan pemerintahan. Sekaitan dengan kondisi ini, Imam Khomeini ra menekankan agar segera dipilih pengganti dan diisinya pos yang ditinggal akibat kejadian tersebut.

Oleh karenanya, sejak tersebarnya berita ledakan itu langsung dimulai pembicaraan untuk menetapkan perdana menteri. Setelah berunding cukup alot dan lama, Dewan Kepresidenan mengusulkan kepada parlemen agar Ayatullah Mahdavi Kani yang waktu itu menjabat sebagai menteri dalam negeri di kabinet Syahid Rajai agar mengisi posisi perdana menteri.

Pada tanggal 11 Shahrivar 1360 HS, Ayatullah Mahdavi Kani terpilih sebagai perdana menteri dengan suara mayoritas 148 suara setuju dari 179 suara yang ada. Periode jabatan Ayatullah Mahdavi Kani sebagai perdana menteri berakhir pada bulan Mehr tahun itu juga dengan terpilihnya Ayatullah Khamenei sebagai Presiden Iran.

Ayatullah Mahdavi Kani meninggal dunia pada 29 Mehr 1393 HS dalam usia 83 tahun.