Lintasan Sejarah 18 Februari 2021
Feb 18, 2021 10:57 Asia/Jakarta
Abu Muhammad Qasim Bin Ali Bashry Wafat
926 tahun yang lalu, tanggal 6 Rajab 516 HQ, Abu Muhammad Qasim Bin Ali Bashry, yang terkenal dengan nama Ibnu Hariry, seorang sastrawan dan penulis Iran yang bermukim di Bagdad, meninggal dunia.
Abu Muhammad Qasim Bin Ali Bashry adalah penulis buku berjudul "Maqaamaat" yang merupakan buku bahasa yang hampir tidak ada bandingannya. Oleh karena itulah hingga kini, buku karya Ibnu Hariry tersebut masih menjadi rujukan untuk mengenal sastra Arab.
Wafatnya Alim Mujahid, Ayatullah Mir Sayid Ali Ayat Najaf Abadi
78 tahun yang lalu, tanggal 30 Bahman 1321 HS, Ayatullah Najaf Abadi meninggal dunia dalam usia 74 tahun dan dikebumikan di Isfahan.
Alim mujahid Ayatullah Mir Sayid Ali Ayat Najaf Abadi lahir di kota Najaf Abad, Isfahan pada tahun 1247 Hs. Akibat sebuah kejadian, beliau baru mulai menunjukkan kecenderungannya pada agama setelah usia 20 tahun dan belajar di hauzah ilmiah Isfahan. Di sana beliau belajar kepada Sayid Mohammad Fesharaki, Sayid Abolhassan Jelveh dan Sayid Mahdi Nahvi. Setelah itu Ayatullah Najaf Abadi pergi ke Najaf, Irak.
Selama di Najaf, beliau belajar kepada guru-guru besar seperti Sayid Ismail Sadr, Mirza Muhammad Taqi Shirazi, Haj Agha Reza Hamedani, Akhond Mulla Mohammad Kazem Khorasani dan Sayid Mohammad Kazem Yazdi. Dalam waktu singkat beliau telah mencapai derajat keilmuan yang tingg baik dalam fiqih, ushul, filsafat dan irfan.
Ayatullah Najaf Abadi akhirnya kembali ke Isfahan dan mulai mengajar di sana menjadi salah satu guru paling terkenal di hauzah ilmiah Isfahan di masa penumpasan pusat-pusat keagamaan oleh rezim Reza Khan. Beliau sangat memperhatikan kewajiban amar makruf dan nahi munkar dan berjuang melawan para penguasa zalim di daerahnya.
Ketika Iran diduduki oleh pasukan asing, Ayatullah Najaf Abadi berjuang melawan tentara Rusia. Saat beliau dipenjara di Konsulat Rusia di Isfahan, rumahnya dijarah oleh para perusuh yang dan antek-antek Rusia. Di masa itu, ketika pasukan Sekutu memasuki Iran terjadi musim kelaparan yang panjang. Menyaksikan kondisi yang sulit itu, beliau bersama Mir Sayid Hassan Char Soughi mengajak orang-orang yang mampu untuk membentuk yayasan sosial guna membantu orang-orang miskin. Yayasan sosial yang dibentuk ini sangat membantu masyarakat miskin dan mayoritas organisasi-organisasi sosial yang ada saat ini di Isfahan masih merupakan peninggalan yayasan sebelumnya.
Di samping aktivitas politik dan sosial, lingkaran kuliah Ayatullah Najaf Abadi berhasil mendidik murid-murid hebat seperti Ayatullah Abulqasem Rafee Mehrabadi, Sheikh Ahmad Fayyaz, Haydar Ali Salavati, Sayid Rouhullah Khatami, Sayid Ali Allamah Fani dan Sayid Morteza Pasandideh.
Dua Kereta di Korsel Terbakar
18 tahun yang lalu, tanggal 18 Februari 2003 terjadi tragedi yang melanda jasa transportasi di Korea Selatan (Korsel). Sedikitnya 198 penumpang tewas dan 147 lainnya terluka saat dua kereta bawah tanah terbakar.
Kereta 1080 dan 1079 tengah berjalan berlawanan arah menuju Stasiun Jungangno di kawasan Daegu saat seorang penumpang membakar gerbong pertama kereta 1079.Api mulai menjalar ke lima gerbong lainnya. Akibatnya, saat kereta 1079 tiba di Jungangno, seluruh gerbong telah dilalap api.
Pada saat bersamaan, kereta 1080 yang dikemudikan masinis Choi Sang-yeol tiba di stasiun dan berhenti tepat di samping kereta 1079 yang terbakar. Alhasil, api pun menjalar ke kereta 1080 dan langsung membakar habis seluruh gerbongnya.
Sebagian besar penumpang kereta 1079 berhasil selamat setelah lari menerobos api dan asap. Namun kebanyakan penumpang 1080 tewas terbakar karena masinis mematikan mesin yang membuat penumpang tidak dapat keluar.
Beberapa hari kemudian polisi Korsel berhasil menangkap pelaku pembakaran, yakni Kim Dae-han, seorang mantan supir taksi berusia 56 tahun. Kim, yang sakit akibat stroke, berniat melakukan bunuh diri di kereta karena kecewa dengan pengobatan yang dijalaninya.
Setelah menjalani persidangan selama beberapa bulan, pada 7 Agustus 2003, Kim Dae-han dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Sementara dua masinis kereta, yakni Choi Sang-yeol dan Choi jeong-hwan masing-masing dihukum lima dan empat tahun penjara karena dianggap lalai dalam menjalankan tugas.
Pasca bencana, otoritas perkereta-apian Korsel memperbaiki secara menyeluruh sistem keamanan kereta bawah tanah mereka. Sejumlah bahan yang mudah terbakar seperti plastik dan alumunium dilapisi dengan material tahan api.
Berbagai fasilitas keamanan seperti alat pemadam kebakaran dan lampu darurat dipasang di seluruh kereta dan stasiun Korsel.[]