Nabi Muhammad Saw dalam Pandangan Orientalis (20)
Kepribadian luhur Nabi Muhammad Saw termasuk perilaku yang luar biasa telah menjadikannya sebagai penghulu para nabi dan utusan Tuhan. Dia telah memproklamasikan dan mendirikan agama Islam.
Dengan bersandar pada ayat-ayat al-Quran yang diwahyukan kepadanya, Nabi Muhammad Saw menyebarkan perilaku terpuji ke seluruh dunia seperti, keadilan, sifat amanah, persaudaraan, kasih sayang, keberanian, dan ketakwaan.
Terlepas dari derajat spiritualitasnya, kedudukan yang tinggi, hubungannya dengan alam ghaib, dan kedekatannya dengan Tuhan, Nabi Muhammad adalah contoh sempurna dari semua keutamaan yang dimiliki oleh para nabi dan utusan Tuhan di sepanjang sejarah.
Sebagaimana ungkapan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, “Ketika kita menyebut nama Nabi Muhammad, maka seakan kepribadian Ibrahim, Nuh, Musa, Isa, dan Lukman as serta kepribadian semua hamba yang saleh dan terkemuka dan kepribadian Imam Ali as dan para imam maksum, terukir dalam wujud suci ini (Nabi Muhammad Saw).”
Selama bertahun-tahun dan bahkan berabad-abad, dilakukan upaya untuk menyembunyikan kepribadian sosok yang luar biasa ini. Namun upaya ini tidak berhasil dan sebaliknya, masyarakat dunia menjadi semakin sadar akan sirah dan kehidupan Rasulullah Saw.
Ulama dan intelektual Iran, Syahid Murtadha Muthahhari mengatakan, “Tidak seperti kebanyakan orang, saya tidak marah tetapi justru senang – dengan semua kecintaan dan keyakinan saya kepada agama dan Rasulullah – ketika ada orang yang menciptakan keraguan tentang agama Islam, karena saya percaya dan saya menyaksikan sendiri bahwa Islam telah muncul semakin kuat, semakin berkibar, dan semakin digemari di setiap tempat yang menjadikannya sebagai target serangan.”
John Davenport, seorang peneliti dan pendeta Puritan Inggris abad ke-17, telah melakukan studi tentang Islam dan Nabi Muhammad Saw. Hasil studinya dituangkan dalam sebuah buku berjudul, “An Apology for Mohammed and the Koran.” Buku ini dicetak di London pada tahun 1869 dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia.
Dalam bukunya, John Davenport mencoba menelaah kepribadian Nabi Muhammad Saw dan ajarannya dengan membuang jauh-jauh fanatisme dan tidak terpengaruh oleh opini yang berkembang saat itu.
Dalam mukaddimah bukunya, Davenport menjelaskan tentang tujuan dan motivasi menulis buku ini. Dia berkata, “Penelitian dan kajian ini hanyalah pekerjaan kecil, tetapi dengan penuh ketulusan dan ketertarikan yang besar, saya berusaha untuk membersihkan noda dari tuduhan palsu dan kebohongan yang tidak adil dari sejarah kehidupan Muhammad. Usaha yang cukup sudah dilakukan untuk membela kebenaran seruannya di mana membuatnya menjadi salah satu orang yang paling baik dan penyeru kebaikan untuk dunia kemanusiaan.”
Davenport membantah satu per satu kebohongan yang tersebar di tengah masyarakat Eropa tentang Nabi Muhammad Saw. Dia menulis, “Muhammad adalah orang Arab yang sederhana, mengubah suku-suku kecil yang tercerai-berai, tidak beralaskan kaki, dan kelaparan menjadi sebuah masyarakat yang bersatu dan disiplin, serta memperkenalkan mereka kepada bangsa-bangsa di dunia dengan atribut dan moralitas baru. Dengan cara ini, dalam waktu kurang dari 30 tahun, dia mengalahkan Kekaisaran Konstantinopel dan menggulingkan raja-raja Iran.”
“Ya, Muhammad Pahlawan adalah sosok yang dengan semangat, kegigihan, dan kejeniusannya, mampu mendirikan sebuah agama yang sangat kuat sehingga mereka mereduksi pengikut Zoroaster menjadi komunitas-komunitas kecil yang terpencar-pencar. Setelah penaklukan India, agama kaum Brahmana dan juga agama Buddha yang tersebar sangat luas, dapat disingkirkan. Ia kemudian menaklukkan Suriah, Mesopotamia, dan Mesir serta memperluas wilayah penaklukan dari Samudera Atlantik ke Laut Kaspia dan Sungai Syr Darya (Asia Tengah),” tulis Davenport.
Bagi John Davenport, Nabi Muhammad Saw memiliki kepribadian yang sangat khas dan karisma yang besar. Dia menulis tentang kebesaran jiwa dan keluhuran akhlak Rasulullah, “Perilaku mulianya terhadap orang-orang yang sombong dan angkuh telah mengundang rasa hormat dan pujian dari semua orang. Kapasitas dan kapabilitas yang dimilikinya memberinya keunggulan dan menjadikannya pemimpin. Dia tidak pernah sekolah, tetapi cakrawala intelektualnya begitu luas sehingga dia bisa mengalahkan lawan yang paling cerdas selama diskusi dan pada saat yang sama, pemikirannya menembus jauh ke dalam pikiran para sahabatnya yang paling bawah sekalipun.”
