Imam Khamenei: Mustahil Bangsa Iran Menyerah pada AS
(last modified Thu, 25 Apr 2024 10:30:30 GMT )
Apr 25, 2024 17:30 Asia/Jakarta
  • Ayatullah Khamenei bertemu pekerja Iran
    Ayatullah Khamenei bertemu pekerja Iran

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, atau Rahbar, dalam pertemuan dengan para buruh dan pekerja Iran, menyebut tujuan hakiki sanksi dan tekanan Amerika Serikat, serta Barat, adalah supaya rakyat dan pemerintah Iran, menyerah dan patuh total.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Rabu (24/4/2024) mengatakan, bangsa besar dan berakar Iran, serta Republik Islam, tidak akan pernah menyerah, dan tunduk di hadapan arogansi serta penindasan, dan dengan mengubah sanksi menjadi kesempatan bagi kemajuan, dan kejayaan, Iran, akan menyambut masa depan yang gemilang.
 
Pemimpin Revolusi Islam mengatakan,
 
"Mereka menginginkan agar kekayaan, harga diri, dan kebijakan Iran, sebagaimana beberapa negara, berada di tangan AS, tapi negara Islami, martabat Islami, dan bangsa besar serta berakar Iran, mustahil untuk menyerah pada intimidasi mereka."
 

 

Di bagian lain paparannya, Rahbar, mengatakan, berbicara soal permasalahan ekonomi tanpa memperhatikan sanksi yang disebut AS dan Eropa, sebagai sanksi yang luar biasa, adalah tidak mungkin,
 
"Negara-negara Barat, mengutarakan kebohongan-kebohongan soal senjata nuklir, hak asasi manusia, dan dukungan atas terorisme, sebagai tujuan dari penerapan sanksi terhadap Iran."
 
Ayatullah Khamenei, kemudian menyinggung kontradiksi, dan alasan-alasan yang dibuat-buat oleh negara-negara Barat, salah satu contohnya adalah Gaza,
 
"Menurut mereka, rakyat Gaza, yang sedang dibombardir adalah teroris, tapi tidak menganggap pemerintah bengis, fiktif dan tak punya belas kasihan Zionis, yang dalam waktu enam bulan membunuh hampir 40.000 orang termasuk sekian ribu anak-anak, bukan teroris."
 
Imam Khamenei, mengingatkan pidatonya beberapa tahun lalu terkait masalah nuklir, dan meminta AS, menentukan sejauh mana Iran, harus mundur sehingga ia puas,
 
"Mereka sampai kapan pun tidak bersedia menentukan batas ini, karena pada akhirnya ingin menutup total industri nuklir Iran, seperti negara-negara Afrika utara, secara perlahan dengan langkah bertahap. Padahal di berbagai bidang seperti kesehatan, kedokteran, dan bidang lainnya, dibutuhkan hasil-hasil aktivitas nuklir."
 

 

 
Menurut Pemimpin Revolusi Islam Iran, sanksi-sanksi telah memukul perekonomian negara, dan menciptakan banyak masalah ekonomi,
 
"Sanksi-sanksi inilah yang telah menciptakan tumbuh dan mekarnya potensi-potensi, serta memunculkan kapasitas-kapasitas dalam negeri Iran."
 
Ayatullah Sayid Ali Khamenei, menilai upaya menjadikan permusuhan musuh-musuh menjadi kesempatan merupakan karakteristik sebuah bangsa yang hidup.
 
Beliau menyebut kemajuan-kemajuan di bidang persenjataan sebagai salah satu contoh dari upaya mengubah sanksi-sanksi menjadi kesempatan,
 
"Kemajuan yang menunjukkan dirinya di suatu tempat, telah membuat musuh tercengang, bagaimana mungkin Iran Islami, mampu memproduksi sejumlah senjata canggih padahal ia disanksi."
 
