Lintasan Sejarah 18 November 2020
Ibnu Mu’taz Tewas
1146 tahun yang lalu, tanggal 2 Rabiul Tsani 296 HQ, Ibnu Mu’taz, seorang penyair dan sastrawan Arab zaman Dinasti Abbasiah, dibunuh atas perintah dari penguasa saat itu.
Ibnu Mu’taz dilahirkan di Samara. Irak, pada tahun 247 Hijriah, dan merupakan putra dari Mu’taz , khalifah Dinasti Abbasiah ke-13. Ibnu Mu’taz adalah seorang pencinta sastra dan syair sehingga rumahnya menjadi tempat berkumpulnya para ilmuwan dan sastrawan.
Setelah kematian khalifah Muktafa, Ibnu Mu’taz diangkat menjadi khalifah, namun mendapatkan penentangan dari sekelompok orang sehingga akhirnya terguling. Setelah itu, Muqtadar Abbasi naik ke kursi kekhalifahan dan atas perintahnya pula, Ibnu Mu’taz dibunuh. Karya Ibnu Mu’taz berjudul, “Asy’aarul Muluk” dan “Kitaabul Badii’“.
Naser Ad-Din Shah Mencopot Amir Kabir dari Perdana Menteri
169 tahun yang lalu, tanggal 28 Aban 1230 HS, Naser ad-Din Shah mencopot Amir Kabir dari posisi Perdana Menteri.
Menyusul meninggalnya Mohammad Shah Qajar, Mirza Mohammad Taqi Khan Farahani yang dikenal dengan Amir Kabir berusaha keras agar kekuasaan dipegang oleh Naser ad-Din Shah dan ia yang akan mengelola negara dengan baik. Oleh karenanya, bersamaan dengan dimulainya kekuasaan Naser ad-Din Shah, Amir Kabir juga diangkat menjadi perdana menteri.
Independensi Amir Kabir dalam mengambil keputusaan dan pelayanan sosial yang diberikan serta secara umum kebijakan dalam dan luar negeri Amir Kabir selalu berpihak pada kepentingan negara. Kebijakan ini tidak disukai oleh tokoh, pangeran dan keluarga kerajaan yang kehidupannya ditanggung negara. Oleh karenanya, mereka melakukan apa saja agar dapat menghentikan kebijakan Amir Kabir. Namun independensi yang ditunjukkan selama ini membuatnya selamat dari segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya.
Naser ad-Din Shah juga pada awalnya tidak memperhatikan isu-isu yang dikembangkan oleh orang-orang yang tidak menyukai Amir Kabir. Namun konspirasi yang diterapkan dari hari ke hari semakin luas dan bahkan berusaha menakut-nakuti Naser ad-Din Shah. Perlahan-lahan Naser ad-Din Shah yang baru berusia 20 tahun mulai berprasangka buruk kepada Amir Kabir. Akhirnya pada tanggal 28 Aban 1230 HS (19 November 1851) Shah memberhentikan Amir Kabir dari posisinya perdana menteri.
Sekalipun sudah diberhentikan, tapi kebencian terhadap Amir Kabir masih tetap berlanjut hingga akhirnya Naser ad-Din Shah mengeluarkan perintah untuk membunuh mantan perdana menterinya. Amir Kabir meninggal dunia pada 20 Dey 1230 HS (10 Januari 1852).
Kolonel Abdul Salam Arif Berkuasa di Irak
57 tahun yang lalu, tanggal 18 November 1963, Kolonel Abdul Salam Arif, meraih kekuasaannya di Irak melalui sebuah kudeta berdarah.
Dia mengebom gedung Kementrian Pertahanan Irak dan membunuh presiden Irak saat itu, Abdul Karim Qasim. Sebelumnya, Abdul Karim Qasim berhasil menjadi presiden juga setelah melakukan kudeta berdarah yang mengakhiri sistem monarkhi di Irak. Setelah Abdul Karim Qasim meraih kekuasaan, ia menyingkirkan anggota-anggota Partai Ba'ats yang sejak bulan Februari tahun itu, menduduki pos-pos sensitif di pemerintahan.
Namun, tiga tahun kemudian, Abdul Karim Qasim tewas dalam sebuah kecelakaan udara dan posisinya digantikan oleh saudaranya, Abdur-rahman Arif.[]