Muharram; Bulan Pengorbanan dan Syahadah (5)
https://parstoday.ir/id/radio/west_asia-i44925-muharram_bulan_pengorbanan_dan_syahadah_(5)
Kebangkitan Imam Husein as dan para sahabatnya yang setia, berlangsung kurang dari sehari, dan mereka semua gugur syahid di tangan puluhan ribu pasukan Yazid bin Muawiyah.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Sep 26, 2017 11:18 Asia/Jakarta

Kebangkitan Imam Husein as dan para sahabatnya yang setia, berlangsung kurang dari sehari, dan mereka semua gugur syahid di tangan puluhan ribu pasukan Yazid bin Muawiyah.

Kebangkitan agung dan suci ini, memiliki banyak pesan dan pelajaran untuk umat Islam dan seluruh masyarakat dunia. Karena pesan gerakan Asyura memiliki akar dalam fitrah manusia dan akal sehat. Oleh sebab itu, audiensnya adalah seluruh umat manusia. Atas dasar itu pula banyak cendikiawan dan politisi non-Muslim yang banyak menulis buku atau artikel tentang Imam Husein as dan tujuan-tujuanya.

Kebangkitan Imam Husein as adalah di jalan Allah Swt dan sepenuhnya bertawakal hanya kepada Allah Swt dalam melaksanakannya. Perjalanan jihadnya dilalui dengan tawakal penuh yang membuatnya mampu bersabar menghadapi segala kesulitan. Sebelum dan pada hari Asyura, beliau dan para sahabatnya berulangkali menekankan masalah ini.

Husein bin Ali bin Abi Thalib as, ketika berpisah dengan keluarganya, dengan iman yang kokoh, berkata kepada mereka, "Ketahuilah bahwa Allah Swt adalah pelindung dan penjaga kalian, dan Dia akan segera membebaskan kalian dari keburukan musuh, dan nasib kalian akan berakhir baik."

Bahkan pada detik-detik kesyahidannya, Imam Husein tidak melupakan Tuhanya, dan dia berzikir sebagai berikut, "Wahai Allah Yang Maha Tinggi, Maha Kuat dan Kuasa, ketika aku lemah aku memohon pertolongan dari-Mu dan aku bertawakal kepadamu, dan ini cukup bagiku." Dan pada akhirnya dengan segala musibah dan kepedihan itu, Imam Husein berkata, "Ya Allah, aku ridho dengan qadha dan ketetapan-Mu dan aku berserah diri di hadapan perintah dan kehendak-Mu. Tidak ada Tuhan selain-Mu, Wahai Pelindung orang-orang yang mencari perlindungan."

Keimanan dan tawakal inilah yang membuat Imam Husein as dan para sahabatnya bergerak dengan tulus dan hanya demi meraih keridhoan Allah Swt. Oleh karena itu, Allah Swt mengabadikan kebangkitan mereka. Keimanan yang kokoh dan tawakal kepada Allah Swt membuat Imam Husein dan para sahabatnya menjadi sumber semangat yang tidak pernah mengering dan menjadi motivasi untuk gagah berani melawan pasukan kebatilan. Ini adalah pelajaran lain dari gerakan kebangkitan Asyura.

Imam Husein as di salah satu pemberhentian, berkata kepada para pengikutya, "Bersabar dan bertahanlah wahai putra orang-orang besar! Karena kematian akan mengantarkan kalian melewati kesusahan dan penderitaan menuju sorga yang luas dan nikmat yang abadi."