“Kekuatan sastra dan kefasihannya membentuk sosoknya yang bermartabat dan menarik sehingga membangkitkan rasa hormat dari semua orang, meskipun ia sederhana. Kekuatan kejeniusannya begitu besar sehingga memiliki efek yang sama baik pada golongan sufi maupun masyarakat awam,” tulisnya.
Davenport mencatat bahwa Muhammad Saw dalam berurusan dengan orang lain seperti sahabat, rekan kerja, dan kerabat dekat, memperlihatkan perasaan kemanusiaan yang paling indah yang penuh dengan kebaikan dan kasih sayang. Dia melakukan sebagian besar tugas sosial dan pribadinya sendiri, dan pada saat yang sama tetap menjaga reputasinya sebagai seorang nabi.
“Ketika dia menjadi pemimpin mutlak Arab, ia memperbaiki sepatu dan pakaiannya sendiri. Makanannya terdiri dari kurma, air, dan susu. Ketika dia melakukan sebuah perjalanan, dia membawa beberapa potong roti bersamanya dan membagikannya dengan para pembantunya,” ungkapnya.
Setelah menulis tentang karakter dan sifat Nabi Muhammad Saw, pemikir Inggris ini menjelaskan mengenai prasangka dan pandangan keliru sebagian orang terhadap Nabi.
“Bagaimana bisa orang percaya bahwa sosok ini, yang telah memperkenalkan reformasi besar dan abadi di tanah kelahirannya, di negara yang masyarakatnya tenggelam dalam penyembahan berhala selama berabad-abad dan penyembahan berhala dalam bentuknya yang paling buruk alih-alih menyembah Tuhan Yang Maha Esa… Saya ulangi! Bagaimana orang bisa percaya bahwa reformis besar dan berani ini adalah seorang penipu dan bersikap munafik di sepanjang hidupnya?! Dapatkah kita membayangkan bahwa risalah Ilahi yang dibawanya hanyalah hasil dari karangannya sendiri?” tanya Davenport.
Davenport yakin bahwa seseorang tidak bisa bersikap diam di hadapan sosok seperti itu dan memilih tidak memujinya. “Jika kita melihat situasi penghuni gurun Arab sebelum kemunculan Muhammad dan membandingkannya dengan situasi setelah revolusinya, dan jika kita melihat sedikit pada bara api cinta yang berkobar di hati jutaan pengikutnya dan berlanjut hingga hari ini, kita akan segera menemukan bahwa adalah tidak tahu malu dan egois untuk tidak memuji dan menghormati sosok yang hebat dan luar biasa ini. Kita telah meragukan kekuasaan Tuhan jika kita menganggap kemunculan Muhammad sebagai sebuah kebetulan belaka,” ujarnya.
Penulis buku “An Apology for Mohammed and the Koran” ini menggambarkan al-Quran sebagai ajaran yang paling sempurna dan kitab yang diturunkan oleh Allah Saw. Dia menulis, “Akidah dan keimanan Muhammad Saw terbebas dari kontaminasi prasangka, ambiguitas, dan keraguan. Al-Quran adalah saksi yang nyata dan besar tentang Keesaan Tuhan. Al-Quran benar-benar terbebas dari cacat sehingga tidak membutuhkan revisi atau koreksi sedikit pun. Ia bisa dibaca dari awal sampai akhir tanpa membuat manusia merasa lelah.”
Davenport menambahkan, “Semua orang mengakui bahwa al-Quran diturunkan dengan bahasa yang paling bisa dimengerti, paling fasih, dan dalam dialek suku Quraisy yaitu suku Arab yang paling mulia dan terbaik… Al-Quran penuh dengan kiasan yang indah dan perumpamaan yang kuat.”
Menurut definisi orientalis Inggris ini, Islam dibangun pada prinsip dan argumen yang rasional bahwa segala sesuatu yang lahir harus mati dan segala sesuatu yang bangkit akan sirna, dan atas dasar argumen ini ia menolak penyembahan berhala, orang, dan bintang. Al-Quran menjelaskan tentang keyakinan Muhammad Saw tentang penyembahan terhadap wujud abadi yang tak terbatas, tidak berbentuk, tidak bertempat, tidak beranak, tidak memiliki sekutu, tetapi Dia hadir di sudut yang paling misterius dan tersembunyi dari lubuk hati kita.
Davenport berkata, “Tidak diragukan lagi bahwa jika kita tidak menganggap Muhammad Saw sebagai sosok yang paling langka di dunia dan sosok jenius yang paling mulia yang pernah dilahirkan dunia, maka kita harus menerimanya sebagai salah satu orang terhebat dan kepribadian yang unik, di mana benua Asia harus bangga karena memiliki sosok seperti ini.” (RM)