Lintasan Sejarah 18 September 2020
Tawanan Ahli Bait Tiba di Syam
1381 tahun yang lalu, tanggal 29 Muharam 61 HQ, tawanan Ahli Bait tiba di Syam.
Pada waktu itu, Ibrahim bin Thalhah bin Abdullah maju ke depan mendekati Imam Sajjad as. Ia termasuk orang yang ikut berperang di masa Muawiyah di perang Jamal. Dengan penuh kedengkian dan untuk membalas dendamnya, ia menunjukkan luka sayatan pedang yang dideritanya di perang Jamal.
Ibrahim bin Thalhah berkata kepada Imam Sajjad as, “Engkau telah menyaksikan siapa pemenangnya?”
Imam Sajjad as menjawab, “Bila engkau ingin mengetahui siapa yang menjadi pemenang, maka sabarlah dahulu, sampai dikumandangkan azan dan iqamah. Pada waktu itu engkau akan mengetahui suara siapa yang kekal hingga Hari Kiamat.”
Sekjen PBB Dag Hammarskjold Tewas
59 tahun yang lalu, tanggal 18 September 1961, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dag Hammarskjold, tewas dalam kecelakaan pesawat di kota Ndola, Rhodesia Utara.
Hammarskjold saat itu tengah berupaya mengatasi konflik bersenjata. Kunjungannya ke Ndola saat itu dalam rangka menghadiri suatu perundingan damai, setelah terjadi pertempuran antara pasukan perdamaian PBB dan pasukan Katanga, wilayah di Kongo yang ingin memerdekakan diri.
Dag Hammarskjöld lahir 29 Juli 1905 di Swedia. Ayahnya pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Swedia (1914-1917). Dia belajar di Universitas Uppsala dan lulus dengan gelar master di bidang ekonomi politik dan sarjana di bidang hukum. Kemudian, dia pindah ke Stockholm.
Usai menyelesaikan studi doktoralnya, Hammarskjöld sukses meniti karier di Swedia. Dia pernah menjadi Gubernur Riksbank (bank sentral Swedia) dan Sekretaris Negara untuk urusan luar negeri.
Hammarskjöld diangkat sebagai Sekjen PBB yang kedua sejak April 1953. Selama menjabat, dia sangat berperan aktif untuk menyelesaikan konflik-konflik yang sedang berlangsung. Komitmennya ini mendapat penghargaan yang baik dari banyak negara.
Hammarskjöld dinobatkan sebagai pemenang Nobel Perdamaian tahun 1961 setelah kematiannya yang tragis.
Ayatullah Mohammad Ibrahim Arafi Wafat
28 tahun yang lalu, tanggal 28 Shahrivar 1371 HS, Ayatullah Mohammad Ibrahim Arafi meninggal dunia dalam usia 82 tahun.
Ayatullah Sheikh Mohammad Ibrahim Arafi lahir di dekat kota Mibad, Yazd pada 1289 Hs dari keluarga ulama. Setelah menyelesaikan pendidikan awal dan menengah hauzah ilmiah di kota kelahirannya dan di kota Mashad, beliau kemudian pergi ke kota Qom untuk belajar kepada Ayatullah Sheikh Abdolkareem Hairi.
Setelah mencapai tingkat keilmuan yang tinggi sebagai hasil belajar kepada guru-guru besar seperti Sheikh Abdolkareem Hairi Yazdi, Sayid Hossein Boroujerdi, Sayid Abolhassan Isfahani, Sayid Abdulhadi Shirazi, Sayid Muhsin al-Hakim dan Imam Khomeini ra. Dari mereka beliau mendapat ijazah ijtihad dan riwayat hadis.
Setelah meninggalnya Ayatullah al-Hakim, secara resmi beliau memperkenalkan Imam Khomeini ra sebagai satu-satunya marji taklid. Bersamaan dengan dimulainya Revolusi Islam Iran, Ayatullah Ibrahim Arafi bersama Ayatullah Sheikh Mohammad Sadouqi dan Sayid Rohoullah Khatami menjadi pemimpin perjuangan rakyat Yazd. Ulama yang sekaligus mujahid ini mengikuti aksi-aksi demo rakyat dan menjadi tempat berlindung para pejuang.
Beliau juga ikut aktif berjuang melawan para aristokrat peninggalan lama dan membangung hauzah ilmiah Mibad untuk membendung pengaruh Bahai. Ayatullah Ibrahim Arafi ikut ambil bagian dalam aksi-aksi sosial seperti pembangunan masjid, tempat penampungan air, penggalian irigasi, mengajar dan menuntun agama masyarakat.