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, menuturkan,
 
"Insyaallah, senjata-senjata yang lebih besar, lebih baik, dan lebih canggih akan diproduksi, tapi kemajuan tidak hanya terbatas pada senjata, di bidang-bidang lain seperti kesehatan, kedokteran, dan beberapa bidang industri, teknologi, Iran menjadi bagian dari negara unggul dunia. Selain itu, di beberapa bagian masih terbelakang, namun berkat tekad dan kerja keras, kita juga akan mengalami kemajuan."
 

 

 
Imam Khamenei, menganggap sanksi-sanksi semakin kehilangan dampaknya, dan menuturkan,
 
"Baru-baru ini di salah satu laporan sumber internasional disinggung tentang peningkatan Produk Domestik Bruto, PDB, Iran, ini artinya upaya semakin besar, dan semakin baik dilakukan, tidak berharap pada bantuan asing, sanksi-sanksi tidak berhasil melumpuhkan Iran, dan semangat ini harus diperkuat."
 
Pemimpin Revolusi Islam, dalam pertemuan ini juga menyinggung demonstrasi-demonstrasi mendukung rakyat Palestina, dan berkibarnya bendera Palestina, seta Hizbullah, di jalan-jalan Eropa dan AS, dan menilai tuduhan mendukung terorisme oleh Republik Islam Iran, karena mendukung rakyat tertindas Gaza, telah membuat para penuduhnya terhina,
 
"Saat ini bukan rakyat Iran, saja, tapi seluruh bangsa dunia mendukung Palestina."
 
Imam Khamenei, menyimpulkan, 
 
"Bagi bangsa Iran, jelas, dan terang bahwa alasan permusuhan kubu arogan terhadap mereka bukanlah kebohongan-kebohongan yang mereka katakan, tapi fakta bahwa Iran yang merdeka tidak akan pernah mau tunduk pada intimidasi mereka, dan tidak bersedia mengekor kebijakan-kebijakan gagal, terbelakang, kalah, dan melawan nilai-nilai Ilahi, serta fitrah kemanusiaan, mereka. Kebijakan-kebijakan yang diakui sendiri sebagian analis Barat, sedang menumpas kredilitas AS, yang berusia 200 tahun."
 
Rahbar menegaskan bahwa harapan supaya rakyat Iran, yang berpengalaman dan memiliki akar sejarah, mematuhi kebijakan-kebijakan gagal mereka, adalah sia-sia,
 
"Bangsa Iran, berdiri dan kuat, dan memang kita harus menunjukkan perlawanan dalam amal, pekerjaan, penelitian, dan persatuan nasional, dalam hal ini dengan syarat menjauhi kemalasan, dari tengah kesulitan dan masalah-masalah yang dibuat musuh, kita menciptakan kesempatan dan solusi lebih besar untuk kemajuan, sehingga bangsa Iran, berkat bantuan Ilahi, akan mencapai masa depan gemilang."
 
 

 

 
Dalam pertemuan ini, Rahbar, berterimakasih secara tulus atas kerja keras, dan tekad masyarakat pekerja Iran, dan menyebut ciuman Nabi Muhammad SAW, atas tangan kasar seorang buruh merupakan penghargaan tertinggi atas kerja dan pekerja,
 
"Islam, sangat menaruh penghormatan substansial pada kerja dan amal, dan berdasarkan ajaran Al Quran, dan hadis, kerja keras seseorang untuk mendapatkan rezeki yang halal layaknya ibadah, termasuk amal saleh."
 
Ayatullah Khamenei, menganggap perhatian publik terhadap "pandangan Islam atas kerja dan pekerja" adalah sebuah urgensi penting, dan membuka peluang kemajuan negara,
 
"Dunia materi bagi pekerja bukan hanya sebatas sarana memperoleh kekayaan, tapi karena Islam, menganggap kerja memiliki nilai instrisik, maka menganggap pekerja memiliki nilai substansial, sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad SAW, bahwa Allah SWT, menyukai orang-orang yang menjalankan pekerjaannya dengan benar, konsisten dan kokoh." (HS)