Mencermati Upaya Iran dan Arab Saudi Menghentikan Kejahatan Rezim Zionis
Menteri luar negeri Republik Islam Iran dan Arab Saudi menekankan kelanjutan upaya menghentikan genosida rezim Zionis di Jalur Gaza dan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke wilayah ini.
Faisal Bin Farhan, Menteri Luar Negeri Arab Saudi dalam percakapan via telepon dengan timpalannya dari Iran Sayid Abbas Araghchi, menyampaikan selamat kepada Araghchi atas terpilihnya dia sebagai Menteri Luar Negeri Republik Islam dan menyerukan upaya ganda negara-negara Islam untuk menghentikan genosida warga Palestina oleh militer Zionis dan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Dalam perbincangan tersebut, kedua pihak juga menegaskan bahwa hubungan bilateral berada pada jalur yang benar serta menyerukan peningkatan dan pengembangan kerja sama di berbagai bidang.
Sejak perjanjian Maret 2023 antara Republik Islam Iran dan Arab Saudi, dengan mediasi Cina, para pejabat senior kedua negara telah berdiskusi dan bertukar pendapat mengenai isu-isu yang menjadi kepentingan kedua negara, khususnya perkembangan di Gaza, melalui berbagai konsultasi.
Sejak dimulainya babak baru konflik pada tanggal 7 Oktober dan babak baru genosida yang dilakukan rezim Zionis di Jalur Gaza, Iran dan Arab Saudi telah berulang kali menyatakan keprihatinannya atas berlanjutnya kejahatan rezim Zionis terhadap rakyat tertindas di Gaza, Palestina, kebutuhan untuk mengakhiri kejahatan rezim pendudukan, membatalkan blokade manusia dan kembali menekankan perdamaian di wilayah tersebut.
Arab Saudi, yang telah setuju untuk memulai proses normalisasi hubungan dengan rezim Zionis sebelum tanggal 7 Oktober, mengumumkan setelah meningkatnya serangan terhadap tanah Palestina bahwa mereka telah menunda negosiasi terkait hal ini, sebuah langkah yang disambut baik oleh Iran.
Pembicaraan positif antara para pejabat senior Iran dan Arab Saudi, khususnya menteri luar negeri kedua negara dalam satu tahun terakhir, menunjukkan bahwa kedua negara memahami kondisi sensitif di kawasan, dan tertarik untuk bergerak memperkuat hubungan, dan percaya bahwa dipulihkannya kembali hubungan ini akan memberikan banyak manfaat bagi kedua negara, kawasan dan dunia Islam.
Padahal setelah kesepakatan Beijing antara Tehran dan Riyadh tahun lalu, beberapa negara Arab mengambil langkah-langkah untuk memulihkan hubungan dan sebagian lain mengambil langkah untuk mengembangkan hubungan dengan Republik Islam Iran dan mencoba menjalin kerja sama dengan Riyadh dan Tehran.
Jelas bahwa peningkatan hubungan antara Iran dan Arab Saudi sebagai dua kekuatan minyak besar dan juga dua negara Islam yang penting, selain membentuk interaksi politik dan ekonomi baru antara kedua negara, dapat mengarah pada perluasan stabilitas dan keamanan di kawasan dan untuk penyelesaian bantuan krisis di negara-negara seperti Suriah dan Yaman.
Di sisi lain, membaiknya hubungan Iran dengan negara-negara Arab di kawasan, termasuk Arab Saudi, dinilai merupakan kegagalan kebijakan Amerika Serikat dan rezim Zionis dalam mengisolasi Iran.
Oleh karena itu, penguatan dan dimulainya kembali hubungan politik antara Iran dan Arab Saudi harus dianggap sebagai titik balik dalam perkembangan regional dan internasional. Karena saat ini Iran dan Arab Saudi, sebagai dua kutub regional, sedang dalam perjalanan untuk mengurangi ketegangan di kawasan dan mendefinisikan hubungan yang lebih baik menjadi proyek bersama dalam hubungan bilateral.(sl)