Pada malam Asyura, ketika Husein bin Ali as meminta para sahabatnya untuk memperhatikan ancaman bahaya pasti, dan agar meninggalkan kemah jika mereka menginginkannya. Namun mereka dengan reaksi penuh semangat yang menggambarkan keimaan kepada Allah Swt kokoh serta dahaga akan kesyahidan, tetap bersikeras untuk bertahan di jalan kebenaran dan kesetiaan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Saad bin Abdullah, "Sumpah demi Allah! Jika aku tahu aku akan terbunuh 70 kali, badanku dibakar, kemudian aku dibangkitkan kembali dari abuku, aku tidak akan pernah berhenti membantumu, dan maka setiap kali aku dihidupkan, akah akan bergegas membantumu…" Dengan semangat dan iman seperti ini para sahabat Imam Husein berjuang membela agama dan Ahlul Bait Rasulullah Saw.

Mencari kebenaran, kebebasan dan kemuliaan, adalah pesan penting peristiwa Asyura untuk seluruh umat manusia di setiap era. Parameter Imam Husein as dalam kebangkitannya adalah, penegakan keadilan dan kebenaran serta menumpas kebalitan dan kezaliman. Yazid, adalah seorang penguasa fasid yang secara tidak sah memegang kendali kepemimpinan umat Islam, dan dia mendesak Imam Husein as untuk berbaiat kepadanya.

Akan tetapi Imam Husein dengan gagah berani dan tegas menjawab, "Ketahuilah bahwa orang kotor dan anak zina ini memberikan kepadaku dua pilihan, dengan pedang terhunus dan siap berperang, atau mengenakan busana kehinaan dan berbaiat dengan Yazid. Akan tetapi kami jauh dari kehinaan; karena Allah Swt, Rasulullah Saw dan orang-orang mukmin, serta manusia-manusia suci yang membimbing kami, tidak mengijinkan kami menerima kehinaan."

Husein bin Ali pada kesempatan lain dengan tegas menyatakan, "Mati dengan terhormat, lebih baik dari hidup dengan kehinaan." Dengan demikian, beliau telah menunjukkan jalan kemuliaan dan kebebasan kepada masyarakat serta menilai kehidupan di bahwa kezalima dan kehinaan adalah kematian sejati. Maka kebebasan berarti kebangkitan melawan kezaliman agar dapat hidup dengan mulia, bebas dan adil. Ini adalah tujuan-tujuan luhur yang harus diperjuangkan walaupun harus dengan mengorbankan harta dan nyawa.

Mencapai tujuan-tujuan luhur seperti keadilan, kebebasan dan kemuliaan menuntut banyak persyaratan yang di antara terpentingnya adalah kesadaran dan kewaspadaan. Kebangkitan Asyura menunjukkan bahwa tanpa dua elemen tersebut masyarakat dan bahkan para tokoh tidak akan mampu membedakan jalan kebenaran dan bergerak di jalur yang benar.

Sebagaimana di Karbala, terdapat orang-orang yang sebelumnya menulis surat undangan kepada Imam Husein as namun mereka pada akhirnya berhadap-hadapan dengan Imam di padang Karbala. Hanya 72 orang yang mampu mendeteksi jalan kebenaran dan memperjuangkannya dan juga mendukung Imam Husein as hingga meneguk cawan syahadah.

Wajar jika muncul pertanyaan mengapa 50 tahun setelah wafatnya Rasulullah Saw, nasib sebuah negara Islam sampai pada batas, rakyat, menteri, penguasa, pemimpin, ulama, hakim dan qari al-Quran mereka, berkumpul di Kufah dan Karbala untuk membunuh dengan sangat sadis keturunan darah dan daging Rasulullah Saw? Seseorang pasti akan bertanya mengapa bisa demikian?

Jika masyarakat melaksanakan apa yang telah mereka sadari, maka sejarah akan terselamatkan dan Husein bin Ali as tidak akan terseret ke Karbala. Imam Husein as dalam khutbahnya yang ditujukan kepada para pemuka agama di masyarakat berkata, "Kalian kelompok ulama! Jika kalian tidak membantu kami dan bersama kami untuk menegakkan keadilan, maka orang-orang zalim akan lebih kuat di hadapan kalian dan mereka akan lebih aktif memadamkan api terang kenabian."

