Muharram; Bulan Pengorbanan dan Syahadah (2)
https://parstoday.ir/id/radio/west_asia-i44753-muharram_bulan_pengorbanan_dan_syahadah_(2)
Di lembaran sejarah, banyak tercatat kebangkitan dan revolusi, namun hanya revolusi yang dikobarkan Imam Husein yang masih tetap abadi meski telah berlalu berabad-abad. Revolusi ini sampai kini masih tetap memiliki karisma tinggi dan berhasil menyedot perhatian manusia. Revolusi ini berhasil menghidupkan kembali Islam yang hampir musnah akibat penyelewengan dan bid'ah yang marak saat itu. Penyelewengan yang disengaja oleh penguasa demi meraih ambisi dan tujuan mereka. Tujuan duniawi telah mengal
(last modified 2025-11-26T09:49:57+00:00 )
Sep 23, 2017 09:36 Asia/Jakarta

Di lembaran sejarah, banyak tercatat kebangkitan dan revolusi, namun hanya revolusi yang dikobarkan Imam Husein yang masih tetap abadi meski telah berlalu berabad-abad. Revolusi ini sampai kini masih tetap memiliki karisma tinggi dan berhasil menyedot perhatian manusia. Revolusi ini berhasil menghidupkan kembali Islam yang hampir musnah akibat penyelewengan dan bid'ah yang marak saat itu. Penyelewengan yang disengaja oleh penguasa demi meraih ambisi dan tujuan mereka. Tujuan duniawi telah mengal

Pengorbanan Imam Husein yang menghidupkan kembal Islam dengan darahnya serta darah keluarga dan sahabatnya di Padang Karbala. Sepertinya hadis dari Rasulullah Saw ini menunjukkan kebenaran tersebut. Nabi bersabda, "Husein dariku dan Aku dari Husein." Yakni bukan saja Husein anakku (Nabi), bahkan keabadian dan eksistensi agama serta risalahku juga dari Husein dan Islam tetap abadi berkat pengorbanan Husein beserta sahabatnya.

Siapakah Husein yang dengan gagah berani mengorbankan diri, keluarga dan sahabatnya di Padang Karbala demi Islam? Husein bin Ali yang juga putra Fatimah as adalah cucu terkasih Rasulullah Saw. Realita ini tidak diingkari oleh umat Islam terlepas mazhab mereka. Husein bin Ali yang hidup di bawah naungan wahyu Ilahi memiliki karakteristik unggul. Ia dikenal  memiliki kehendak yang kuat dan tekad baja.

Tekad merupakan awal sebuah pekerjaan dan kehendak juga memiliki posisi tinggi di antara kesempurnaan manusia. Salah satu tingkatan kehendak dan tekad adalah manusia tidak terpengaruh oleh represi sosial apapun dan juga interpretasi keliru orang lain tidak akan mampu mempengaruhinya serta ia akan tetap konsisten di jalur kebenaran yang dipilihnya.

Kedua sifat yang tercatat sebagai kemuliaan dan kesempurnaan manusia ini dengan indah dan sempurna termanifestasikan di peristiwa Karbala. Ketika Imam Husein as keluar dari Madinah, sejumlah tokoh mendatangi beliau dan mengusulkan kepada Imam untuk sementara pergi ke Yaman atau wilayah lain hingga kondisi politik mengalami perubahan sedikit. Namun Imam Husein dengan tekad yang kuat menjawab, Aku bersumpah jika tidak ada tempat perlindungan bagiku di dunia, Aku tetap tidak akan berdamai dengan pemerintahan Yazid. Saat ini Aku akan pergi Mekah.

Imam Husein bukan saja teladan terbaik dalam ucapan, bahkan dalam praktik cucu Rasulullah ini menjadi teladan terhormat. Martabat dan kehormatan baik itu sebuah sifat pribadi atau spirit massal, memiliki arti tidak terkalahkan, kekuatan jiwa, martabat jiwa manusia dan menjaga kepribadian. Mereka yang memiliki sifat terhormat dan bermartabat tidak akan menyerah pada kehinaan, tidak akan melakukan perbuatan buruk dan hina serta bersedia mengorbankan diri untuk menjaga martabat dan silsilahnya.

Bersedia ditindas, menanggung hegemoni batil, diam ketika diserang, menyerah di bawah rahmat manusia hina dan menyerah kepada orang lemah serta taat kepada orang kafir dan penjahat, seluruhnya merupakan sifat tercela yang bersumber dari kehinaan jiwa. Bani Umayah ingin memaksakan kehinaan kepada Imam Husein dengan baiat. Tak kepalang tanggung, Bani Umayah pun bersedia memaksa cucu Rasul untuk berbaiat kepada Yazid, seorang pemimpin fasiq.

Tapi ternyata upaya Bani Umayah ini sia-sia. Imam Husein as tetap menolak membaiat Yazid meski harus membayar mahal dengan mengorbankan diri dan keluarganya ditangkap penguasa zalim. Ketika gubernur Madinah membicarakan baiat kepada Yazid dengan Imam Husein, beliau melecehkan keinginan Yazid dan menolaknya. Seraya menyebutkan keburukan Yazid dan pribadi penguasa Bani Umayah ini, Imam Husein as berkata, "Orang seperti Saya tidak akan membaiat pribadi seperti Yazid."

