Apr 26, 2021 20:53 Asia/Jakarta

Qamishli yang terletak di provinsi al-Hasakah menjadi arena baru bentrokan dalam beberapa hari terakhir yang menewaskan dan melukai puluhan orang.

Bentrokan terbaru di kota Qamishli dimulai pekan lalu antara milisi Kurdi Pasukan Demokrat Suriah (SDF) dan unit pertahanan nasional yang berafiliasi dengan pemerintah Suriah.

Qamishli merupakan salah satu wilayah tempat milisi Kurdi Suriah bermarkas dengan dukungan AS berupaya mencegah kehadiran pasukan pemerintah Suriah. Saat ini milisi Kurdi mengontrol ladang minyak di kawasan itu dan menyelundupkan minyak Suriah dengan dukungan AS ke luar negeri.

Sebelumnya, pasukan SDF telah beberapa kali bentrok dengan pihak lain di kota Qamishli. Namun, bentrokan baru-baru ini antara pasukan SDF dan unit pertahanan Nasional Suriah terkait dengan perkembangan politik di negara Arab itu. Pemerintah Suriah berniat menggelar pemilu presiden pada 26 Mei 2021. Pemerintah Damaskus menekankan bahwa pemilu diadakan di semua bagian negara, termasuk di kota Qamishli yang berada di provinsi al-Hasakah.

Pemicu utama bentrokan baru-baru ini karena Pasukan Demokratik Suriah (SDF) berusaha mencegah pemilihan umum di daerah-daerah yang berada di bawah kendali mereka. "Di balik ketegangan baru-baru ini ada upaya untuk menciptakan alasan untuk tidak mengadakan pemilu presiden di daerah-daerah yang berada di bawah kendali SDF," kata Al-Akhbar mengutip sumber-sumber pemerintah Suriah.

 

 

Masalah lainnya, militan Kurdi memiliki klaim geografis di wilayah timur Suriah. Mereka mencegah penyelenggaraan pemilu presiden di Suriah demi menjaga pelestarian klaim geografis tersebut. Surat kabar Suriah Al-Watan sebelumnya dalam sebuah laporan menulis, "Pasukan Demokratik Suriah mengklaim mewakili Kurdi dan berambisi menguasai wilayah Qamishli. Tapi wilayah yang dikendalikan secara demografis bukan hanya milik Kurdi, maka kekuatan-kekuatan ini mengejar perubahan dalam komposisi demografis wilayah itu. Untuk mencapai tujuan ini, pasukan SDF menutup sekolah-sekolah Arab, mengepung penduduk, membakar produk pertanian, memutus aliran air, mencegah layanan kesehatan publik dan swasta dan mengecewakan penduduk Arab dan Kurdi yang menentang kebijakan mereka,". 

Selain dua faktor tersebut, langkah SDF menjegal penyelenggaraan pemilu di Qamishli, serta klaim geografisnya di wilayah timur Suriah dilancarkan dengan dukungan AS. Faktanya, mereka hanya menjadi perpanjangan kebijakan Amerika Serikat di Suriah. Dalam hal ini, sumber pemerintah Suriah menyatakan bahwa yang dilakukan SDF adalah mengimplementasikan rencana AS yang bertujuan untuk mengacaukan kawasan dan memicu masalah keamanan di  Suriah.

Masalah penting lainnya adalah mediasi Rusia dalam konflik baru-baru ini. Mediasi ini membuahkan kesepakatan antara SDF dan pasukan pemerintah Suriah untuk mengakhiri konflik, namun kesepakatan ini tidak berlangsung lama. Hal ini tampaknya disebabkan oleh kebijakan AS di Suriah yang saat ini mengejar pelemahan kedaulatan Damaskus atas negaranya sendiri.(PH)

 

 

 

 

 

 

Tags