Lintasan Sejarah 20 Januari 2021
Hari ini, Rabu 20 Januari 2020 bertepatan dengan 6 Jumadil Tsani 1442 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 1 Bahman 1399 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Dimulainya Petualangan Tujuh Tahun Nasir Khosrou
1005 tahun yang lalu, tanggal 6 Jumadil Tsani 437 HQ, Nasir Khosrou Qubadiani, penyair dan penulis terkenal Iran memulai petualangan tujuh tahunnya ke berbagai kawasan Timur Tengah dan Mediterania.
Khosrou melakukan perjalanan ke jazirah Arab, Mesir, Irak, dan Roma. Hasil petualangannya itu ia tuliskan ke dalam sebuah buku sastra terkenal berjudul "Safar Nameh" yang artinya catatan perjalanan.
Buku ini kemudian menjadi terkenal dan dianggap penting karena sejumlah alasan. Pertama, dari sisi bahasa, kitab Safar Nameh diakui memiliki kualitas yang sangat hebat. Kemudian, karena Safar Nameh berisikan catatan perjalanan seorang yang jenius seperti Khosrou, maka di dalam buku itu terdapat keterangan-keterangan antropologis penting mengenai budaya, bahasa, dan keyakinan masyarakat di tempat-tempat yang dikunjungi oleh Khosrou.
Letjend MT. Haryono Lahir
97 tahun yang lalu, tanggal 20 Januari 1924, Letnan Jenderal ANM. MT. Haryono dilahirkan di Surabaya.
Letjend MT. Haryono kemudian bergabung dengan Pembela Tanah Air (Peta). Setelah kemerdekaan diproklamasikan MT. Haryono bersama teman-temannya turut mengambil bagian dalam merebut senjata dari tangan Jepang.
Strategi diplomasi yang dijalankan pemerintah pada masa-masa awal kemerdekaan menyebabkan seringnya perundingan dengan pihak Inggris dan Belanda. Dalam perundingan-perundingan tersebut diperlukan orang yang mahir berbahasa asing dan karena itulah kemampuan MT. Haryono terpakai.
Maret 1946 ia ditunjuk sebagai Sekretaris delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda di Jakarta. Setelah itu ia diangkat sebagai Sekretaris Dewan Pertahanan Negara di Yogyakarta dan kemudian pada Juli 1946 dipercayakan sebagai wakil tetap Kementrian Pertahanan urusan Gencatan Senjata. Ia dikenang sebagai Pahlawan Revolusi.
Imam Khomeini Mengawali Kuliah Hukumat-e Islami di Najaf
51 tahun yang lalu, tanggal 1 Bahman 1348 HS merupakan hari pertama Imam Khomeini ra mengawali mata kuliah Wilayah Faqih atau Hukumat-e Islami.
Setelah Imam Khomeini ra melewati beberapa tahun dari masa pengasingannya di Najaf al-Asyraf, beliau tetap memimpin gerakan menentukan melawan rezim Shah Pahlevi dengan mengajak para pemuda dan kalangan akademi untuk mengkaji kembali seluruh undang-undang Islam. Di samping itu, beliau kemudian menyampaikan mata kuliah Hukumat-e Islami dalam 12 pertemuan di masjid Syeikh Anshari.
Pembahasan ilmiah mengenai pemerintahan Islam ini tidak hanya membuktikan tidak terpisahnya agama dan politik kepada Hauzah Ilmiyah, tapi juga dapat diterima di lingkungan akademi. Bahkan pembahasan ini menjadi teori sempurna dan ilahi bagi pemerintahan Islam. Dampak dari teori ini juga mampu menepis ketidakpercayaan diri umat Islam di linkungan budaya Barat.
Ucapan Imam Khomeini ra dalam pembahasan ini dikemudian hari dicetak dalam bentuk buku dengan judul Hukumat-e Islami. Sekalipun SAVAK Iran melarang beredarnya buku ini, namun secara sembunyi-sembunyi buku ini sampai juga kepada para pejuang Islam di dalan negeri Iran. Buku ini pada mulanya hanya berada di tangan para pengikut Imam Khomeini ra dan dikaji secara serius, tapi tidak terlalu mendapat perhatian dunia, namun pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, buku ini menjadi rujukan penting terkait teori pemerintahan Islam.