Pertanyaan Kunci Pilpres AS
Rakyat AS pada hari Selasa (8/11) mendatangi tempat pemungutan suara untuk memilih presiden ke-45. Dari sisi biaya kampanye, kampanye kali ini memecahkan rekor paling besar dalam sejarah AS.
Tidak hanya itu, pemilu presiden kali ini juga disebut-sebut sebagai pemilu yang paling santer dipenuhi saling serang antarcalon dengan membongkar kelemahannya masih-masing. Muncul banyak pertanyaan mengenai pemilu kali ini, terutama dengan majunya Hillary Clinton dari partai Demokrat dan Donald Trump dari partai Republik.
emilihan umum selalu digelar pada hari Selasa setelah Senin pertama di bulan November. Warga AS yang telah memenuhi syarat akan memilih di antara dua pasang calon presiden dari partai Republik dan Demokrat. Berbeda dengan kebanyakan negara di dunia, presiden AS tidak dipilih langsung oleh rakyat melalui satu proses. Sebenarnya walau memilih calon presiden, warga AS pada tahap ini sejatinya menentukan jumlah pemilih untuk maju lagi ke tahap terakhir, yaitu Electoral College.
Jumlah pemilih Electoral College tergantung dari luar wilayah negara bagian dan populasinya. Negara bagian California adalah adalah yang terbanyak dengan 55 orang pemilih elektoral. Sistem yang berlaku adalah winners-take-all atau pemenang mendapat semua pemilih elektoral.
Contohnya, pasangan calon presiden A mendapatkan 8 juta suara di California. Sementara calon presiden B mendapat 7,5 juta suara. Maka calon presiden A berhak atas 55 orang pemilih electoral yang akan maju ke Electoral College. Biasanya pemilih elektoral terdiri dari pemimpin partai setempat, pejabat pemerintah, atau tokoh yang memiliki kedekatan dengan calon presiden.
Electoral College merupakan pertarungan terakhir para calon presiden AS yang akan dilangsungkan pada 19 Desember mendatang. Electoral College terdiri dari 538 pemilih yang terpilih dalam pemilihan umum sebelumnya. Calon presiden yang mendapatkan mayoritas 270 suara dalam tahap ini akan memenangkan pemilu presiden.
Namun tidak diatur secara tegas di Konstitusi bahwa pemilih elektoral harus memilih calon presiden yang sebelumnya mereka dukung. Tidak selamanya calon yang menang pemilu populer berakhir menjadi presiden AS, terutama karena terganjal di Electoral College. Hal ini terjadi pada George W. Bush dalam pemilu tahun 2000. Bush kalah dalam pemilu melawan Al Gore yang mendapat 51 persen suara. Namun Bush menang di Electoral College dengan 271 melawan 266.
Pengambilan suara Electoral College rencananya akan dilakukan pada 19 Desember 2016, dan hasilnya akan diumumkan pada 5 Januari oleh wakil presiden AS. Jika tidak ada yang mendapat suara mayoritas, yang sangat jarang terjadi, maka pemilihan dilanjutkan ke parlemen dengan pengambilan suara satu orang tiap negara bagian. Siapapun yang mendapatkan suara terbanyak dari negara bagian, maka dia menjadi presiden baru Amerika Serikat. Pelantikan presiden AS terpilih akan dilakukan pada 20 Januari 2017.
Muncul pertanyaan besar mengapa hanya dua partai yang bersaing memperebutkan posisi persiden AS, yaitu partai Republik dan Demokrat. Kejadian ini dimulai sekitar 160 tahun lalu. Partai Demokrat didirikan tahun 1828, hampir 190 tahun yang lalu. Anggota dari partai ini juga dikenal sebagai kaum liberal, karena asosiasi mereka mengadopsi nilai-nilai libertarian, seperti kebebasan memilih dan kemerdekaan setiap pribadi, keadilan sosial, dan liberal sosial.
Di pihak lain, Republik adalah partai yang relatif lebih muda, didirikan tahun 1854. Mereka dikenal konservatif karena pilihan untuk konservatisme, mempromosikan hak individu dan pemerintahan terbatas. Partai ini juga dikenal sebagai korporatis, mendukung liberal ekonomi, mengurangi pengeluaran pemerintah, dan pajak yang lebih sedikit.
Terlepas dari dua partai mayoritas, hanya sedikit yang mengetahui partai ketiga, meliputi Partai Progresif, Partai Libertarian dan Partai Hijau. Ketiga partai ini sulit memenangkan pemerintahan karena ukuran dan kekuasaan mereka yang lebih kecil. Di dalam sejarah AS, tidak ada kandidat dari partai ketiga yang pernah memenangkan pemilihan presiden. Faktanya, kandidat dari partai ketiga biasanya harus mendapatkan ribuan tanda tangan hanya untuk berada di surat suara.