Di pagi hari Asyura dan di awal pertempuran, selain memberikan khutbah, Imam Husein as berkata, "Aku bersumpah bahwa aku tidak akan menyerah hingga Aku menemui Tuhanku dengan bersimbah darah." Di bagian khutbahnya di Karbala, kepada tentara Kufah dan penolakan beliau atas permintaan Ibnu Ziyad untuk menyerah dan berbaiat, Imam Husein berkata, "Ibnu Ziyad, Aku dihadapkan pada dua pilihan antara terbunuh dan terhina. Sungguh celaka jika aku memilih kehinaan. Ini adalah hal yang ditolak oleh Allah, Rasul-Nya dan keturuan suci Nabi. Aku tidak akan melepas kesyahidan yang terhormat dengan memilih ketaatan kepada orang hina."

Imam Husein mustahil memilih kehinaan, karena Allah Swt menginginkan kemuliaan umat manusia. Keputusan Imam Husein menolak baiat sangat penting, karena hal itu sama saja dengan mengakui dan memberi legitimasi kepada pemerintahan Yazid dan Bani Umayah yang lalim. Penolakan tersebut memberikan pelajaran tentang kehormatan dan kemuliaan kepada generasi mendatang.

Imam Husein berkata, "Demi Allah! Aku tidak akan menyerah kepada kalian dengan kehinaan dan aku tidak akan lari seperti para budak. Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku, dan Tuhan kalian dari serangan kalian."

Ia menolak baiat yang hina, dan memperkenalkan Allah Swt hanya sebagai tempat berlindung. Menurut Imam Husein, seluruh kemuliaan dan kekuatan adalah milik Allah Swt, dan ini adalah puncak martabat kemanusiaan. Imam Husein selalu menghadirkan kemuliaan dan martabat kepada masyarakat, dan ia tidak membiarkan seseorang bertekuk lutut pada kehinaan dan kerendahan.

Akhlak mulia dan perhatian terhadap martabat kemanusiaan dalam mendidik dan memperkuat kemuliaan diri dapat ditemukan di seluruh fase kehidupan Imam Husein. Puncak kemuliaan ini dapat disaksikan bagaimana ia memperlakukan pasukan musuh.

Sikap Imam Husein saat menghadapi pasukan Hurr bin Yazid al-Riyahi adalah bukti keluhuran jiwanya. Dalam perjalanan dari Mekah menuju Kufah, Imam Husein dan rombongan dihadang oleh pasukan musuh pimpinan Hurr di sekitar Qasr Muqatil, tidak jauh dari Kufah. Cuaca panas dan minimnya persediaan air memaksa semua orang untuk berhemat. Dalam situasi seperti ini, pasukan Hurr bertemu kafilah Imam Husein dengan terengah-engah kehausan.

Karakteristik lain Imam Husein adalah tawadhu dan rendah hati. Sifat ini termasuk keutamaan yang luhur. Diriwayatkan bahwa suatu hari Imam Husein berjalan dan melewati sekelompok orang fakir yang tengah memakan roti sederhana mereka. Ketika mereka melihat Imam Husein, mereka mengundang Imam untuk makan bersama. Imam tanpa ragu-ragu duduk dan makan bersama mereka.

Tak lama kemudian Imam Husein berkata kepada mereka, "Apakah kalian juga menerima undanganku?" Mereka berkata, "Ya kami menerimanya wahai Putra Rasulullah!" Kemudian mereka bangkit dan bersama-sama menuju rumah Imam Husein. Imam selanjutnya menjamu mereka dengan baik.

Karakteristik lain Imam Husein adalah kesabaran. Imam teladan sempurna soal kesabaran. Beliau menunjukkan sisi kesabaran di seluruh dimensinya dalam kehidupannya kepada umat manusia. Di hari Asyura ketika tekanan militer, kehausan dan kesulitan lainnya melanda, beliau berkata kepada para sahabatnya, Wahai putra-putra terhormat, bersabarlah, kematian tak lebih sekedar jembatan yang melepaskan kita dari kesulitan dan membawa kita ke surga serta kenikmatan abadi.

Dimensi lain dari karakteristik Imam Husein adalah keberanian. Imam Husein di hari Asyura ketika berperang di saat seluruh sahabat dan kerabatnya telah gugur. Musibah besar, kelaparan dan kehausan membuat ruang manusia semakin sempit. Namun demikian Imam Husein menyerang musuh dengan gagah berani dan membantai mereka.

Karakteristik lain Imam Husein adalah sisi penghambaan dan ibadah beliau. Imam Husein di malam Asyura, ketika dikepung musuh dan tentara Ibnu Ziyad siap menyerangnya, Imam Husein mengirim Abbas bin Ali, saudaranya bersama dua sahabat lainnya ke musuh dan meminta perang ditangguhkan esok harinya sehingga beliau bisa memanfaatkan malam Asyura untuk shalat, bermunajat dan ibadah lainnya.

Husein bin Ali adalah manifestasi manusia suci dan bertakwa, satu-satunya permata peninggalan Rasulullah. Ia meminta kepada rakyat yang mengaku umat dan pengikut Islam untuk diberi waktu semalam agar dapat beribadah, shalat dan membaca al-Quran. Imam Husein as bersabda, "Mintalah peluang untuk malam ini, sehingga Allah Swt mengetahui bahwa Aku sangat menyukai shalat, membaca al-Quran, bermunajat dan beristighfar." Imam Husein menghabiskan malam Asyura dengan shalat. Ini merupakan shalat paling indah dan sempurna.