Imam Husein as ketika keluar dari kota Madinah menulis surat wasiat kepada saudaranya Muhammad Hanafiyah yang di dalamnya tercatat, "… aku bergerak demi islah umat kakekku Muhamamd Saw dan aku ingin melaksanakan amar makruf dan nahyu munkar dan aku akan bersikap dengan cara kakekku Muhammad Saw dan ayahku Ali bin Abi Thalib as."

Beliau menyaksikan bahaya yang mengancam agama kakek beliau dan tidak melihat ada cara lain kecuali amr makruf dan nahyu munkar, dan ini merupakan salah satu pesan utama Asyura bagi umat manusia. Oleh karena itu, di medan pertempuran, Imam Husein as berkata, "Jika agama Muhammad Saw tidak akan tegak kecuali dengan terbunuhnya aku, maka wahai pedang-pedang renggutlah aku."

Imam Husein as juga menjelaskan berbagai dampak buruk meninggalkan tugas utama ini dan mengatakan, "Sekarang nasib Islam telah berakhir ketika umat Islam terjebak kepemimpinan orang seperti Yazid. Iya, aku mendengar dari kakeku yang berkata, khilafah untuk keluarga Abu Sufyan adalah haram dan jika suatu hari kalian menyaksikan Muawiyah berdiri di mimbarku, maka bunuhlah dia. Akan tetapi masyarakat Madinah menyaksikannya berdiri di atas mimbar Rasulullah Saw dan tidak membunuhnya dan sekarang Allah Swt menjerumuskan mereka dengan [kepemimpinan] Yazid yang fasiq."

Sebelumnya, Imam Ali bin Abi Thalib as di akhir wasiatnya juga menjelaskan pentingnya amar makruf dan nahyu munkar dan berkata, "Jangan kalian tinggalkan amar makruf dan nahyu munkar di mana [jika tidak] orang-orang jahat akan berkuasa di atas kalian dan kemudian sebanyak apapun kalian berdoa tidak akan terkabulkan."

Meski pada peristiwa Asyura, hanya kaum laki-laki yang berperang dan gugur syahid, akan tetapi kaum perempuan keluarga para syuhada juga memiliki peran besar baik sebelum, pada hari Asyura maupun setelahnya. Imam Husein as sejak awal perjalanan membawa serta keluarganya dan mengatakan, "Hikmah ilahi adalah keluarga dan perempuan menyertaiku."

Pada hari Asyura di Karbala, kaum perempuan berperan besar dalam memberi semangat kepada para pejuang di medan perang. Namun pada hakikatnya, peran mereka telah dimulai sejak awal pergerakan. Keluarga Imam Husein as di setiap kesempatan, membeberkan kefasadan pemerintahan Yazid serta menjelaskan tujuan kebangkitan Asyura. 

Di antara kaum perempuan Ahlul Bait, terdapat Sayidah Zainab sa, saudari Imam Husein as, yang memainkan sangat besar. Pidatonya di antara warga Kufah membuat masyarakat kota itu malu dan menyesal. Sedemikian rupa sehingga nyaris membangkitkan masyarakat untuk melawan rezim, akan tetapi dengan cepat mereka melarang Sayidah Zainab. 

Di istana Ubaidillah bin Ziyad, penguasa Kufah, mereaksi penghinaan dan penistaan tentang kesyahidan Imam Husein as dan para sahabatnya dengan berseru lantang, "Aku tidak melihat apapun kecuali keindahan. Para syuhada Karbala adalah manusia-manusia yang telah dipilih Allah Swt untuk kesyahidan."

Tidak hanya itu, putri Imam Ali as ini di istana Yazib dengan berani berpidato yang di antaranya, "Wahai Yazid, lakukan emua yang kau inginkan, makar, pengelabuan dan upaya, akan tetapi sebesar apapun makar dan upayamu, kau tidak akan mampu mengapus ingaatan kami [dalam masyarakat] dan kau tidak akan pernah mampu menghancurkan seruan kenabian."