Proses pemilihan umum AS yang menggunakan sistem dua partai menyebabkan partai Republik dan Demokrat lebih mudah untuk mengamankan suara, karena masing-masing sudah memiliki pengikut setia. Selain itu, pemenang dalam pemilihan AS berarti tidak ada posisi yang ditawarkan kepada kandidat kedua. Ini berarti partai yang lebih kecil tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk membangun lebih besar pengikut untuk lembaga legislatif.
Lebih dari itu bantuan finansial pemerintah kepada partai yang bersaing dalam pemilu presiden setelah penyelenggaraan pemilu menyebabkan tiga partai gurem tidak bisa bersaing melawan dua partai mainstream. Kehadiran bakal bakal calon presiden dalam debat televisi membutuhkan dukungan 15 persen dari hasil jajak pendapat nasional. Persyaratan tersebut sangat sulit dipenuhi oleh tiga partai kecil.
Selain itu, dana jutaan dolar yang dikucurkan kandidat dari partai Republik dan Demokrat untuk menarik dukungan dari rakyat AS jelas tidak sebanding dengan besarnya kemampuan finansial partai gurem. Dari sini, persaingan yang tidak sehat jelas sekali kelihatan dalam sistem pemilu di AS.
Pemilu presiden AS yang berlangsung 8 November tidak hanya memilih presiden dan wakilnya saja. Tapi juga 435 anggota DPR (house of representative). Tak hanya itu, pemilu ini akan memilih sepertiga kursi senat serta sepertiga kursi gubernur dan wali kota, dan sejumlah wakil negara bagian. Selain itu, sejumlah jabatan dewan kota, dan dewan komisaris perpustakaan dan jawatan pemadam kebakaran juga dipilih pada tanggal yang sama.
Tentu saja, pemilihan presiden merupakan pemilu yang menduduki posisi paling penting dari pemilu lainnya. Meski demikian, komposisi pejabat yang akan menduduki berbagai posisi ini juga penting bagi rakyat AS. Misalnya, dalam pemilu DPR dan senat federal. Dukungan salah satu atau keduanya jika bukan dari partai berkuasa di Gedung Putih akan menghalangi pengesahan RUU dan pelaksanaannya. Oleh karena itu, selain memperebutkan posisi presiden, juga bersaing mengisi posisi kursi Kongres yang berjumlah 535 kursi.
Pemilu presiden AS merupakan pemilu paling mahal di dunia. Prediksi sebelumnya mengkalkulasi akan melampaui enam miliar dolar. Dau partai yang bersaing menggelontorkan dana tidak kurang dari satu miliar dolar. Sebagian besar dari dana ini dipergunakan untuk kampanye di media dan penggalangan massa.
Besarnya dana tersebut tentu saja tidak ditanggung oleh capres sendiri. Para pengusaha kaya dan korporasi raksasa ikut menjadi donatur, yang tentu saja tidak luput dari kepentingan bisnis mereka. Hingga tahun 2011, penggalangan dana dalam pemilu presiden AS masih dalam pembatasan. Tapi setelah tahun 2011, Mahkamah agung federal AS menyatakan bahwa pribadi maupun perusahaan bisa memberikan donasi kepada salah satu capres tanpa pembatasan jumlah. Terang saja dengan keputusan tersebut banjir bantuan keuangan mengalir ke kantong-kantong pemenangan pemilu.
Selain itu, pertanyaan yang mengemuka tentang kemungkinan kecurangan dalam pemilu presiden AS. Salah satu yang paling panas berkaitan dengan pemilu tahun 2000. Kali ini, pendukung Donald Trump, kandidat capres Amerika Serikat ditangkap karena dituduh melakukan kecurangan dalam pemungutan suara pilpres. Press TV (9/11) melaporkan, seorang pendukung Trump yang diidentifikasi bernama Philip Cook, Selasa (8/11) di Negara Bagian Texas ditangkap polisi karena dituduh mencoblos dua kali.
Menurut keterangan kepolisian kota Fort Bend, lelaki 62 tahun itu mengaku sebagai petugas staf panitia pemilu presiden Donald Trump dan berusaha menguji keakuratan sistem pemilu. Padahal sebelumnya Donald Trump sendiri berulang kali menuduh pemerintah Amerika dan media-media negara itu melakukan kecurangan dalam pemilu
Hingga tulisan ini dibuat, Trump sejauh ini berhasil mengungguli rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, dengan 288 electoral votes, sedang Clinton hanya meraup 215 electoral votes. Penghitungan electoral votes masih berlangsung, total 538 yang diperebutkan. Meski harus melewati satu proses lagi yaitu Electoral College pada 19 Desember mendatang, tapi hampir dipastikan Trump yang memenangi pemilu AS. Walaupun harus mempertimbangkan faktor lain, tapi tidak bisa dipungkiri kemenangan pengusaha ini menjadi orang nomor satu AS menunjukkan betapa kuatnya pengaruh finansial di negeri Paman Sam itu.